Epilog (2)

157 26 12
                                    

"Yes, i am."

Seakan tidak percaya atas yang terjadi dan dilihatnya, Jaehyuk diam terpaku. Mulutnya bagai dilakban, dan tubuhnya bagai ditali erat oleh ketidakpercayaan, harapan, dan haru.

"Jae? Kok diem aja? Ga mau nyambut kakak lu, kah?"

"Boong ya.. Ini mimpi ya? Kak Jihoon udah mati.."

Jihoon, sang kakak, tersenyum hangat seraya menatap Jaehyuk dalam. Perlahan ia mendekati adik tak sedarahnya tersebut, merengkuh tubuh salah satu orang yang disayangnya ke dalam dekapannya. Lalu ia mengelus rambut Jaehyuk.

"Maapin gue, ya."

Jaehyuk mencoba menahan air matanya agar tak turun, namun percobaannya itu tak berhasil. Air matanya tak terbendung lagi.

Walaupun masih linglung akan apa yang terjadi, ia menikmati kejadian ini. Jaehyuk masa bodoh jika semua ini hanya sekedar mimpinya, atau hanya sekedar khayalannya saja. Mungkin saja dia sekarang benar-benar sudah meninggal dan berhasil jatuh ke bawah. Jaehyuk masa bodoh.

Jaehyuk rindu, rindu pelukan hangat seperti ini. Dan sekarang ia kembali merasakannya. Menikmati dan tidak ingin membuang sia-sia memori ini, dengan derai tangis dan pelukan yang semakin erat.

Setelah beberapa menit berpelukan, mereka saling melepaskan pelukan tersebut. Jaehyuk menyeka bekas tangisannya dengan tangannya, lalu Jihoon yang senantiasa tersenyum kepadanya.

"Ka-kakak bukannya udah mati karena bu--bunuh diri? Jangan-jangan ini setan pula?" Jaehyuk bertanya dengan gagap karena habis menangis.

"Kata siapa gue mati? Percaya aja sama hoax, lu."

Selepas percakapan itu, Jihoon mengajak Jaehyuk untuk duduk di salah satu bangku petugas yang tersedia di rooftops. Ia membiarkan adiknya untuk beristirahat sejenak dan mencerna akan apa yang terjadi sekarang.

"Kak, serius. Bukannya lu udah mati?"

"Udah dibilang, hoax itu."

"Hoax apanya.. Jasad kakak ada lho.."

"Itu bukan jasad kakak, Jae. Makannya kakak masih hidup."

"Terus itu jasad siapa?"

"Jihoon."

Jaehyuk diam terpaku, "ta--tapi kan, kakak tuh Jihoon?"

"Iya, Jihoon. Gue Jihoon, dia juga Jihoon. Nama kita sama, nama panjang kita juga sama. Yang berbeda cuma semesta yang kita tinggali doang." Jelas Jihoon, tapi sepertinya sang adik belum mudeng.

"Ga ngerti."

"Jadi gini ya, kakak bakal jelasin kamu dari awal sampai akhir. Kamu tadi nanya gue mati gara-gara bunuh diri. Ya, itu mendekati benar. Gue emang udah bener-bener niat buat bunuh diri, bahkan gua udah ngasih surat dan hadiah buat lu. Tapi ternyata pas detik-detik mau nyemplung ke bawah, noh, gue ngurungin niat. Keknya tiba-tiba dikasi hidayah sih, canda,"

"Lanjut. Di situ baru gua balik badan, ada dua orang yang entah kenapa mau bunuh gue. Singkat cerita, gue diselamatin juga nih sama dua orang, mereka dari semesta yang lain. Semesta dengan bumi yang udah lebih jauh canggih dari bumi yang kita tinggali sekarang. Mereka ngirim diri kakak dari bumi itu, tapi diri kakak yang ada di bumi itu udah meninggal, jadi mereka buat diri gue kayak robot. Jihoon itu jadi pengalih diri gue."

"Paham?"

"Paham? Hahaha." Jaehyuk tertawa,

"Engga lah, buset!" Sambungnya.

Jihoon bermuka julid, lalu menabok kepala Jaehyuk, "Telmi banget lu!"

"Ya maap. Lagian, itu ngidulan kakak ya? Masa ada semesta lain."

"Dih, ga percayaan."

"Iya, iya. Gue percaya. Tapi gue masih ga ngerti."

"Ya udah, ga usah dingertiin karena lambat laun juga elu bakal ngerti."

"Okei deh.. Terus Jaehyuk mau nanya. Dua orang yang selamatin kakak itu siapa?"

"Mereka adik kakak, Yoshi dan Haruto."

"Lalu yang berusaha bunuh kakak itu siapa? Emang ada salah apa elu sama mereka?"

"Mau tau? Mau tau aja apa banget?"

"Dah lah. Emang sampai kapan pun ngobrol sama kakak tuh malesin."

"Canda,"

"Mereka Jeongwoo dan Junkyu."

Jaehyuk membulatkan matanya. Kini, ia benar-benar terperangah. Jeongwoo dan Junkyu?

"Maksud?"

"Iya mereka."

"Mereka baik, lho. Ga mungkin ngelakuin bunuh-bunuhan kayak gitu."

"Memang mereka baik, tapi,"

"Sang kakak adalah pedagang pasar gelap yang terpaksa melakukannya demi membiayai dirinya dan adiknya. Dan sang adik adalah pecandu melindungi orang yang disayang."

"Silahkan dipahami."

Selepas itu, Jihoon tidak bersuara kembali. Sedangkan Jaehyuk masih memandangi kakaknya dengan penuh tanda tanya.

Kebingungan, keheranan, rasa terkejut, dan rasa haru yang masih ada saling bertemu dan menjadi satu.

Tetapi setidaknya semua rasa itu membuat Jaehyuk tersadar.

Kini ia telah dapat kembali merasakan berbagai rasa yang selama ini telah hilang. Dan sekarang, ia akan mulai kembali mengukir kebahagiaan disertai perasaan baik-baik saja bersama sang kakak. Tak apa hanya satu orang, setidaknya ia sudah mempunyai seseorang lagi dalam hidupnya.

Ah, Jaehyuk sangat berterimakasih dan bersyukur.

END

HEYOO UDH END NIH KAWAN! Makasi banyak buat yg udh baca cerita ini, apalagi yg nyampe sini, KALIAN LUAR BIASA. PLUS YG VOMMENT, DUH SAYANG KALIAN BANYAK-BANYAK!!
Maaf kalau ceritanya kurang ngena dan agak ga padu ya:( Maaf beut.
S

ekian dari saya bye bye

Five Wounds || Yoon JaehyukWhere stories live. Discover now