[29] ᴘʟᴀɴ ᴏꜰ ᴇᴠɪʟ

7.8K 336 83
                                    

Gelas demi gelas wiski tandas tak bersisa, cairan itu mengalir didalam kerongkongan seorang pria pemilik rahang tegas serta berparas rupawan. Matanya yang bersinar kini berubah sayu dengan wajah kemerahan.

Entah sudah berapa lama Daniel duduk merenung sendirian di meja bar yang bercahayakan temaram. Pikirannya menerawang jauh dengan seluruh kegelishan serta kekecewaan setelah melihat foto-foto liburan Lana bersama Aldre di Paris.

Lalu dirinya menyeringai tipis ketika mengingat  tentang betapa manis dan lembutnya bibir ranum milik Lana yang sempat ia rasakan di pagi hari itu. Hangat nafas serta suara desahan lembutnya mampu membuat Daniel melayang hingga langit ke tujuh. Hatinya begitu bahagia karena mengira jika wanita itu menerima dirinya untuk mengisi kekosongan di hatinya.

Daniel juga bisa merasakan aroma tubuh Lana yang memabukan saat ciumannya mendarat di leher serta pundak mulusnya. Ingatan Daniel masih bisa dengan jelas merasakan saat Lana meremas rambut belakangnya sambil melenguh penuh kenikmatan.

Namun semua momen keintiman tersebut hancur saat Lana mendesahkan nama lelaki lain. Seketika hati Daniel meradang, terbakar oleh panasnya api cemburu.

Sisi gelapnya pun menyeruak ke permukaan. Perlahan namun pasti ia membuka kancing baju tidur Lana. Kedua matanya terbelalak kagum tatkala melihat pemandangan indah kedua gundukan dada wanita itu yang padat dan kenyal berbalut bra berwarna merah jambu.

Nafasnya berderu kasar, pikirannya begitu kalut dipenuhi kecemburuan serta hasrat ingin memiliki.

Dengan bengisnya ia kembali menenggelamkan wajahnya ke dalam ceruk leher wanita itu, mencium, menggigit dengan jemarinya menurunkan tali bra yang dikenakan Lana.

Tak peduli nama siapa yang didesahkan oleh Lana, Daniel meneruskan aksinya. Setan di otaknya semakin menghasut dirinya untuk segera menjalankan niat busuknya.

Kemudian Daniel terkesiap saat Lana sedikit membuka matanya sambil merancau tak jelas. Rupanya wanita itu masih mengira bahwa lelaki yang menjulang di atasnya adalah Aldre. Lana masih terjebak didalam alam mimpi, belum menyadari apa yang sebenarnya terjadi.

Namun berberapa detik sebelum semua itu terjadi, kesadaran Daniel kembali kedalam jiwanya. Sebab ia melihat air mata Lana menetes dari ujung matanya.

Wanita itu terlihat begitu merindukan Aldre karena terus-menerus menyebutkan namanya. Daniel segera mengagalkan rencananya dan merapikan pakaian Lana kembali dengan ribuan rasa bersalah menghujam hatinya.

Ia bergegas keluar dari kamar sambil menyesali apa yang telah ia lakukan. Daniel merasa benar-benar malu dan bodoh karena hampir saja menyentuh wanita yang tak pernah menyimpan rasa untuknya.

Sejak saat itu Daniel selalu menjaga jarak dengan Lana, ia takut jikalau Lana mengingat tentang perbuatan bejat yang telah dia lakukan kepadanya. Namun sikapnya justru membuat Lana penasaran dan selalu menagih penjelasan pada Daniel tentang alasan perubahan sikapnya.

Kembali ia meneguk minuman di gelasnya dengan rakus, berharap alkohol yang terkandung didalamnya mampu menolongnya untuk melupakan tentang semua kejadian mengerikan itu.

Lalu ia meraih ponselnya yang berdering dari dalam saku jaketnya, dilihatnya nama seorang wanita terpampang di layar sambil menyeringai tipis.

"tante Paula" gumamnya lirih

Daniel tidak mengangkat telepon Paula dan meletakan ponselnya di meja. Ia kembali meminta bartender agar menuangkan minuman untuknya.

Karena Daniel tidak kunjung mengangkat teleponnya, akhirnya Paula mengirimkan pesan untuk Daniel.

💬
Daniel anakku, terimakasih telah membantu tante untuk bertemu dengan Lana. Berkat bantuan kamu, kini Aldre dan Lana telah bersatu kembali. Sekali lagi tante ucapkan terimakasih

ᴏᴜʀ ᴏɴᴇ ɴɪɢʜᴛ [ᴇɴᴅ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang