45. kemarahan

17.5K 2K 127
                                    

Keenan masih berada disana, tempat dimana ia bisa tertawa lepas. Mengekspresikan dirinya yang sebenarnya.

"Eh cunguk, lu selama ini kemana? Menghilang bagai Pluto." Tanya Bastian kepada Keenan yang sibuk memakan kacang.

"Kalo Pluto mah gak dianggep, makanya di hilangkan. Gue kan Enggak gituu, gue diharapkan kok." Ujar Keenan dengan senyum lebar.

"Lu gak main sama sugar mommy kan?" Tanya Drian kepada orang yang selama ini menghilang dari mereka.

"Main!! Sama sugar Daddy, brother Daddy juga."

"Brother Daddy apaan?" Tanya Drian lagi.

"Eh bukan brother Daddy, tapi sugar brother." Koreksi Keenan.

"Sok-sok Inggris Lo anjing. Gedeg gue. Biasanya juga pakek logat betawi." Sambar yang lain dengan kening mengkerut.

"Masa gue harus pantun Mulu? Lu pan tau gue selama menghilang gak sekolah. Ya gue goblok lah." Balas Keenan dengan nada ngegas.

"Bukannya udah goblok dari dulu ya?" Tanya Drian lagi.

"Dulu gue masih pinter, soalnya banyak yang nyontekin. Terus dapet nilai. Masih ada dong berarti isi otak gue. Nah, sekarang gue kan gak sekolah berarti gak ada nilainya ni otak gue." Curhat Keenan sambil menunjuk kearah kepalanya.

"Gak gitu konsepnya Jamal." Teriak Bastian didepan muka Keenan.

Keenan yang kaget pun otomatis langsung memukul wajah Bastian. Bukan memukul lagi, lebih tepatnya menampar.

"Muka Lo kayak monyet. Maap ya bang. Refleks tapi gue suka." Ujar Keenan dengan nada tangis yang dibuat-buat.

"Buset gue kira lu dah berubah, ternyata makin gahar, Ken." Ujar Bastian sambil memegang pipinya yang mungkin sakit.

Cengiran tipis yang dikeluarkan Keenan. Dia tidak tau kenapa tubuhnya punya refleks yang sangat bagus. Tentu saja itu menguntungkan.

"Eh tapi ni ya, Lo sekarang kok bau minyak telon? Sebaran pula." Tanya Dimas dengan serius.

"Gak sanggup beli parfume gue. Beliin dong, yang Casablanca juga gakpapa."

"Nyeletuk ae tu mulut. Sponsor Napa sponsor. Kaga diendors juga." Sambar Ariel.

Keenan hanya menutup mulutnya dengan satu tangan. Tangan lainnya ia gunakan untuk mengambil makanan. Takut mubazir teman.

"Gue itung-itung tu tangan dah 50 rebu aja ngambil makan." Sindir Arhan.

"Yaelah bang. Bodoh jangan diliatin banget napa. Walaupun MTK gue paling kecil tapi soal itung-itung duit gue gak bisa ditipu."

"Nyerocos Bae tu Congor. Diem dulu Napa."

Keenan benar-benar diam. Bukan tersinggung pren. Tapi ini sudah sangat lama sejak dia pergi. Takut di bantai.

Takut dijadikan samsak oleh Holand.

Takut mommy nangis.

Takut Daddy ngebentak.

Takut kakak-kakaknya semakin tidak menganggap dirinya.

Podo wae!!! Yang penting happy duluu - semangat Keenan.

***

Di lain tempat, satu keluarga itu sudah bingung kemana Keenan pergi.

Tapi semua tampak tenang. Seperti membiarkan Keenan menikmati waktunya.

Tapi, dibalik ketenangan itu, Thomas sudah menahan amarah yang sangat besar. Semua pekerjaannya menguras waktu ya, tapi bukan berarti Keenan bisa lepas dari pengawasannya.

My Little BrotherTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang