21. (Dihapus sebagian)

21.5K 2.5K 174
                                    

"Sebenarnya apa yang membuatmu begitu keras kepala untuk menolak membantu Friska?" tanyaku lagi.

"Dan apa yang membuatmu begitu keras kepala untuk membantu perempuan itu?" Dru balik bertanya.

"Kerena dia sedang butuh bantuan." Aku menjawab lagi. Sebuah obrolan kosong karena jika dipikir-pikir lagi, kami sudah selesai membahas ini.

"Karena dia Friska, makanya aku menolak untuk membantunya." Dan pria itu kembali mengulangi jawabannya.

Aku manggut-manggut. "Ya, karena kalian adalah mantan kekasih. Ya, kan?" Aku berucap lirih.

"Dan karena kami mantan kekasih, maka aku mengenalnya dengan baik." Jawaban Dru membuat dadaku berdebar. "Ness, dia Friska. Aku mengenalnya lebih baik daripada kamu." 

Aku berdiam diri. Lagi.

Perang dingin karena Friska terus berlanjut hingga rumah. Dru berubah dingin, tak banyak bicara. Ia bahkan mengabaikanku selama makan malam. Ketika waktu tidur pun, ia hanya mengecup pipiku ringan, lalu berbaring membelakangiku. Rasanya serperti Déjà vu. Pria itu berbaring di sisiku, namun yang nampak hanyalah punggungnya yang dingin.


*** 


Ketika kulihat Dru milirik ke arah meja makan, buru-buru aku menarik diri dan berdesis, "Please, jangan di atas meja makan lagi. Yang kemarin-kemarin rambutku penuh dadar jagung." Aku protes. Mengingat kembali bahwa beberapa waktu yang lalu Dru membuatku terlentang di atas meja makan dalam kondisi meja penuh hidangan. Tak sabaran sekali ia.

Mendengar ucapanku, Dru tergelak. Tapi toh sentuhannya tetap berlanjut, ciumannya juga, bahkan makin menggila. "Ya gimana, terlanjur enak sih. Termasuk dadar jagungnya." Ia terengah. "Yang ini gantinya semalam, ya...." Terlihat jelas kedua mata Dru yang mendamba.


Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


Ayo Nikah Lagi! Where stories live. Discover now