34

238 61 132
                                    

Halo welkam bek tu mai stori. Ini ada 1.850 kata. Jarang banget khan aqoh kek begindang. Plis komen yang buanyakkkkk. Masa aku kasih banyak kalian enggak. Plizzzz kitha kudu simbiosis mutualisme zyenk.

Idk ini menguras emosi kalian ato enggak. Soalnya aku ngetiknya agak gimana gituuu

Jangan maloo-maloo dong mau koomen. Akoh juga malo-maloin kok. So mari kita putuskan urat malu bersama, bukan putusan hubungan aku sama diye ya.

Sok atuh karomen-komen.

Yang gak komen anak dakjal tah. Susah cari jodoh, mau?

Gak boleh baca sebelum komen!!!!!

Aku aduin ke Lucas ntar.

34. Kehilangan

"Makasih, Jayden." Caroline memberikan helm putih milik lelaki itu.

"Enggak. Gue yang makasih. Berkat lo, nyokap gue sekarang punya alasan untuk bertahan hidup. Dan itu karena janji yang lo buat."

Caroline tersenyum lebar. "Setiap manusia itu harus saling membantu. Bahkan, kalau kami bilang kamu kekurangan biaya, aku bakal bantu kok,"

"Enggak perlu. Dengan lo mau dateng tadi aja udah sangat membantu gue," ucap Jayden seraya menggeleng.

"Yaudah, aku masuk ya." setelah Caroline mengucapkan itu, Jayden pergi dengan mengendarai motornya.

Memasuki rumah milik Thomas, entah mengapa suasananya mencekam. Aura yang timbul pun dingin. Tak seperti biasanya. Menghiraukan hal itu, Caroline membuka pintu. Di ruang tamu sana, terlihat Lana dan Thomas yang menatapnya tajam. Sedangkan Regan lelaki itu hanya duduk diam dengan pandangan kosong.

"Dari mana aja kamu?" tanya Lana dingin. Kening Caroline bergelombang. Tanda binggung. Tak biasanya Lana berucap dengan nada dingin.

"Aku habis jenguk temen yang sakit," jawab gadis itu tak sepenuhnya berbohong.

"Munafik!" seru Lana sambil melemparkan satu map dan sepasang anting yang tidak ia ketahui milik siapa.

"Apa saya kurang baik sama kamu? Apa saya punya salah sama kamu? Apa kamu punya dendam sama saya dan keluarga saya?" tanya Thomas yang sedari tadi menatap kedua perempuan itu.

Caroline menggaruk kepalanya. Matanya menatap sepasang pasutri itu bergantian. 'Ini ada apa?' pikirnya.

"Saya tahu anak saya pernah berlaku yang tidak baik pada kamu. Tapi, apa harus dengan mencuri kamu membalasnya?" Lana bertanya.

Apa?! Mencuri katanya. Bahkan, gadis itu merasa tak tahu barang apa yang ia curi, lagi pula sedari tadi gadis itu pergi bukan?

"Ta-tapi, aku enggak nyuri apa-apa, bahkan buat masuk kamar Tante sama Om aja aku enggak pernah," bantah gadis itu.

Lana berdecih. Setelah itu menyungingkan senyum sinis. "Masih mau ngelak. Bahkan, semua benda ini ada di kamar kamu."

Tadi sore, Lana dan Thomas memang pulang lebih cepat. Kecelakaan yang diderita nenek Regan membutuhnya biaya besar. Tak ayal, seluruh saudara Thomas harus membantu lelaki itu. Kebetulan, Lana dan Thomas pulang untuk mengambil beberapa pakaian lebih banyak dan tentu saja uang yang jumlahnya tak sedikit.

Hendak mengambil sejumlah uang, mata Lana tak melihat keberadaan surat rumahnya juga sepasang anting pemberian Thomas. Benda itu hadiah pernikahan mereka yang pertama. Dan iaa sangat ingat dimana meletakannya.

Baik Lana, Regan, dan Thomas, mereka mencarinya kesekeliling kamar, namun hasilnya nihil. Ruang tamu, ruang keluarga, hingga dapur pun sudah mereka cari. Namun hasilnya nihil. Thomas berinisiatif mencari di kamar anaknya, dan hasilnya pun sama. Tidak ada.

Regan & Caroline (LENGKAP)Donde viven las historias. Descúbrelo ahora