01. Orang Tua

90.5K 4.5K 60
                                    

Welcome to my new story'
Happy reading and hope you enjoy
~~~~~~

Serbuan asap rokok mengambang di udara pada sebuah rumah kos yang sempit. Para pemuda yang berada di sana pun tampak biasa dan sangat menikmati gumpalan tembakau itu. Kecuali satu orang.

"Kalian bisa gak sih jangan ngerokok di deket gue. Sesek." Ujar salah satu laki-laki disana.

"Lu aja yang masuk kamar sana. Anak bawang memang harus menjaga kesehatan supaya tidak terkontaminasi." Balas yang lainnya seraya tertawa.

"Bener tuh, lu kan bayi. Gayanya aja kaya preman jablay."

"Gue pukul nanti nanges," balasnya sengit seraya berdiri "gue duluan ya, Bunda pasti dah nungguin." Pamitnya dan langsung diangguki oleh mereka.

◉‿◉

Keenan Al-Haqqi. Nama seorang pemuda bergaya preman berhati hello Kitty. 'katanya' dia itu sexy dan maskulin tapi sebenarnya dia imut dan lucu. Kulit putih tanpa rambut ditangan maupun kaki, lalu bibir mungil dan pipi lumayan chubby. Dari mana segi sexy nya?

Remaja itu pun menatap kedepan. Tempat ia tinggal dengan saudara-saudari nya. Tempat ia menjadi anak baik nan penurut. Tempat ia tidak bisa berbuat onar. Bersama beberapa orang yang ia sebut dengan kata 'bunda'.

Panti Asuhan.

Entah bagaimana ia bisa berada di sana. Tapi ia bersyukur masih diberikan nikmat oleh yang maha kuasa. Nikmat hidup, nikmat sehat, dan nikmat lainnya.

"Ken habis dari mana? Ini sudah jam delapan loh." Tanya Bunda Nia.

"Ken habis dari rumah temen, Bun. Ada tugas kelompok."

"Tugas kelompok? Kamu jangan bohong. Tadi Bunda dapat telpon dari sekolah. Katanya kamu berantem di sekolah. Kenapa? Cerita sama Bunda. Tidak semua masalah harus di selesaikan dengan otot." Kelembutan Bunda Nia membuat Keenan hanya diam. Ia tidak sanggup bercerita. Terlalu sakit dan sesak.

"Biasa, Bun. Anak muda." Balasnya singkat sembari menggaruk lehernya yang tidak gatal.

"Bun, Keenan belum makan, loh. Temenin yuk."

"Manja kamu. Tapi Bunda suka."

"Iyalah suka, kan nemenin cogan."

"Ah, iya. Besok bakal ada kunjungan dari pak Rivaldo. Kamu jangan pergi kemana-mana dulu ya."

"Kan aku sekolah, Bun."

"Acaranya sore, sayang."

"Aduh, dipanggil sayang sama tante-tante."

"Keenan!"

"Bercanda, Bunda."

Keenan makan dengan diam. Bunda Nia memang ada di dapur juga, tapi ia sedang mencuci beberapa piring yang masih kotor.

"Enak kali ya kalo makan di temenin sama Ayah dan Bunda gue sendiri. Tapi apalah daya, gue anak yang tidak diinginkan." Monolog nya dalam diri seraya tersenyum perih.

Ya, remaja yang kini menginjak umur ke-15 itu tak sekalipun melihat rupa sang orang tua. Pelik kehidupan seperti apa yang dialami mereka, hingga rela membuangnya.

Otaknya menerka-nerka. Apa ia memang dilahirkan dari kedua orang tua yang sudah 'sah' atau lahir dari rahim seorang jalang. dengan kata lain, ia anak haram.

Hati kecilnya sempat marah kepada sang pencipta. Kenapa ia dilahirkan, bila tidak dengan kasih sayang orang tua? Tapi semuanya perlahan membaik, tatkala ibu panti merawatnya dengan kasih sayang. Ia menganggap, seperti itulah ibunya kelak. Kehangatan pelukannya pasti mampu membuatnya merasa terlindungi.

"Ken, kalung kamu mana? Kok gak kelihatan?" Tanya Bunda Nia yang sudah berada di depannya.

"Ini, Bunda. Nggak ilang kok." Jawabnya sambil menampakkan bandul kalung berwarna silver itu.

Ukiran nama 'KEENAN' terpampang disana. Sejak ia ditemukan oleh panti, kalung itu sudah ada di genggamannya.

"Jangan sampai hilang loh. Itukan dari orang tua kamu. Siapa tau nanti mereka ketemu kamu melalui kalung itu."

"Mereka udah lupa kali, Bun. Emm...Bun habis acara besok Ken pergi ya? Tidur tempat temen. Orang tuanya lagi pergi."

"Boleh, tapi jaga diri dan jaga tingkah laku."

TBC
Cerita kesekian kalinya...
Jangan lupa vote+komen+follow...
Notif dari kalian adalah penyemangat saya menulis.

26-08-2021

My Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang