-12-

4.9K 693 94
                                    

     Minggu pagi. Matahari bersinar, namun tak mampu meleleh kan salju yang menyebar. Memberikan kehangatan meski terasa samar.

    [Name] tengah berada disebuah ruangan yang terletak tepat di samping dapur. Sebut saja gudang. Tapi tidak terlalu banyak barang di sana.

    Ketemu, ia segera mengambil benda bulat itu lalu berjalan keluar. Ia akan membersihkan nya lebih dahulu.

   [Name] melempar lempar bola itu ke atas. Tidak terlalu tinggi. Hanya mencoba saja.

   "Ah jadi inget dulu ya" lirihnya. Ya, dulu dia sering kali bermain dengan suna. Pemuda itu selalu mengajak [Name] keluar saat malam untuk menemaninya bermain volly. Lalu setelah itu mama nya datang. Dan memarahi mereka.

    Saat kelas 4 sd  pun [Name] selalu pulang telat karena menunggu Suna , yang saat itu sudah masuk klub volly. Ia sering dimarahi kakak nya waktu itu.

    Bola di lempar ke atas. Tanpa melihat nya turun, [Name] menangkapnya dengan baik. Begitu seterusnya. Hingga.

   "Eh, bola nya?" [Name] kaget karena bolanitu tak turun lagi. Segera ia menoleh dan mendapati tuannnya di sana.

   "Lapar" ujar nya. [Name] melongo. Lalu berjalan menuju dapur. Meninggalkan Suna yang masih berdiri di ruang keluarga seraya memegang sebuah bola voli.

   "Dih enak banget ya di peluk peluk istri orang" Cibir Suna  pada bola. Jika benda mati itu bisa berbicara. Kira kira apa yang akan dia katakan pada suami posesif yang satu ini?

    Acara makan siang nya sudah usai. Dan kini mereka berdua terlarut dalam keheningan.

    [Name] duduk di bawah sambil menyandarkan punggungnya pada sofa. Sedangkan Suna duduk di atas sofa tepat di belakang [Name].

   Menonton film horor bukan lah hal yang buruk. Tapi buruk sekali saat dua insan itu datang berkunjung ke rumah mereka.

   Padahal pernah di terror hantu tapi malah nontonin hantu. Sasuga Suna.

    "Rin nii-chan!!!" Seru gadis bersurai coklat tua itu ceria. Ia duduk di bawah disamping [Name].

    Keduanya sama sama punya firasat buruk. Bukan karena adanya Ray yang kini tengah duduk di samping Suna dan ikut menonton. Hanya saja. Gadis di samping [Name] itu lain.

    "Ahahaha"nah kan.

     "Oy , gadis yang tertawa saat menonton film horor itu aneh tau!" Seru Suna. Si adik mendelik. Itu sudah menjadi kebiasaan nya.

    Setiap ada hantu yang muncul entah kenapa dia malah tertawa. Pernah sekali [Name] bertanya alasannya. Tapi gadis itu malah menjawab 'karena hantunya lucu' ah [Name] gak habis pikir.

    "[Name]-chan menikahlah denganku. Aku akan membawamu ke bioskop jika kau ingin menonton film. Bukan diem di rumah aja seperti ini" oke mari ucapkan Bismillahirrahmanirrahim untuk mengawali perang ini.

    "Ehh jadi kau pikir aku tidak mampu membawa [Name] ke bioskop?!" Entah kenaoa Suna malah mudah tersulut emosi.

   "Terbukti kan! Kau hanya mampu mengajak [Name]-chan menonton di rumah saja!" Seru nya dengan nada tinggi.

    [Name] berbalik. Menatap kedua pemuda itu bergantian.
    "Maaf, Ray-san. Aku tidak akan menikah dengan mu" tolak [Name].

    "Tapi [Name]-chan, kau akan leb- Aku lebih bahagia bersama Rintarou" potong [Name].

     "Rintarou tidak mengajakku ke bioskop karena salju sedang turun di luar" ucap [Name]. Suna tersenyum bangga pada isterinya.

    "Dia tidak ingin aku sakit . Karena dia menyayangi ku" ucap [Name]. Sedikit tersirat kesedihan disana. Tapi [Name] tetap tersenyum.

Nikah Muda [Sunaxreader]Where stories live. Discover now