Chapter 7 ♗

1K 182 39
                                    

Kasih (1)

⧫︎ ⧫︎ ⧫︎

Valias menghabiskan waktu hingga siang di dalam ruang baca. Diselingi beberapa sesi istirahat yang dipaksakan Alister padanya.

Valias tidak merasa fisiknya selemah kemarin, tapi dia tahu toh Alister juga tidak akan mengijinkannya menentang.

Alister meninggalkan Valias sebentar sendirian di ruang baca melanjutkan urusannya sebelum kembali dengan sebuah piring dan alat makan.

"Makan siang anda, tuan muda."

Valias langsung menunda mengintip buku-buku itu dan mendudukkan diri di meja yang digunakan Danial kemarin. Sembari meraih garpu Valias memutuskan untuk berbicara.

"Kau sudah makan?"

"Saya merasa tersanjung tuan muda menanyakan saya. Tapi saya sudah makan, tuan muda."

Alister menunjukkan senyum palsunya. Valias mengangguk dan mulai menyuapkan makanan ke mulutnya. Sayur dengan saus yang Valias tidak tahu sebutannya.

"Saya harap saya bisa mengajak tuan muda Valias berbincang tanpa membuat Anda berpikir bahwa saya lancang, tuan muda."

Valias menoleh dan melihat senyum palsu itu.

Lihatlah orang tua ini.

"Hm." Valias sudah tidak peduli lagi.

"Saya cukup terkejut dengan perubahan tuan muda Valias. Tidak biasanya tuan muda bersedia memakan makanan yang sudah disediakan Alister ini."

Valias mulai penasaran dengan ucapan pelayan tua itu.

Mungkin itulah alasan tubuh Valias yang begitu lemah?

Valias tidak banyak makan.

Tapi lalu selama ini darimana dia makan jika dia menolak makanan yang disediakan Alister?

"...Kau pikir selama ini aku makan apa?"

"Tuan muda selalu memakan apa yang ada di taman milik tuan muda. Seperti hewan."

Alister tidak mengucapkan yang terakhir.

Yang benar saja.

Sedangkan Valias merutuki Valias yang asli. Dia memang tidak tahu apa saja yang bisa dimakan di taman itu karena waktu itu Valias juga belum mengamati banyak. Tapi bisa ditebak bahwa yang Valias asli makan hanyalah buah-buahan.

Aku cukup terkejut aku masih bisa makan daging itu setelah lambung ini terbiasa hanya makan buah-buahan tanpa makanan lain.

Valias harus bersyukur dia tidak menderita sakit perut dengan betapa buruk Valias asli memperlakukan tubuhnya sendiri. Terutama lambungnya. "Tuan besar Count Hadden dan Nyonya Ruri sudah banyak mengkhawatirkan kondisi tubuh tuan muda Valias. Saya harap saya bisa lebih sering menyajikan makanan bergizi untuk Anda." Alister tersenyum. 

Tentu senyum palsu. Valias mulai berpikir bahwa Alister hanya memiliki dua macam ekspresi. Senyum palsu, dan wajah datar.

"Hm." Valias hanya akan mengiakan apapun yang Alister ucapkan.

Valias mempertimbangkan sesuatu dan akhirnya berbicara. "Apakah kau tau bagaimana kehidupanku sebelum mulai tinggal di sini?"

"Tuan besar memberi tahu saya ketika saya ditunjuk Anda menjadi pelayan pribadi tuan muda Valias Bardev."

Oh.

Valias menggunakan kesempatan itu untuk mencari informasi lebih jauh. "Bagaimana ayah menceritakan kehidupanku padamu?"

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now