8. Argument

1.5K 459 142
                                    

"Di Dunia ini, yang sudah dirancang pemilik semesta, kita memanglah wayang. Tapi yang menuntun hidup kita adalah diri kita sendiri. Sesuatu yang kita lakukan, tidak ada yang sia-sia. Lambankan langkah, barangkali ada hal indah yang kau lewatkan."

.
.
.

"Seungmin, ke gudang lagi gih. Ambil piring sama gelas. Disini nggak ada," Hyunjin yang sibuk masak sesaat sadar kalau ada sesuatu yang kurang, manakala yang lebih muda masih berkutat bersihkan meja makan.

"Ish, lo aja ah. Mager." Balasnya sambil pasang muka masam. Bukan apa-apa, niat ia membantu Hyunjin agaknya buat ia merasa seribu kali menyesal, pasalnya ia benar-benar dijadikan babu oleh Hyunjin. Sudah terhitung sepuluh kali ia bolak balik ke gudang untuk keperluan di Mess Room kapal.

"Dih, gak liat gue lagi masak? Nanti kalo gue yang ngambil, terus ini gosong gimana? Emangnya lo bisa masak?" Katanya seolah meremehkan Seungmin, buat ia menatap Hyunjin jengkel.

Seungmin bisa kok masak telur.

"Sudah sana pergi, malah melotot." Katanya mengusir.

"Lo tuh ya, pantes semua orang benci sama lo. Kelakuan udah kaya...

"Anjing? Iya tau kok lo mau ngomong gitu. Emang iya sih kalo di pikir-pikir." Celahnya sambil sisipkan tawa culas.

"Ehh. Tapi disini kebalik, lo anjingnya gue tuannya hahaha...." lanjutnya.

Seungmin tak membalas, ia hembuskan nafas kasar. Janji dalam hati ia tak lagi mau berurusan dengan rekan beda timnya itu.

"Ada lagi gak? Biar sekalian gue gak bolak balik, capek." Tekannya di ujung kalimat, seolah memberikan sinyal pada Hyunjin untuk mengerti.

"Ciee nurut, aaaa manisnya..." katanya bergurau.

"Heleh! Buruan, keburu gue berubah pikiran."

Sesaat si Hwang nampak melihat ke sekeliling, mencari sesuatu yang sekiranya butuh untuk sekalian diambil dari gudang. "Ahh, sekalian gue mau minta ambilin lampu petromak. Berapa ya? Hmmm....." gumanya sambil berpikir.

"Buat apa?" Tanya Seungmin, padahal di Mess Room ada lampu yang menerangi. Yah, meskipun redup tapi setidaknya cukup untuk penerangan.

Hyunjin menetap Seungmin sebentar yang nampak penasaran, lalu ia beralih membuka jendela kapal berbentuk bundar. Langit nampak sekali redup, gelap bersemu abu padahal jam baru menunjukkan pukul lima petang. Seharusnya tidak segelap ini.

"Mau hujan, listrik di kapal kaya gini biasanya ikut arah cuaca. Dan yang gue tau dari Jeongin, kemungkinan nanti malam hujan terus lampunya gak akan nyala. Jadi persiapan aja." Jelasnya. Seungmin mengangguk, ia lupa pada hal seperti itu.

"Kira-kira lima cukup nggak? Buat kamar mandi, dapur, ruang tidur kita pakai dua." Usulnya.

"Boleh." Hyunjin setuju, Seungmin kembali pergi ke gudang untuk ke sebelas kali.

Keluar dari Mess Room, matanya kembali menyapa lautan biru. Tak lagi ada daratan yang biasa ia lihat dua minggu terakhir sebelum melanjutkan tugas, awan-awan tampak begitu jelas terlihat. Gumpalan abu yang sudah menanggung beban air terlalu banyak yang siap tumpahkan lagi ke bumi, bersatu kembali dengan samudra.

"Hhh... capek," keluh seseorang yang menyapa rungu, ada Han Jisung yang bersandar di dinding kapal ternyata. Dan fakta Jisung yang benar-benar jalankan tugas dilakukan dengan serius, Seungmin tak habis pikir dengan ketua militernya itu.

"Biadab emang, setan! Anjir badan gue huhuhu..." katanya lagi sambil pijat-pijat pundaknya sendiri yang mungkin terasa pegal.

"Sekolah tinggi-tinggi, ujung-ujungnya kaya babu...."

Bermuda Triangle - StrayKidsWhere stories live. Discover now