17. Zero Line

1.3K 345 170
                                    

'Kamu tahu, ciptaan Tuhan yang paling sempurna itu apa? Alam semesta yang indah penuh rahasia? Atau kamu sendiri?"

.
.

"Kita terjebak di lorong waktu." Jisung bersikukuh dengan pendapatnya yang masih pegang kertas yang ditemukan dalam guci.

"Lo diem atau gue tendang ke laut." Sahut Changbin yang geram terhadap Jisung sebab hanya itu yang ia katakan sejak satu jam yang lalu. Sejak mereka baca isi pesan surat tersebut yang ternyata ditulis puluhan tahun silam.

Seungmin melirik pada Changbin, 'gue tendang lo ke kaut' adalah kalimat yang biasa atasannya itu ucapkan kalau sedang kesal.

"Kenapa lo liatin gua gitu?" Sinis Changbin saat sadar Seungmin perhatikan dirinya. Seungmin hanya menggeleng kemudian alihkan pandangan pada laut lepas sambil menaruh dagu dicelah kedua kaki yang ia peluk. Belum pernah ia rasakan hal seperti ini dalam pelayarannya. Ia hanya hela nafas lagi saat Changbin kembali mengomeli Jisung.

"Lo tau gak? Gue tuh pusing. Mikirin itu anak dua yang gak tau selamat atau enggak. Lo tau gak? Rasa percaya gue kalo mereka gak akan selamat itu besar ketimbang mereka selamat. Dan yang lo bahas dari tadi cuma lorong waktu - lorong waktu aja. Bisa diem enggak?!" Lanjut Changbin buat Jisung bungkam. Sebab sedari tadi ia mengoceh semuanya diam mengabaikan.

"Hyung udah, diem Hyung." ujar Seungmin pelan tanpa melihat yang lebih tua.

"Lorong waktu, mungkin ada. Dan kalaupun ada, yang ada di lorong waktu, bukan kita. Melainkan mereka. Jeongin dan Lino Hyung." Hyunjin duduk diantara Jisung dan Changbin sambil pandangi laut sebelum kembali tatap pada dua orang yang masih berperang dingin.

Ia menghela nafas sejenak, genangan airnya tenang, gelombangnya damai, suara angin masih ribut tapi tidak kejam dan langit cerah. Perbedaan dua sisi yang amat kontras dengan kejadian beberapa jam yang lalu.

"Kita gak akan pernah bisa bertemu mereka, kecuali mereka yang berusaha bertemu dengan kita. Kalau mereka nggak bisa menemukan kita, sampai kapanpun kita akan hidup dalam dua sisi yang berbeda."

"Maksud lo mereka ada di kehidupan yang lain tapi beriringan dengan kita?" Chan meluruskan, Hyunjin mengangguk.

"Parallel Universe."

"Cih, hal bodoh dan gak masuk akal apa lagi yang bakalan gue jumpai selama ekspedisi ini." Changbin berdecak.

"Kita hidup gak sendiri. Semuanya sejalan. Ada konsep dimana pembelokan waktu itu benar adanya, sains berperan penting dalam hidup. Kalau nggak percaya, simpan saja sendiri. Tapi alam gak bisa lo tolak kebenarannya." Seungmin menyahut.

Sementara satu diantara yang lain hanya diam, pikirannya berkecamuk liar. Ia tidak ingin punya pemikiran negatif, tapi Felix juga pernah ikut dalam penerbangan untuk mencari pesawat hilang dari radar atau kapal tenggelam. Ia juga sering ikut dalam relawan kecelakaan udara atau laut.

Dan semuanya hanya tersisa bangkai, atau bahkan lenyap. Hanya saja kejadian lenyap tanpa bangkai itu hanya perbandingan dari 1 dari 100% alias hampir tidak ada selama karirnya berjalan.

Jika saja kapal yang tenggelam dalam laut lepas hanya tersisa puing-puing. Bagaimana dengan manusia?

Sebab ia ingat laut benar-benar seperti sedang marah besar kala itu.

Dan yang ia yakini untuk saat ini adalah kedua temannya sudah lenyap (?)

"Lo gak boleh berpikir begitu. Kalau Tuhan bilang mereka masih bisa bertahan, mereka akan bertahan." Hyunjin menepuk pundak Felix, buat lelaki itu menoleh terkejut.

Hyunjin tidak mungkin bisa menguping, kan? Sedangkan ia saja bicara dalam hati.

"Ada pulau yang gak terdaftar di peta. Pulau itu kemungkinan yang bakalan jadi pelabuhan kita waktu itu. Inget kan? Yang Seungmin bilang untuk jangan singgah ke sana, sebab pulau itu gak ada di peta."

Bermuda Triangle - StrayKidsWhere stories live. Discover now