49

145 22 21
                                    

Kembali lagi sama akuuuuuuu. Yang PTS/UTS semangattt!!! Yang belum, yuk belajar dulu, yuk!

Sebenernya, aku binggung, endingnya mau sad atau happy. Kalau sad, kasian. Kalau happy, keenakan. Hehe

Jangan lupa ramein.

Happy reading!

"Jangan karena mereka memiliki uang banyak, hukuman tidak berlaku."

Play song: Bahaya (Tiara Andini ft. Arsy Widianto)

49. Tuduhan dan Fakta.

Seluruh anak kelas 11 IPA 1 mengerubungi tubuh Dyra. Ada tiga opsi untuk keadaan Dyra saat ini. Pertama, pingsan. Kedua, koma. Ketiga, mati.

"Astaga, Itu darahnya banyak banget. Kek abis numbal," celetuk Naka.

Aldo menyuruh temannya untuk mundur sejauh lima langkah. "Gue bakal lapor BK. Buat kalian tolong bawa Dyra ke rumah sakit. Biar gue yang minta izin."

Ajaibnya, tak ada satu orang yang mau membawa Dyra menuju rumah sakit. Mereka takut.

Hingga, Caroline turun dengan tergesa dan menatap tubuh Dyra. Gadis itu berjongkok untuk menatap tubuh Dyra.

"Jangan sentuh!" Mendengar ultimatum dari seorang lelaki. Caroline diam. "Jangan sentih dia sedikit pun." Regan berujar. Lelaki itu mengangkat tubuh Dyra dan membawanya menuju rumah sakit bersama Naka dan Raka sebagai saksi. Ada rasa sakit dan cemburu tatkala ia melihat Regan dekat dengan gadis lain selain dirinya.

Setelah ketiga lelaki itu pergi, Farah maju mendekati Caroline. Gadis itu berjongkok mendekatkan telunjuknya pada darah Dyra yang ada di sana. Lalu mengolesnya pada kerah seragam Caroline. "Lo jadi cewek enggak tahu malu ya."

"Udah bagus-bagus dibantuin, eh malah nyelakain temen sendiri," tambahnya.

Farah menoyor kepala Caroline dengan tangannya, "Heh bego! Sadar diri, lo. Masih untung kita mau nemenin lo setelah kabar lo itu tukang maling. Sekarang, lo mau nyelakain temen lo sendiri," sewot Farah.

Caroline hanya menggeleng. Pelupuk matanya sudah ada genangan air yang siap tumpah. "Enggak, bukan aku. Aku enggak dorong Dyra. Dia jatuh sendiri, bukan. Bukan aku." Gadis itu menggeleng. Napasnya memburu.

"Kalau bukan lo, siapa lagi?!" Rora yang semula diam pun bersuara. Caroline memandang Nayla tanda meminta pertolongan. Tapi, justru diabaikan Nayla.

"Selain pencuri, lo juga pembunuh ya."

"Enggak tahu diri namanya. Udah syukur dibantuin. Eh, malah mau nyelakain temen sendiri."

"Anak setan emang!"

Bisikan dan ucapan temannya mengalun indah pada telinga gadis itu. Bagaikan lagu pengantar tidur kala insomnia.

"ENGGAK! BUKAN AKU. UDAH AKU BILANG AKU BUKAN PENCURI APALAGI PEMBUNUH." Genangan air yang ada di pelupuk mata Caroline kini sudah meluruh bak air terjun.

Gadis itu menggeleng, "Kalian cuma liat empat puluh detik saat kejadian. Lima sampai dua puluh detik sebelumnya, kalian enggak lihat. Terus, kalian seenaknya nuduh aku?" Gadis itu memandang nanar temannya.

"Apa kalian lihat dari awal? Apa kalian tahu kronologi yang sebenarnya?"

Tangan yang dilingkari jam tangan itu menghapus air mata yang terus tumpah, "Dunia emang berporos pada mereka yang memiliki paras, ya?" Hal itu membuat kening beberapa temannya binggung. Termasuk Nayla, Tian, juga Mario.

Regan & Caroline (LENGKAP)Where stories live. Discover now