BAB 11 ~ 👿 MALAM TERKUTUK 👿

14 8 0
                                    

Hai...hai...hai....

Selamat malam...

Babah Tan cs dateng lagi nih... 😁

Langsung baca aja yuk...

Jangan lupa pencet bintang ma kasih komen ya... 🥰🥰

Happy reading...

🔥👿🔥



Di tengah-tengah hujan deras, suara gemuruh guntur terdengar sambar-menyambar di langit malam. Cahaya kilat sesekali muncul menerangi kegelapan malam. Derasnya air yang jatuh dari langit tak menyurutkan laju kendaraan yang tengah melintasi pekarangan sebuah rumah besar. Suara deru mesin mobil—yang timbul tenggelam di sela-sela suara tiupan angin kencang dan suara air yang tumpah ke bumi—akhirnya semakin mengecil bersamaan dengan sebuah jip yang berhenti di bawah atap tambahan dengan lampu penerangan yang remang-remang di bagian belakang rumah.

Sosok bertubuh agak gempal keluar dari pintu depan mobil bagian penumpang. Begitu ia menjauh dari sisi mobil, kendaraan untuk segala medan itu kembali melaju dengan pelan menuju car port yang berada di salah satu sisi pekarangan belakang. Sang penumpang yang berpakaian gelap itu berjalan pelan menuju pintu kayu berwarna cokelat tua sambil merogoh saku celana. Seberkas anak kunci kini berada dalam genggaman tangannya yang cukup gemuk. Gerakan tangan kanannya yang hendak memutar anak kunci pada lubang kunci seketika terhenti ketika tangan kirinya yang menekan handle pintu ternyata berhasil mendorong daun pintu dengan mudah.

Kepala berambut tipis itu segera menoleh dengan cepat ke balik bahunya, ke kanan dan ke kiri. Tidak ada apa-apa yang bisa dilihat di kegelapan malam, kecuali seberkas cahaya lampu mobil yang bergerak-gerak pelan. Berkas cahaya tersebut sempat menyorot sekilas ke bagian lain tembok pekarangan yang sebagian besar tertutupi oleh tumbuhan merambat. Secercah cahaya yang memantul tertangkap oleh mata sipitnya. Namun, selang beberapa detik kemudian, kegelapan malam kembali menyelimuti pekarangan.

Tak melihat sesuatu yang mencurigakan, selain pintu belakang yang tak terkunci, sosok berpakaian gelap tersebut akhirnya memasuki rumah besar berlantai satu. Suasana di dalam rumah terlihat gelap dan sepi. Tidak ada lampu yang menyala di bagian dapur dan ruang makan yang bersebelahan itu. Namun, di bagian ruang tengah yang luas dan berlangit-langit tinggi, dua buah lampu dinding menyala redup, cukup untuk menerangi ruang tengah yang dipakai sebagai tempat kumpul keluarga.

Terdengar bunyi "deng" satu kali dari jam dinding antik yang terpasang di salah satu sisi dinding. Jam dinding kuno dari kayu jati yang dihiasi ukiran itu memiliki tiga lubang dengan bandul berbentuk bulat pipih yang bergoyang pelan ke kanan dan ke kiri. Saat ini, jarum panjang berada di angka tiga dan jarum pendek menunjuk angka sebelas.

Di kanan dan kiri jam dinding antik itu terpasang banyak foto keluarga. Mulai dari foto-foto leluhur hingga foto wisuda seorang pemuda tampan, dari foto hitam putih hingga foto berwarna. Sementara di sisi dinding yang lain terdapat televisi layar datar berukuran besar. Seperangkat alat elektronik menemani keberadaan televisi tersebut. Dua buah jendela tinggi dari kayu mengapit di kanan dan kirinya. Di bawah salah satu lampu dinding, terdapat sebuah piano berwarna hitam mengkilat yang penutup tuts-nya terbuka.

Sosok berpakaian gelap itu terus saja melangkah menuju salah satu pintu kayu yang berada di seberang ruang keluarga. Terdengar suara tulang bergeretak saat kepalanya digerakkan ke kanan dan ke kiri dengan cepat. Dua kancing teratas kemeja polosnya telah terbuka. Tangan kirinya kini tengah berusaha meloloskan kancing lengan panjang dari lubangnya. Sementara lengan kemeja yang lain telah terlipat dua di bagian siku. Kakinya sudah tiba di depan pintu sebelum kancing berhasil terlepas. Tak menghiraukan kancing yang masih terpasang, sosok itu membuka pintu perlahan-lahan, takut membangunkan istrinya yang pasti sudah terlelap.

(Bukan) Ke Lain Hati ~ (TAMAT) ~ TERBIT E-BOOKOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz