51. Dandelions

161 19 69
                                    

Pagi telah tiba

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Pagi telah tiba. Namun pagi ini masih gelap karena masih sekitar pukul jam empat pagi. Tak seperti biasanya, Cathelin sudah terbangun dari tidurnya. Ia membuka mata, lalu memiringkan badannya menghadap ke samping. Ia menyorot seorang cowok yang tidur di bawah meringkuk di dalam selimut hitam membelakangi dirinya. Kemudian cewek itu tiba-tiba berguling-guling sampai di pinggir kasur, ia menurunkan kakinya sebagai tumpuan setelahnya cewek itu beranjak dari kasur. Cathelin menidurkan dirinya sendiri di belakang Reno.

Dan cewek itu sontak mengulurkan tangan melingkar di pinggang Reno dari belakang. Reno yang peka terhadap rangsangan, lantas ia langsung membuka mata, melihat tangan yang melingkar di perutnya. Cowok itu memegang tangan kiri Cathelin yang masih memeluknya, dia ingin melepaskannya tetapi justru cewek itu malah makin menguatkan pelukannya. Bahkan kakinya ikut mengapit kaki Reno. Sungguh, cewek itu sangat agresif. Sifatnya sangat menyerang.

"Aku kira aku sendiri. Baru kali ini aku senang aku sakit," ucap Cathelin yang seketika membuat Reno berhenti untuk berusaha melepaskan pelukan darinya. "Biasanya... kalau aku lagi sakit, nggak ada yang nemenin. Aku selalu sendirian. Aku kesepian."

Reno masih terdiam, menunggu apa yang ingin dikatakan pacarnya lagi. Cathelin menghela napas sebelum melanjutkan perkataannya.

"Kemarin di rumah sakit, Papa yang menemaniku. Meski aku tau Papa sebenarnya sibuk, tapi harus merelakan pekerjaannya demi aku,"

"Maaf. Seharusnya semalam aku memberitahu Papamu soal kondisimu." Permintaan maaf cowok yang masih dipeluk Cathelin dari belakang.

"Hampir tiga tahun, aku hidup tanpa Papa, dan itu menjadikanku terbiasa tanpa kehadirannya." Cathelin menjeda perkataannya sesaat. "Bukan hanya Papa, tapi Mama. Mamaku bekerja di Rusia. Dia terlalu sibuk, sampai nggak pernah menghubungi ku."

"Maaf, bukannya aku lancang. Apa Mama kamu nggak pernah pulang?" tanya cowok itu diawali dengan kata 'maaf'. Karena ia tak ingin dianggap lancang atau apapun itu.

"Pernah. Tapi aku bisa menghitungnya. Satu... dua... tiga. Dia pulang ke rumah hanya tiga kali, dan nggak sampai lebih dari lima hari."

Pernyataan Cathelin kali ini cukup membuat Reno ikut terenyuh dalam kesedihan. Cathelin memang belum cukup dewasa, tetapi ia memiliki jiwa yang kuat. Buktinya saja dia mampu bertahan sampai detik ini, meski tumbuh tanpa kasih sayang dari orang tua. Sampai akhirnya dirinya menemukan seseorang yang tepat untuknya. Hanya sosok seperti Reno lah yang dibutuhkannya dari awal. Cowok itu lalu melepas perlahan tangan Cathelin, kemudian mereka berdua berpindah posisi menjadi duduk. Mereka berdua duduk bersila dan saling berhadapan.

"Dengarkan aku. Mulai sekarang, kamu nggak sendiri lagi. Kamu sama aku," kata cowok itu sembari memegang lembut pipi kiri Cathelin. Cewek itu menaikkan sudut bibir, mata indah miliknya menatap cowok di hadapannya.

"Makasih, karena udah bertahan. Aku tau kamu kuat dan berani. Kamu bisa terbang dan bertahan sendirian, tapi meski begitu aku akan tetap di sisimu." Imbuh Reno yang masih memegang pipi mulus pacarnya.

Flower Girl [END]Where stories live. Discover now