33. we talk well

3.4K 330 3
                                    

"Astaga, misi kali ini membuat leher ku sakit!" Rengek luhan.

Sehun berdecih. "Sedikit lagi nona lu, setelah selesai kita bisa menghilangkan lelah itu," ucap sehun.

"Dengan apa? Berbelanja? Tidak, tidak. Terima kasih!" Luhan memutar matanya malas.

"Sesuatu,"

"Iya apa sialan?!" Sentak luhan.

Sehun mendekatkan diri pada luhan. Menempatkan bibirnya tepat pada telinga lelaki berdarah china tersebut.

"Bercinta," tak lupa dengan seringai yang berada disana.

Luhan tersenyum. Tangannya meraih sebuah tumpukan kertas dan dokumen yang berada di meja kerjanya. Tanpa peringatan, luhan memukul kepala sehun dengan map dan dokumen tersebut dan membuat sehun meringis kesakitan karena pukulan keras itu.

"Father marah nanti!" Desis luhan.

Benar. Beberapa hari setelah park seojoon dan park min ho datang kemari, suasana mansion tampak mendung dari biasanya. Pengaruh jiwon dan jaewon sudah tidak ada. Yang ada malah kembali seperti semula. Chanyeol yang gemar pulang malam dengan dalih 'pekerjaan yang menumpuk' padahal niatnya adalah untuk menghindari baekhyun. Walaupun begitu, chanyeol tidak melupakan kedua anaknya tersebut. Setiap pagi hari, chanyeol menggendong kedua anaknya di luar mansion untuk mendapat sinar matahari. Dan setelah itu chanyeol pergi dengan maserati hitam metaliknya menuju perusahaan, tidak akan pulang hingga tengah malam.

Dan beberapa hari ini pula, setelah teriakan menggema milik baekhyun yang meminta pergi, luhan mendapati baekhyun selalu murung. Seakan dirinya tak memiliki gairah untuk hidup. Sesekali tertawa ketika anaknya mengoceh ataupun tersenyum. Dan luhan pikir itu adalah senyuman dan tawa paksa yang baekhyun keluarkan.

Sejak hari itu pula, para anggota mansion tak mendapati kedua anak adam beda ukuran itu saling berinteraksi satu sama lain. Jika bertemu pun hanya diam, tak berbicara sama sekali. Chanyeol yang tidak peduli dan baekhyun yang menyesali semua perkataannya. Kadang pula para anghota mansion seperti suho, luhan, sehun, kai, kyungsoo mendapati baekhyun terisak pelan di balkon atau di teras samping mansion, baekhyun benar-benar memendam semuanya sendiri. Tak jarang juga para anggota mansion melihat bahu lelaki mungil itu bergetar hebat. Sungguh hubungan keduanya itu sangat tidak sehat bila dipikir. Tapi mau bagaimana lagi? Luhan sendiri tidak mau memandang dan menilai dalam satu pandangan. Ia lebih baik mendoakan yang terbaik untuk pemimpinnya dan juga baekhyun

"Huh," luhan mendesah lelah. Lelaki bermata rusa itu menjatuhkan punggungnya pada sandaran kursi yang ditempatinya.

"Kapan father akan membunuh donghae?" Tanya luhan pada sehun yang terfokus pada sebuah buku tua yang tebal, di pangkuannya tersebut.

Sehun mengedikkan kedua bahunya acuh, "entahlah, yang jelas sebentar lagi. Apalagi father dalam keadaan menahan emosi. Kalau father melampiaskan kemarahannya pada Lee donghae pasti akan seru," jawab sehun.

Luhan bergidik ngeri membayangkannya, "tidak. Tidak! Itu mengerikan!" 

"Tak ada ampun bagi mereka yang sudah menganggu ketenangan phoenix nona lu," ujar sehun.

Lalu hening menyapa setelah beberapa menit. Sebelum luhan memecah keheningan dengan pertanyaan yang membuat sehun menggunakan otaknya untuk berpikir dalam.

"Apa kakek buyut father sudah meninggal?"

Benar. Sehun dari dulu sangat penasaran dengan ini. Sehun pernah bertanya pada suho dan juga yixing. Tetapi keduanya memberikan jawaban yang tak ingin didengar sehun. Dan hingga sekarang, pertanyaan itu selalu muncul dalam benaknya. Apalagi tentang fakta yang disampaikan oleh park minho dan park seojoon membuat sehun lagi-lagi harus berpikir dalam.

Under your control [CHANBAEK] [FINISHED]Where stories live. Discover now