-3-

5.6K 882 116
                                    

       Bagaimana hari ini? Ya rumit, sulit, ribet, lelah, sibuk, over thinking jangan sampe depresi deh. Soalnya hari ini Ayah dan ibu Suna datang berkunjung. Membuat [Name] harus menyiapkan banyak makanan. Juga membersihkan rumah lebih dari biasanya. Bukan apa apa, dia hanya tidak ingin membuat majikannya kecewa.

      "[Name] apa Rintarou belum pulang?" Tanya ayah suna. Oke untuk part ini ayo panggil Suna dengan nama depan nya.

       " Ah iya tuan, mungkin ada latihan" jawab [Name]. Padahal [Name] sudah memberitahunya beberapa hari lalu. Tapi mungkin ia tidak peduli.

      "Memangnya kamu tidak memberitahu Rin kalau kami mau berkunjung?" Tanya Mama Suna. [Name] tersenyum.

       "Se-Sayaaang aku pulaaang~" teriak Rintarou dari arah pintu depan. Membuat semuanya menengok tak percaya termasuk [Name].

      "Eh mama? Papa? Kenapa? " Tanya  Rintarou so-soan gak tahu. Padahal jelas jelas ia berteriak seperti itu karena tahu ada orang tuanya di dalam.

      "Rin kamu manggil [Name] apa tadi?" Gumam mama Suna pelan. Masih belum percaya.

       "Sayang tolong simpan ini ya" ucap Rintarou pelan tak langsung menjawab pertanyaan mamanya. Malah menyerahkan tas sekolah nya pada [Name] . Segera saja [Name] menyimpannya ke kamar.

       "Rintarou kamu waras? Apa pelajaran nya makin susah?" Ujar papah panik. Ia juga heran kenapa Rintarou memanggil [Name] dengan panggilan "sayang" padahal waktu itu dia benar benar menolak pernikahan nya dengan [Name].

       "Hati hati nanti kepalamu meledak" itu adiknya Rintarou yang ngomong.

       "Yang gak tau rasanya nikah diem aja deh!" Cibir Rintarou membuat adiknya mendelik tajam. Adik perempuan Rintarou masih Smp, mana mungkin menikah. Rintarou juga gak bakalan nikah di usia muda kalau bukan karena permintaan terakhir neneknya.

      "Sayang udah makan?" Tanya Rintarou lembut. [Name] hanya tersenyum tipis. Dia tidak tahu harus merespon seperti apa. Tapi dia tahu kalau Rintarou itu lagi acting.

      "Bertingkah lah seolah kita suami istri" bisik Rintarou tepat di telinga [Name]. Gadis itu mengangguk paham.
     
      "Kak [Name] kamu gak di sogok kan?" [Name] tersenyum seraya menggeleng.
     
       "Rintarou itu suami yang baik" jawabnya. Membuat Tuan dan nyonya Suna mengucap syukur beribu kali. Ini adalah impian terbesarnya.
      
        "Em, makanan nya sudah saya siapkan, ayo makan sebelum dingin" Ujar [Name] di angguki semuanya.
       
       Ini kali pertamanya [Name] makan di atas meja makan. Maksudnya bersama orang lain. [Name] memang sering makan di meja makan. Tapi tidak pernah saat bersama majikannya. Ia memilih menunggu Rintarou selesai makan daripada harus makan bersama di meja yang sama. Tak sopan pikirnya. .
     
      Tapi kali ini berbeda. Ia tidakaj bisa mengelak. Dan harus duduk  di samping Rintarou. [Name] sampai duduk tegak saking tegangnya. Sedangkan Rintarou ia tersenyum dalam hati. Kesempatan emas untuk makan bareng [Name]. Karena biasanya dia makan sendiri. Mau minta [Name] nemenin tapi jiwa nya terlalu Tsundere.

      "Sayang suapin~" ujar Rintarou dengan nada manja. [Name] hanya tersenyum. Mengambil makanan dengan sumpit lalu menyodorkan nya pada Rintarou. Dengan senang hati pemuda itu melahapnya.

      "Mentang mentang punya istri. Mesra mesraan sembarangan" Cibir adik  Rintarou.

       "Yang jomblo karatan diem aja!" Jawab Suna kembali membuka mulutnya. Menerima suapan demi suapan yang di berikan [Name]. Sedangkan orang tuanya masih menatap tak percaya sekaligus bersyukur secara bersamaan.

       "Ah jadi pengen punya cucu" Rintarou tersedak. Sedangkan [Name] batuk kecil. Yang benar saja.

      "Mama ada ada aja" Jawab Suna setelah meneguk air yang di sodorkan [Name].

        "Eh [Name] nya aja gak keberatan . Ya kan?" Ucapnya lagi. [Name] hanya diam.

       "Mama, jangan gitu ah, kasian [Name] sama Rin. Mereka masih muda" Tukas papah. Membuat [Name] bernafas lega.

       "Jadi pengen nikah juga" gumam Adiknya Rintarou pelan. [Name] menatapnya. Andai dia tau keadaan sebenarnya. Pernikahan itu tidak seinsah yang kamu liat nak.

       Malam itu mereka habiskan dengan menonton film bersama, makan makan, dengan di selingi godaan pada [Name] dan Rintarou dari mamah nya. Hingga pukul 11 malam. Mereka pulang dan rumah menjadi sepi kembali.

      Kini [Name] tengah membereskan beberapa bungkus Snack juga remah remahan dari makanan yang harus ia bereskan malam ini juga.

      "Kau senang?" Tiba tiba saja Suna berucap seraya mendudukkan diri di sofa. [Name] hanya menunduk sembari mengelap meja.

      "Bagus, berterimakasih lah padaku yang mau baik padamu" ujar suna dengan nada mengejek. [Name] tetap diam.

       "Jangan lupa. Sadari posisimu! Kau hanya pembantu" ucap Suna lagi. [Name] hanya mengangguk. Seraya berpamitan untuk pergi ke dapur.

      "Cih! Apa yang aku katakan!!" Seru Suna pelan. Padahal yang ada di dalam hatinya bukan itu. Tapi kenapa bibirnya malah berkata lain.

       "Aku harus minta maaf" Gumamnya berjalan cepat menuju dapur. Saat sampai di dapur ia melihat [Name] tengah jongkok di dekat meja makan dengan pecahan beling di lantai.

       "Oy bisakah kau bekerja dengan benar hah?" [Name] terlonjak. Akibat kaget  ia refleks meraup eling beling itu dengan tangan nya. Membuat sebagian benda tajam itu menggores tangan nya.

       "Awh" erang nya . Segera sajania menaruh benda tajam itu ke dalam plastik . Tanpa memperdulikan darah yang bercucuran keluar, [Name] mengambil sapu dan membersihkan lantai. Entah kenapa itu membuat Suna marah.

       "Bodoh! Bersihkan dengan benar!" Ujarnya merebut sapu dari tangan [Name] dan mendorong [Name] menjauh dari lantai yang masih di penuhi beling. Pasalnya yang pecah itu 3 gelas.

       [Name] menatap Suna. Hendak mengambil kembali sapu di tangan Suna . Namun oemuda itu lebih dulu mengehentikan nya dengan mendorongnya ke wastafel. Tapi malah membuatnya kepala [Name] terbentur ujung meja makan.

      "Aww"pekiknya. Memegangi kepala nya dengan tangan yang berlumuran darah. Suna menatapnya tak percaya.

      "Maaf tuan, maafkan atas kecerobohan saya. Biar saya yang membersihkannya. " [Name] malah menunduk meminta maaf. Suna hanya diam tak tahu harus menjawab apa. Ingin sekali ia memeluk [Name] lalu mengusap kepalanya. Tapi ego nya sangat besar.

       "Awas saja kalau kau malah menghancurkan rumahku" Ucapnya melenggang pergi. [Name] mengangguk dan berjalan menuju wastafel untuk mencuci darahnya. Lalu setelah itu ia membereskan semua nya sendirian.

       "Sungguh bukan itu yang ingin ku katakan [Name]" Guamam suna yang kini tengah duduk di pinggiran kasurnya.

       "Maaf [Name], maaf!" Ucapnya lagi. Mengacak rambut frustasi. Andai saja ia bisa menyingkirkan egonya dahulu. Mungkin ia tidak akan merasa bersalah seperti ini.

       "[Name] maaf, aku tidak berniat seperti itu" lirihnya memeluk guling. Lantas membaringkan tubuhnya. Menatap langit langit kamar dengan tatapan sendu. Ingin sekali ia berlari ke luar lalu memeluk sabg istri yang mungkin saat ini masih membereskan rumah. Hanya saja ia tak berani. Apalagis setelah apa yang ia lakukan tadi.

        "Seperti nya [Name] akan semakin membenciku" pasrahnya.
      

      
      
     
      







Hewo!👋
Semangat terus nge halu nya ya! Mohon maaf kalau ada typo atau bahkan cerita nya gak nyambung. Salam dari aku yang gak pinter pinter amat tapi nekat nge husbuin Kita Shinsuke.

Nikah Muda [Sunaxreader]Waar verhalen tot leven komen. Ontdek het nu