Chapter 5 ♗

1.2K 199 74
                                    

Senyum kecil (2)

⧫︎ ⧫︎ ⧫︎

Valias menebak tubuh yang tengah dia tempati berumur 18-20 tahun. Dan Danial lebih muda darinya 2-3 tahun. Sedangkan Dina lebih muda dari Danial. Jadi mungkin berbeda 5 atau 6 tahun dari Valias. Valias menyadari tinggi Danial yang mencapai bahunya.

Aku tidak tau tubuh ini masih akan tumbuh atau tidak.

Memikirkan kondisi tubuhnya yang terlalu ringkih dan kurus seperti kurang gizi cukup untuk pertumbuhannya. Tapi Valias yakin Danial akan tumbuh tinggi cepat atau lambat. Valias ingat pertumbuhannya yang tiba-tiba melunjak hanya dalam waktu satu tahun setengah setelah melewati masa pubertasnya.

Dia akan menjadi pria yang hebat.

Danial membuka pintu dan Valias bisa melihat isi ruang baca itu.

Mungkin empat kalinya kamar Valias. Dan memiliki banyak sekali buku. Mungkin sebanyak buku di satu lantai perpustakaan nasional.

"Aku akan duduk di sana." Danial menunjuk meja dengan dagunya.

Valias mengangguk. "Tentu."

Tidak membiarkan perubahan tingkah kakaknya mengganggunya, Danial pergi.

Valias menghampiri salah satu rak dan meraih satu-persatu buku di depannya. Terus mengintip sedikit bagian buku di satu-persatu rak tanpa membaca keseluruhannya sama sekali.

Ekonomi, geografi, teknik menanam, teknik militer, Budaya Dapti, suku elf, suku manusia ikan, suku kurcaci, dan seterusnya.

Valias cukup terkejut dengan hal-hal yang dia temukan dari buku-buku yang sudah dia intip itu.

Di akhirat ada duyung dan kurcaci?

Memikirkan itu agak aneh Valias menepisnya

Valias ingin tahu sebenarnya dia sedang ada di mana.

Mimpi, negara lain yang belum ditemukan manusia dimana makhluk-makhluk mitologi yang biasanya hanya ada di buku fiksi dan khayalan manusia masih hidup---Tidak. Bahkan makhluk seperti elf dan duyung bukanlah makhluk yang sudah punah melainkan benar-benar tidak ada---atau akhirat.

Jika ini mimpi, Valias cukup terkejut dengan kemampuan berkhayalnya. Dia tidak pernah membaca buku fiksi selain yang direkomendasikan teman kuliahnya itu. Yang epilognya belum sempat Valias baca.

Bukannya aku penasaran.

Valias bukan tipe orang yang akan merasa bersemangat akan apapun. Termasuk akan pembaharuan chapter sebuah novel seperti temannya. Temannya akan tersenyum lebar bagai dirinyalah satu-satunya manusia yang memiliki kebahagiaan di dunia dan memamerkan bagaimana cerita yang dia baca memiliki pembaharuan chapter. Mengulang-ulang ucapan bahwa dia akan mengucapkan rasa terimakasih dan memberi hadiah apresiasi pada para penulis cerita yang dia baca itu.

Karena merasa tidak memiliki sesuatu untuk dilakukan, Valias membaca cerita situs itu.

Jadi seharusnya Valias tidak mampu berimajinasi seluas ini dalam mimpinya---dia kekurangan referensi dan jiwa pengkhayal. Jadi jika ini mimpi pun Valias merasa agak aneh.

Mungkin mimpi orang lain? Tapi aku masuk ke dalam mimpinya?

Pemikiran seperti itu lebih absurd lagi.

Sebagai orang yang tidak pernah berkhayal dan memikirkan sesuatu yang tidak logis, Valias merasa lucu akan pikiran yang muncul di benaknya barusan.

Valias merasa:

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now