BAB 12 ~ 💕 BUKAN KE LAIN HATI 💕

18 9 4
                                    

Hai...hai...hai...

Babah Tan cs dateng lagi nih...

Langsung baca aja yuk...

Jangan lupa kasih bintang ma komen yak... 🥰🥰

Happy reading...


💕💕💕


"Kalian gak tahu bagaimana perasaanku saat itu! Tega-teganya kalian menusukku dari belakang!" Dada Boentoro naik turun seiring dengan napasnya yang tersengal-sengal. Sesudah luapan emosi yang meledak-ledak sedari tadi, Boentoro merasa tenaganya terkuras habis. Usianya yang baru 47 tahun serasa bertambah dua puluh tahun dalam sekejap. Tubuh gempalnya disandarkan ke punggung kursi.

"Minum dulu, Pa," saran Theo. Tangan kirinya terulur, menggeser gelas besar berisi teh pahit milik ayahnya.

"Ck!" Boentoro hanya mendecih sembari melirik putranya.

"Apa yang kamu lihat itu nggak benar, Liong Boen. Kamu salah paham. Kejadian malam itu bukan kayak yang kamu duga selama ini," bantah Tanujaya.

Boentoro menggeleng-gelengkan kepalanya dengan perlahan. Ia masih belum bisa menerima pembelaan Tanujaya maupun istrinya. Bukti hasil tes DNA masih terpampang jelas di atas meja. Setiap kali ia menatap lembaran kertas tersebut, hatinya kembali berdarah-darah, baik dahulu maupun sekarang. Ditatapnya satu demi satu orang-orang yang kini sudah menempati kursi masing-masing. Ia lalu membuang napas panjang.

"Asal kalian tahu, dulu aku sempat tebersit rasa bersalah pada kalian setelah aku berpikir ke belakang. Jangan-jangan akulah yang telah menjadi orang ketiga di antara kalian."

Tatapan Boentoro lalu tertuju pada Tanujaya. "Kau dulu tak pernah mengatakan apa pun tentang perasaanmu pada Yan Li atau mencegahku waktu aku mengutarakan niatku untuk mendekati Yan Li. Kau ingat itu, Koh Boen Hong?"

Sosok yang ditanya mengangguk-anggukkan kepala sembari berucap, "Tapi aku memang nggak punya perasaan apa-apa sama Yan Li, Liong Boen. Jadi, buat apa aku menghalang-halangi niatmu itu? Aku justru senang."

"Tapi kenapa sekarang justru kau menusukku dari belakang, hah?" tuntut Boentoro dengan geram. Emosinya kembali tersulut.

"Itu hanya salah paham, Liong Boen! Kejadiannya bukan kayak gitu. Bisakah kamu tenang dulu?" Tanujaya ikut meninggikan suaranya.

"Pa, tolong dengerin dulu penjelasan Paman Boen Hong," bujuk Theo yang tiba-tiba ikut bicara yang justru semakin menyulut emosi Boentoro.

"Hah!"

"Astaga, Koh Boen! Kamu tidak pernah menjadi orang ketiga! Kami tidak ada hubungan apa-apa, baik dulu maupun sekarang. Tidak bisakah Koh Boen mempercayai hal itu?"

"Sulit, Yan Li! Sulit! Apalagi aku juga mendapat kabar kalau kalian pergi ke Wonosobo dua hari sesudah malam terkutuk itu! Aku lagi gak di rumah waktu itu, Yan Li! Gak di rumah! Bagaimana aku bisa mempercayai kalau kau gak pernah menyeleweng di belakangku, Istriku?" Ada jeda sejenak sebelum Boentoro menyebut kata terakhir. Lelaki itu kembali geram meski intensitasnya sudah tidak seperti di awal tadi. Ia menekankan kata terakhir dengan hati yang kembali terluka. Akhirnya, Boentoro meraih juga gelas besar berisi cairan cokelat kemerahan itu dan menyesap sekali.

Hah! Pahitnya teh masih kalah dengan pahitnya hidupku saat ini. Boentoro tersenyum miris dalam hati.

"Tapi ...." Boentoro langsung menghentikan apa pun yang ingin disampaikan oleh Julianti dengan gelengan kepala.

"Selama beberapa hari setelah malam sialan itu, pikiran tentang aku menjadi orang ketiga terus menghantuiku. Rasa bersalah terus bercokol di hatiku. Tapi setelah kupikir-pikir ulang, aku tiba-tiba teringat sesuatu yang membuatku kembali meragukanmu, Istriku." Tatapannya kini terpaku pada sang istri yang sedari tadi terus menatapnya. Rasa marah, kecewa, dan sakit hati itu masih tetap ada di dalam hatinya. Namun, sekarang setelah ia bisa meluapkan semua perasaan negatif yang terpendam selama lima tahun ini, ia merasakan sedikit kelegaan.

(Bukan) Ke Lain Hati ~ (TAMAT) ~ TERBIT E-BOOKDonde viven las historias. Descúbrelo ahora