-18-

4.7K 596 109
                                    

Heyooo! Gua up jam segini karena ternyata gua di suruh sekolah tatap muka. Kalian gimana? Masih daring?

Padahal daring sama enggak juga sama aja. Sama sama gak punya temen. Yahaha.

  Ngetawain diri sendiri.

Btw ada yang mau temenan ama gua? Yailah nawarin diri.

Udah lah gaje jadinya.


Lanjut aja ya









    Sebenarnya, kemarin itu tidak ada apa apa. Ya, Suna hanya ingin menirukan adegan yang terjadi dalam novel itu. Dan yah kebablasan sih. Sampai

   Huek

   "[Name] kamu baik baik saja kan?" Suna panik bukan main. Memegangi rambut hitam si gadis yang terurai bebas. Sedangkan [Name] hanya fokus dengan kegiatannya.

     Huek

    "Sayang ke dokter ya. Muka kamu pucet" lagi lagi Suna berujar. [Name] yang agak sensitif merasa kesal. Tapi ia tetap diam.

    [Name] bangkit. Membasuh wajahnya dengan air. Lalu berjalan ke arah teko listrik. Mungkin minum air hangat dapat membantu nya.

   Suna hanya mengintili kemanapun istrinya pergi. Tak di sangka [Name] cukup kuat berjalan padahal kan. Ya gitu deh.

    Ya, kemarin, suna tak bisa menahan nafsunya. Melihat sang istri yang begitu cantik nan anggun membuat dia terpesona. Terlebih lagi saat [Name] membaca buku dengan wajah yang memerah. Suna pikir [Name] kenapa napa. Ternyata gadis itu tak snegaja membaca bagian sensitif yang seharusnya tidak ia baca.

   ( Dan jadinya begitu. Mohon maaf tapi saya memang tidak ingin menyantumkan adegan nya. Bagian yang itu saya serahkan pada imajinasi para readers semua. ) oke lanjut.

   "Sakit?" Tanya Suna lembut. [Name] mengacuhkannya. Entah kenapa ia kesal pada Suna.

    "Sayaang~ jawab aku!" Suna malah merengek seperti anak kecil.

    "Bagaimana kalau aku hamil?" Gumam [Name] tiba tiba. Lah iya. Suna baru ingat.

    "Maaf sayang maaf, aku kelepasan" Ucap Suna.

     "Aku mau keluar sebentar. " [Name] segera berlari keluar. Mencari apotek terdekat dari hotel nya. Suna hanya diam. Apa dia salah ya?

    "Jika aku benar hamil bagaimana?" Perasaan [Name] campur aduk. Bukan ia tak ingin mengandung anak suaminya. Tapi bagaimana kalau pemuda itu meninggalkan nya ?

    Setelah selesai membeli alat itu . [Name] segera pulang. Bahkan ketika sampai ke kamar pun ia mengacuhkan Suna yang menyambut nya dengan pertanyaan yang beruntun.

    Garis dua muncul di sana. [Name] tersenyum haru. Ia memegangi perutnya yang masih rata. Air mata tak mampu ia bendung lagi. Akhirnya, dia akan menjadi seorang ibu.

   Tapi setelah ini apa yang harus dia lakukan? Sejak awal Suna tak menginginkan pernikahan ini. Bagaimana jika pemuda itu malah meninggalkan nya?

   "Aku harap tuan akan menerimaku" lirih [Name].

    "[Name]! Keluar yu kita ke dokter" teriakan Suna terdengar dari luar. Jantung [Name] berdegup kencang. Bagaimana? Apa yang harus ia lakukan?

   Menarik nafas pelan. Ia berjalan keluar dengan kepala yang masih menunduk. Sungguh ia takut.

    "Ano, Suna-san" panggil [Name]. Suna dengan raut khawatir nya berjalan mendekat. Menggenggam tangan sang istri erat. Sebelum benda pipih itu jatuh ke lantai dan mengejutkan nya.

   "[Name], ini?" Suna memungut benda itu. Menatapnya tak percaya.

    "Tolong jangan gugurkan anak ku. Biar aku yang membesarkan nya" Suna menatap [Name] dalam. Di usapnya pipi sang wanita lembut.

    "Memangnya siapa yang akan menggugurkan anak kita?" Tanya Suna lembut. [Name] terkesiap. Menatap Suna dalam.

   "Kita besarkan sama sama. Ya?" [Name] mengangguk. Berhambur memeluk Suna erat. Tangis keduanya pecah saat itu juga.

   "Terimakasih, terimakasih [Name]" gumam Suna terus menerus. Ia mengecup pucuk kepala Wanitanya berulang kali.

   "Aku takut," cicit [Name].

    "Aku takut Suna-san akan meninggal kan ku" ucap [Name]. Suna menggeleng pelan. Melepas pelukannya. Lantas mendaratkan kecupan singkat di bibir sang gadis yang sedikit membengkak akibat ulahnya.

   "Aku mencintaimu" [Name] membulat kan matanya. Ini bukan mimpi kan?

   "Aku mencintaimu. Sejak pertama kita bertemu" Suna mengulangi ucapan nya.

   "Lantas kenapa Tuan meninggalkan ku?" Lirih [Name].

    "Aku memang bodoh [Name]. Aku menjauh karena aku takut kau membenciku" jelasnya.

   "Aku takut kau mengalahkan ku karena kematian kakak mu" Suna menunduk. Ia pasrah apabila sang istri akan membencinya. Ia tak peduli. Perasaan cintanya sangat besar. Sudah cukup, ia tak ingin lagi di belenggu ego yang tinggi.

    "Jadi karena itu Suna-san jadi Tsundere?" Ucap [Name]. Suna emnatap istrinya yang justru malah tertawa pelan.

    "A-apa-apaan. Aku tidak Tsundere" ujarnya memalingkan wajah. Rona tipis terlihat di pipinya.

    "Selamat, Suna-san. Kau akan menjadi ayah muda" ucap [Name] di akhiri kekehan. Suna mengangguk. Lantas merangkul tubuh [Name]. Dan menggendongnya ala bridal style.

    "Terimakasih banyak ya" ucap Suna. Mendudukan [Name] di sofa. Lalu kembali mengecup bibir [Name].

    "Ngomong-ngomong [Name], benda ini ?" Tanya Suna mengacungkan testpack tadi.

    Wajah [Name] memerah seketika. Lantas ingin merebutnya dari genggaman sang suami. Namun gagal karena Suna lebih dulu menjauhkan tangan nya.

   "Suna-san. Jijik tau!" Seru [Name]. Ya kan itu bekas

    Suna hanya tersenyum. Lalu mengecup benda itu . [Name] sweatdrop dibuatnya.

    "Suna-san!!! " Panggil [Name]. Pemuda itu berbalik. Menatap [Name] lembut.

    "Rintarou!" Jelas Suna agar sang istri tidak memangilnya lagi dengan nama keluarganya.

    "Sayaaang!!!" Seru [Name]. Suna kicep. Sedetik kemudian ia baru sadar.

    "[Name] anak kembar itu lucu kan?" Ucap Suna. [Name] menyernyit. Apa suaminya itu ingin anak kembar?

    "Kamu mau anak kembar?" Tanya [Name]. Pemuda itu mengangguk. Tapi kemungkinan nya begitu kecil. Diantara keluarga Suna tidak ada yang memiliki anak kembar. Apa bisa?

    "Tapi keluarga kamu kan tidak ada yang kembar?" Ungkap [Name]. Suna memiringkan kepalanya. Menatap [Name] dengan mata yang dikedipkan beberapakali

    "Emangnya harus ada ya?" Tanya nya. [Name] menghembuskan nafas pelan. Emang sih di mata tuhan itu tidak ada yang mustahil. Tapi kan biasanya harus ada.

    "Kupikir dengan melakukannya sekali lagi nanti anak kita bisa jadi kembar" mendengar kata 'melakukan' membuat [Name] memerah. Apanih yang kemarin juga belum sembuh nih.

    "Ayo, kita buat lagi supaya yang ini tidak kesepian di dalam sana" ucap Suna. Mengelus perut [Name] lembut. Membaringkan tubuhnya wanitanya . Dan ah sudahlah kalian aja yang nerusin.












Bersambung.
Hai. Pendek dan gajelas. Pengen cepet tamatin tapi otak gua gak jalan. Terimakasih buat kalian yang selalu setia dengan vote nya. Makasih banyak! Semoga kalian tetep suka. Maaf kalau ada typo . See you!

Nikah Muda [Sunaxreader]Where stories live. Discover now