Part 37

12.7K 595 30
                                    

"Dimas." Cicit Elisha yang masih bisa didengar Aldric.

       Orang yang membantu Aldric menembak preman tadi ternyata bernama Dimas, berarti Elisha kenal dengan orang itu.

       Dimas berjalan mendekat sambil menyimpan kembali pistolnya. Elisha nampak was-was saat Dimas semakin mendekat, membuat Aldric mengerutkan keningnya.

"Kenapa kamu bisa tau aku disini?." Tanya Elisha gugup.

"Hanya kebetulan lewat." Jawab Dimas sambil tersenyum miring.

"Aku tidak percaya."

"Baiklah baiklah, aku meretas beberapa cctv untuk mencari mu, baru beberapa hari tidak melihat mu sudah membuatku rindu."

       Mendengar percakapan mereka membuat kuping Aldric terasa panas, entah mengapa ia merasa sangat membenci pria didepannya ini. Padahal seingatnya ia bahkan tidak mengenal pria yang dipanggil sebagai Dimas itu.

"Elisha ayo pergi dari sini." Ajak Aldric.

"Wah wah dia tidak sopan sekali, iyakan sha. Aku sudah membantunya tapi lihatlah yg dia lakukan CK CK."

       Aldric menatap dingin Dimas namun tak urung ia tetap mengucapkan terimakasih meski dengan agak terpaksa.

       Elisha membatu Aldric berdiri karena perkelahian tadi cukup menguras tenaga pria itu, ia terduduk beberapa menit sambil mengumpulkan lagi tenaganya.

       Mereka berdua mulai berjalan santai meninggalkan taman diikuti Dimas dibelakang. Pria itu berusaha menyusul langkah dua pasangan didepannya itu. Dimas mulai membuka suara dan Elisha yang masih waspada tingkat dewa sedangkan Aldric yg tidak tau apa-apa hanya diam dengan tampang datar.

"Melihat kalian berdua mengingatku pada saat kita masih bersama dulu, iya kan sha."

       Langkah kaki Elisha berhenti diikuti oleh Dimas dan Aldric yang merasa kupingnya semakin panas. Hubungan di masa lalu seperti apa yang dimiliki Elisha dengan laki-laki itu sebenernya.

       Elisha menoleh kepada Dimas dan melayangkan tatapan membunuh nya, namun hal itu malah membuat Dimas gemas dan mencubit hidung Elisha yang sukses membuat Aldric melotot tidak percaya.

       Aldric menepis kasar tangan Dimas yang berani menyentuh Elisha. Pria itu mendelik tidak suka ke arah Dimas namun Dimas tetap santai. Wajahnya yang manis apa lagi saat tersenyum membuat Elisha kembali mengenang masa-masa dimana ia masih suka bermain dengan seorang anak misterius dan itu adalah Dimas.

       Hidung memerah dan matanya berair selalu begini saat ada yg memencet hidungnya Elisha. Dimas semakin melebarkan senyumnya melihat ekspresi kesal Elisha. Jangan ditanya Aldric menggerutu di dalam hati, rasanya sakit dan panas.

"Apa kau tidak merindukanku." Mereka kembali berjalan.

       Elisha hanya diam, jujur ia merindukan saat-saat itu namun ia masih tidak terima dengan kematian ibu panti yang sudah merawatnya.

"Sebenernya kematian ibu Asih juga bukan sepenuhnya salahku." Dimas mulai serius kali ini.

"Apa maksudmu."

"Akan ku jelaskan nanti, sekarang bawa pulang dulu si om-om ini ya." Wajah Dimas kembali berubah ceria seperti biasanya.

"Siapa yg kau bilang om-om." Desis Aldric.

"Hehe aku duluan ya sha, walau cuman sebentar itu sudah mengobati rasa rinduku."

Huh dia itu tidak pernah berubah dasar stalker sialan, tapi manis. Batin Elisha.

He's a Psychopath ✓Where stories live. Discover now