-5-

5.2K 812 38
                                    

      Siapa yang cemburu buta sampe hujan hujanan dan akhrinya sakit? Ya Suna .

       Pagi ini saat [Name] ingin membangunkannya untuk siap siap sekolah. Ia melihat Suna memakai kaos kaki juga jaket. Selimut nya pun jadi dua. Padahal saat memaksa [Name] pulang tadi malam ia terlihat sehat sehat saja. Tapi sekarang tubuhnya menggigil. Sedangkan suhu badan nya tinggi.

     "Suna-san ayo makan dulu" bujuk [Name] membawakan semangkuk bubur dan segelas air hangat. Suna tak bergeming. Hanya membaringkan tubuhnya yang bersembunyi di dalam dua selimut tebal.

      "Dua suap saja. " Bujuk [Name] lagi. Suna menatap bubur yang mengepul itu. Ia mau makan tapi badan nya terlalu lemas untuk duduk.

     Mengerti akan hal itu. [Name] menaruh baki di atas nakas. Lalu membawa mangkuknya saja. "Saya suapin ya" Ucap [Name] menyendok bubur dan menyodorkan nya pada Suna. Pemuda itu dengan lemah nya melahap bubur yang di sodorkan istrinya. Mata sipitnya semakin tampak tak berdaya .

     "Terakhir ya" ucap [Name]. Sebenarnya sudah lebih dari tiga kali gadis itu mengucapkan nya. Dan bodohnya suna hanya menurut karena fikirnya itu akan menjadi suapan terakhir. Tapi nyatanya tidak.
    
     "Aku kenyang [Name]" jawab suna lemah. Mendorong sendok itu menjauh dari wajahnya. [Name] mengangguk lantas menaruh mangkuk bubur dan membawa segelas air. Setidaknya Suna sudah makan setengah mangkuk bubur yang dia bawa.

     Suna ingin duduk. [Name] membantunya. Wajah nya yang memerah karena demam tampak lucu baginya.

     Setelah memberi makan dan minum obat. [Name] pamit untuk mencuci peralatan makan yang di gunakan Suna tadi. Dan membiarkan pemuda itu tidur dengan kain kompresan di dahinya.

     "Ah aku lupa tuan kan harus sekolah" segera saja ia kembali ke kamar Suna . Niatnya hendak meminta solusi untuk masalah ini. Tapi saat melihat Suna tertidur dengan tenang membuat nya tak tega untuk membangunkan.

     "Pinjam hp nya aja ya?" [Name] akan bersujud di hadapan Suna untuk meminta maaf karena sudah lancang membuka hp Suna. Tapi sandinya?

      "Kok salah?" Gumamnya. Padahal dia memasukkan tanggal lahir Suna. [Name] mulai memutar otak. Nomor absen, nomor punggung. Apalagi. [Name] coba semuanya.

      "Eh kok bisa?" [Name] kaget sendiri karena angaka yang ia masukan barusan adalah tanggal lahirnya. Untuk saat ini ia menghiraukan nya dan lebih fokus mencari nomor teman atau guru Suna untuk mengabarkan nya.

      Saat membuka aplikasi chat ia tak sengaja menggeser ke fitur camera. Membuat layar itu menampakkan wajahnya juga beberapa foto yang mungkin tersimpan di galerinya. Iseng [Name] menggeser ke atas untuk melihat lebih banyak lagi.

       Betapa terkejutnya dia saat melihat banyak sekali foto gak jelas di sana. Seperti foto aib si kembar, foto aib tim nya. Bahkan tukang parkir di sekolah nya juga ada. Hush udah ah. Bukan waktunya ngepoin hp orang. Tapi dia baru sadar. Kan ada fitur sidik jari. Kenapa tadi dia harus puter otak buat mikir sandinya?

       Setelah berhasil mengirimkan pesan pada salah satu teman sekelasnya Suna. [Name] baru bisa bernafas lega. Lalu kembali menaruh benda pipih itu di atas nakas. Takut nya Suna keburu bangun.

       "Untung foto fotonya [Name] di privat." Ucap Suna begitu [Name] berjalan keluar dari kamarnya. Antisipasi itu harus ya kawan.

       Jadi dia gak tidur dong?

    Siang nya, [Name] tengah duduk di sofa seraya menonton siaran televisi. Sebenarnya tidak terlalu di simak. Cuman buat gak sepi aja. Dia nya mah sibuk sama pikiran sendiri.

     [Name] bingung sendiri. Tadi malam yang hujan-hujanan kan bukan Suna aja kan? Tapi dia juga. Tapi kok dia gak ikutan sakit ya? Eh jangan deh. Nanti yang ngurusin Suna siapa.

       "[Name]!" Suara parau yang di paksakan berteriak terdengar dari kamar Suna. Segera saja [Name] berlari menghampirinya. Takut takut ada yang terjadi dengan tuan nya.

      "[Name]" ujar Suna dengan nafas yang tersengal-sengal. Dada nya naik turun. Wajahnya memerah dan sedikit berkeringat. Sepertinya obat mya sudah bekerja.

       "[Name] ada monster" ucap Suna ngaco. [Name] hanya tersenyum seraya mengusap pelan tangan Suna yang menggenggam nya.

        "Tuan tidur lagi saja ya" jawab [Name]. Mengambil kain kompresan dan menyelupkannya kedalam air . Lalu kembali menaruhnya di kening Suna.

         "Temani" jawab Suna langsung. [Name] hendak menolak. Namun melihat keadaan Suna yang lemah membuatnya sedikit iba. Akhirnya ia hanya mengangguk sembari tersenyum.

        "Cepat sembuh ya tuan," gumam [Name] saat tangan suna menuntun tangan nya untuk mengelus pipinya.

        [Name] mengelus pipi Suna lembut. Seraya menyenandungkan lagu pengantar tidur. Dan tak lama pun pemuda itu kembali ke alam mimpinya.

      Pada akhirnya [Name] ikut tidur sambil duduk bersandar pada ranjang Suna. Dengan tangan nya yang masih saling bertaut.
    

                                              









Bersambung.
Ya tuhan ini gaje banget siih. Ya gitu deh ya. Semangat terus. Bay👋

      
   

   

     
   
    
    

     

Nikah Muda [Sunaxreader]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang