18. just smile

21.8K 2.7K 111
                                    

Keenan duduk termenung dikamarnya sendiri. Kamar bernuansa blue and gold itu dikunci dari dalam oleh sang pemilik. Bahkan kuncinya tetap tergantung di pintu supaya orang diluar tidak bisa membukanya dengan kunci serap.

"Keknya, gue emang keterlaluan deh. Gue kan baru disini. Seharusnya gue tau diri." Batin Keenan dengan sakit.

Setelah ia mendengar perkataan Althan, Keenan langsung pergi dengan mata yang berkaca-kaca. Ia langsung teringat dengan bunda dan adik-adiknya.

Keenan marah kepada Althan, ia seperti merendahkan ajaran bunda-nya. Dan ia tidak terima akan itu.

Disini ia bersikap baik-baik saja. Seperti menerima seluruh perlakuan orang-orang disekitarnya. Padahal di dalam hatinya, belum sepenuhnya menerima. Ia hanya melihat kilat kerinduan di mata mommy dan Daddy. Lalu tatapan hangan Holand dan Jerry. Untuk Althan, entahlah. Tapi ia tetap menghormati kakak nya satu itu.

Keenan masuk ke walk in closet nya, mungkin ia bisa menangis disini? Diantara barang-barang yang berdesakan ini?

Ia juga mengunci pintu walk in closet. Entahlah, semakin dewasa dia, semakin sensitif dan lebih memilih sendiri. Ia hanya ingin healing dengan kesunyian.

"Gue baru tau sunyi gini bisa bikin gue tenang. Lagian napasih sensifit amat jadi bocah. Kan wajar doi ngomong begitu. Guenya kagak tau malu." Kekeh Keenan pada dirinya sendiri.

Keenan merebahkan tubuhnya pada karpet di walk in closet itu.

Lelaki mungil itu tidur dengan bantal baju yang dilipatnya asal

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.

Lelaki mungil itu tidur dengan bantal baju yang dilipatnya asal. Ia menatap langit-langit ruangan itu dengan seksama.

"Gue persis gembel. Wajar lah direndahin melulu sama tu cewe. Gue emang gak cocok disini."

Laki-laki mungil itu terus saja berkutat dengan pikirannya. Kenapa hidupnya seperti sebuah drama anak tiri?

Di lain tempat, Althan sudah menggedor pintu kamar Keenan. Bahkan beberapa kali sampai menendangnya. Kunci ruangan Keenan hanya dipegang daddy-nya dan Keenan sendiri. Bukan Keenan, tapi kunci itu memang selalu berada dikamar Keenan sendiri.

"Keenan!!! Buka!!!" Teriak Althan dengan keras.

Semua maid dan bodyguard disana sudah terlihat tegang. Apalagi urat leher Althan sudah bermunculan.

Sang asisten pribadi Keenan juga sudah menelpon Thomas dan memberitahukan keadaan terkini. Ia bukan takut Althan akan menyakiti adikny, tapi ia takut Althan melampiaskan kekesalannya pada orang lain.

Sudah setengah jam Athan mencoba mendobrak pintu kamar Keenan. Tapi masih tidak berhasil. Entah tenaga Althan yang kecil atau pintu kamar Keenan yang terlalu kokoh.

"Kak, biarkan saja dia didalam. Nanti pasti keluar sendiri. Dia tidak akan mati hanya dengan mengurung diri di kamar." Ucap Clara menenangkan.

Althan diam. Dia tidak tau harus bersikap bagaimana. Ia hanya kelepasan saat berbicara seperti itu kepada adiknya. Ia bisa melihat bahkan mata Keenan sudah memerah.

"Althan, Keenan sudah keluar?" Tanya Thomas dengan cepat ketika sudah sampai didepan kamar putra bungsunya.

"Belum, dad." Jawab Althan seadanya.

Thomas langsung mengeluarkan kunci dari sakunya. Ia menyesal kenapa tidak mengganti kunci kamar Keenan dengan finger print saja.

Kunci itu tidak masuk karena terhalang kunci yang masih menancap dari dalam. Thomas jelas bingung. Ia langsung menelpon teknisi untuk membuka pintu kamar anaknya itu.

Ia sebenarnya marah dengan Althan, tapi Keenan lebih penting saat ini. Ia tau Keenan tidak akan macam-macam selain menangis dan merenung. Anak itu berbeda dengan kakak-kakaknya. Ia terlihat begitu pemikir dan terbebani akan semua hal.

"Ambilkan palu." Ujar Thomas dengan penekanan. Para teknisi akan lebih lama datang. Ia bukan orang yang penyabar. Ya, sifat yang diturunkan kepada ketiga anak laki-lakinya.

Thomas menghantam knop pintu kamar Keenan dengan kencang menggunakan palu. Suara gesekan antar besi itu terdengar nyaring. Hanya dengan satu pukulan, knop itu lepas dari kayu jati yang kokoh.

"Keenan!!" Panggil Thomas dengan kencang.

Lelaki paruh baya itu melihat ke sekelilingnya. Ia tidak mendapati batang hidung sang anak.

"Keenan, keluar!!"

Thomas sebenarnya sudah khawatir. Apa anaknya itu kabur? Tapi tidak mungkin. Jalan keluar satu-satunya adalah pintu kamar.

"Keenan Daddy bi--." Ucapan Thomas terhenti ketika melihat sang anak tidur menyamping membelakangi dirinya. Diatas karpet tipis di walk ini closet.

"Baby boy." Panggil Thomas sambil mengelus rambut anaknya dengan sayang.

"Bangun, sayang. Disini dingin. Ken gak pakek selimut, loh?" Ujar Thomas lagi.

Ken menoleh. Dan langsung bergerak duduk ketika melihat wajah Thomas yang memerah dan berkeringat.

"Daddy? Kenapa disini? Bukannya kerja?" Tanya Keenan dengan suara serak.

"Seharusnya begitu. Tapi, satu bajingan membuat kesalahan. Bukankah dia seharusnya dihukum."

"Tapi, Keenan bukan bajingan." Balas Keenan. Sungguh ia tidak tau siapa yang dibicarakan daddy-nya. Tapi, mengingat perkataan Althan, sepertinya bajingan itu, di?

"No, bukan kamu. Kenapa berfikir seperti itu?"

Keenan tersenyum hangat. Ternyata pemikirannya terlalu jauh. Tidak mungkin daddy-nya membenci dirinya bukan?

"Nggak."

Thomas menghadap ke belakang, dimana Althan masih berdiri tegap dengan Clara disampingnya.

"Althan, minta maaf sekarang."

"Dad, kenapa harus? Kak Althan salah apa?" Tanya Keenan.

Sungguh perkataan Althan amat sangat benar tentang dirinya. Apa yang harus dimaafkan.

"Kakak minta maaf." Ucap Althan sepat. Ia sebenarnya gengsi. Tapi, demi adiknya ia rela.

"Kak?" Tanya Clara pelan.

Dulu, saat Althan lupa menjemput Clara dan membuat gadis itu sakit, tidak ada kata maaf yang keluar dari mulut Althan, but now?

Keenan hanya tersenyum sebagai respon dari ucapan Althan ya, walaupun hatinya masih sakit. Tapi dengan perkataan Althan, ia bisa sedikit tau diri.

_______________TBC!!!
Jan lupa vote, comment, share, and follow :)
See you next chapter.

Sebenernya gak gini alur cerita part ini. Tapi karena masih setengah dan besok katanya wattpad down dulu, jadi takut draf nya ilang. Makanya aku publish dengan alur yang santai. Perasaan mau konflik gak jadi-jadi😭

Typo comment!!!

31102021

My Little BrotherWhere stories live. Discover now