29. Mimpi menjadi kenyataan

233 38 3
                                    

"Apa yang kamu tanam itu yang kamu tuai."

»»————><————««

Hari senin telah tiba. Di jam pertama ini Pak Deni ingin Alin dan Saskia ke ruangan nya. Memang aneh tiba-tiba Pak Deni ingin membicarakan tentang sesuatu kepada mereka. Apakah ini ada hubungannya dengan Cathelin? Ya, benar. Sesampainya di ruangan khusus itu Pak Deni langsung bertanya-tanya tentang Cathelin kepada mereka berdua.

"Ada apa ya, Pak?" tanya pelan Alin.

"Kalian teman dekat Cathelin, bukan?"

"Iya." Jawab Alin dan Saskia serentak sembari menganggukkan kepala.

"Kalian pernah bertemu secara langsung dengan orang tua Cathelin?" tanya Pak Deni kepada mereka.

"Kita pernah bertemu dengan Mama nya Cathelin tapi cuma satu kali," sahut Saskia.

"Iya, Pak. Karena Mama Cathelin kerja di luar negeri." Imbuh Alin.

"Kalau Ayahnya Cathelin?"

Alin menggelengkan kepalanya, "Enggak, Pak. Orang tua Cathelin udah bercerai dan kita belum pernah bertemu papanya Cathelin sama sekali."

"Maaf sebelumnya, tapi kenapa Bapak tanya-tanya soal Cathelin kepada kita?" tambah Saskia yang sedikit penasaran.

"Tidak apa-apa. Bapak hanya ingin mengetahui informasi mengenai Cathelin."

"Kita berdua emang teman dekat nya Cathelin, Pak. Tapi kita tidak se dekat itu sama dia." Jelas Alin. Karena memang benar walaupun dirinya dan Saskia teman dekat Cathelin namun mereka tidak mengetahui tentang Cathelin lebih dalam lagi.
"Kalau Bapak mau Bapak tanya sama Reno aja. Soalnya sekarang Cathelin dekatnya sama Reno bukan sama kita lagi." Lanjut Alin dengan sopan.

Akhirnya Pak Deni menyuruh mereka untuk kembali ke kelas namun mereka disuruh Pak Deni untuk memberitahu Reno bahwa Pak Deni ingin bertemu dengannya. Sampai di kelas lantas Alin langsung memberitahukan pada Reno bahwa dirinya dipanggil oleh Pak Deni. Cathelin hanya duduk di bangkunya sendirian sembari memperhatikan Reno yang berjalan keluar dari kelas. Sementara dibelakang Cathelin ada Nadya yang tengah melihat punggung Cathelin sembari mengetik sesuatu di ponsel, ia tampak mencurigakan.

Lalu Cathelin bangkit dan berjalan keluar dari kelas. Ia berjalan menuju ke toilet perempuan. Sesampainya lantas ia merapikan rambut kemudian mencuci tangannya. Ketika Cathelin sudah selesai dan ingin keluar tiba-tiba ada lima orang kakak kelas datang masuk ke dalam toilet tersebut sembari membawa ember berisi air berwarna merah dan kantung plastik yang entah apa isinya. Tiba-tiba kedua tangan Cathelin dipegang oleh dua orang cewek itu dan cewek yang membawa ember itu langsung mengguyur Cathelin dengan air yang sudah diberi pewarna warna merah itu.

"Apa maksud kalian?! Lepasin gue!" teriak Cathelin pada seniornya.

Kemudian cewek yang didepan Cathelin itu mengkode dua orang yang memegang tangan Cathelin. Dua orang itu pun melepaskannya namun Cathelin langsung didorong oleh keduanya hingga cewek itu terjatuh dengan posisi duduk lalu orang-orang itu menumpahkan tepung pada Cathelin. Tak hanya itu mereka juga melempari telur busuk pada Cathelin. Usai melempari telur busuk, lantas salah satu seorang cewek berjongkok.

"Happy birthday!" serunya pada Cathelin.

Lalu cewek itu mengangkat dagu Cathelin.
"Yaampun! Guys, ternyata kita salah orang." Sindirnya sembari melihat teman-temannya.

"Kita nggak salah kok, Mel." Sahut temannya sambil memvideo Cathelin.

Amel tersenyum miring sembari menatap Cathelin yang kini sudah terlihat kotor.
"Pelacur, tukang bully, habis ini apa lagi? Pengedar sabu apa pemakai narkoba? Lo mending mati aja deh. Daripada hidup lo gak beres terus."

Flower Girl [END]Donde viven las historias. Descúbrelo ahora