27. Sagara

201 52 6
                                    

Hai jumantara, sampaikan salam kami pada sang Esa. Dalam terang yang memudar, diantaranya ada janji soal amorfati yang tersemat diantara dua jari. Dalam pijar yang meredup, ada senandika soal harapan yang terkubur dalam pusara, sebab ditengah lara yang tak kunjung berjumpa, ada bait-bait rindu yang menunggu di ujung petang. 

.

.

.

Sejak awal kepergiannya adalah untuk pergi, melarikan diri, berkelana tanpa arah dan tujuan yang jelas. Entah kemana angin dan gelombang laut membawa, yang jelas tidak ada kata untuk kembali pulang.

Seungmin biarkan orang lain jalani rencanaya, toh bayarannya setimpal dengan apa yang ia harapkan. Orang itu hanya mau ia pergi, jangan kembali. Itu saja, maka Seungmin sanggupi.

Namun, Seungmin lupa dengan siapa ia berkelana kali ini. Harusnya ia sadar, diantara jiwa-jiwa yang patah masih ada harap yang dinanti oleh yang terkasih.

Seungmin mengambil langkah besar, dan langkahnya itu juga salah. Mana ia tahu jika Jaemin dan Lino punya dendam masa lalu yang tidak pernah ia duga, mana ia tahu jika kecelakaan 2017 melibatkan Jaemin di dalamnya. Yang ia tahu, ia harus pergi dan biarkan Ayah tiri harus menembus semua kesalahannya, hanya itu. Sisanya Seungmin biarkan Tuhan bawa dirinya entah kemana tujuannya, pikir Seungmin ia mungkin akan mati diatas kapal terombang ambing tak tentu arah.

Jika disimpulkan semua masalah yang ada, benang merahnya adalah terletak pada dirinya. Bukan, melainkan lelaki biadab itu sebab semuanya terjadi.

Namun tetap saja, jika mulanya ia tak menyuruh Jaemin yang ternyata mengambil kesempatan dan memperalat dirinya dalam balas dendam yang tersembunyi, mungkin Jeno tak akan menjadi korban, mungkin ayah tirinya tidak akan bertindak sejauh itu dan mungkin mereka tidak akan mengalami masalah besar saat ini.

Tentang mereka yang hampir mati, tentang mereka yang putus asa dan tentang mereka pula yang masih berusaha bertahan demi orang yang sedang menanti.

Hyunjin bilang, ia tidak boleh egois. Hyunjin bilang, ia tidak sendiri, masih ada tujuh teman lain yang punya janji untuk kembali dekap orang tersayang.

Iya, betul....

Lantas setelah ini, kemana ia harus pulang? Seungmin kembali dijatuhkan dengan pertanyaan kacau yang membuat ia dilema. Sejak kecil Seungmin tidak pernah diajarkan untuk bersikap egois, ia selalu ada dalam posisi menerima semuanya dengan lapang.

Ketika ia mengambil langkah untuk bersikap egois, malah justru semua rasa sakit itu meluap dan menyakiti banyak pihak. Jika sudah begini, benar apa kata Hyunjin, hanya menyisakan rasa penyesalan. Lantas bagaimana harusnya ia bersikap?

"Kenapa?"

Tengah malam suntuk, entah di jam berapa ini, Lino terbangun dan dapati Kim Seungmin masih diam pandangi lautan yang gelap. Seungmin hanya menoleh sebentar, dan dilihat yang lain sudah terlelap dengan khidmat. Bahkan Hongjoong terdengar mendengkur, mungkin ia kelelahan, pikirnya.

"Kenapa gak tidur?" Kali ini Lino memperjelas pertanyaannya, dilihat tidak ada jawaban dari Seungmin, ia bangkit kemudian menyalakan api diatas tungku buatan, ia berniat memanaskan air. Sedangkan Seungmin masih diam memperhatikan enggan menjawab.

Pikirannya kembali liar membawa kemungkinan-kemungkinan yang akan terjadi. Apakah cara yang ia pikirkan ini dapat membawanya selamat sampai tujuan? Atau malah sebaliknya? Dimakan hewan buas di dalam lautan kemudian meninggal sesuai dengan tujuan ia pada awalnya.

Tapi bagaimana dengan Jeongin?
Keluarga Jeongin gencar meminta keadilan agar putranya kembali. Bagaimana dengan anggota yang lain? Yang berjuang keras mencari mereka agar bisa kembali pulang bersama, dan bagaimana dengan negara asalnya yang sedang risuh perihal kasus semakin lebar yang belum jelas titik temunya. Karena semua jawaban ada di lelaki yang kini juga diam pandangi dirinya entah apa yang ia pikirkan. Apakah serupa? Atau ada hal lain? tatapan itu sama sekali tidak Seungmin pahami apa artinya. 

Bermuda Triangle - StrayKidsOpowieści tętniące życiem. Odkryj je teraz