15. Kraken (?)

1K 373 190
                                    

'Hanya butuh soal waktu, semua akan baik-baik saja. Bahkan ketika semesta murka, ada hangat pelukan diberi dari yang paling dibenci kehadirannya. Maka, jangan sibuk pendam dendam. Karena dendam hanya akan bawa malapetaka yang dibalas penyesalan tanpa ujung.'

.
.
.

Kapal terguncang dahsyat, Jisung melirik kearah jendela dimana ombak-ombak laut tinggi saling berkejaran hantam kapal dengan begitu kasar. Ia menggigit buku jarinya takut, separah inikah laut? Jisung lebih baik melihat bom atau senjata api dan ia masih bisa berlindung atau melawan, sementara ini? Mereka hanya bisa bertahan terombang ambing dengan ganasnya air laut.

"Jangan liat laut." Hyunjin menutup gorden dan kembali memeluk lututnya, Jisung pun serupa dengannya.

"Takut," kata Jisung buat Hyunjin ikut mengangguk.

"Gue lebih baik perang, daripada ini. Hyun, kalau perang kita masih bisa berlindung atau kembali melawan. Kita bisa selamat dengan pakaian anti peluru, atau lari kalau ada bom. Kalau ini?" Jisung menggantungkan tanya.

"Gak ada yang mending, semuanya serem. Perang juga serem, banyak korban gak berdosa malah berjatuhan akibat perang. Jangan menormalisasikan apapun yang menyangkut soal nyawa," jawab Hyunjin. Ia tidak setuju dengan perbandingan yang Jisung katakan.

Ingatannya kembali jatuh pada anak-anak belia, perjalanannya masih panjang, binar mata akan ketakutan meminta perlindungan dari orang dewasa yang justru malah menjadi korban egois orang-orang berkuasa, memperebutkan tanah, kekuasaan dan lain sebagainya. Mengabaikan jutaan tangis penerus bangsa yang terus di bombardir tanpa ada rasa kasihan, menutup telinga dan dibutakan dengan ketamakkan duniawi.

Hyunjin adalah saksi mata atas tangis anak-anak kecil yang meminta pertolongan, bahkan tak sedikit dari mereka hanya ingin belajar di sekolah dengan tenang. Namun, dunia sama sekali tak berpihak pada mereka. Maka menurutnya tidak ada kata lebih baik seperti yang Jisung katakan, hadirnya justru membawa haru ketika ia harus kembali bertolak dari negara konflik. Meninggalkan rasa rindu dan bertanya-tanya, bagaimana kabar anak-anak itu sekarang? Apakah mereka sudah bisa tidur dengan nyaman? Belajar dengan tenang? Hyunjin tidak mampu jika  dihadapkan pertanyaan lebih baik yang mana...

Karena baginya baik di darat, laut dan udara punya ceritanya masing-masing. Begitu juga dengan pernyataan Jisung yang membandingkan tugas keduanya, tidak ada yang lebih baik jika harus berhadapan dengan nyawa orang-orang yang tidak bersalah.

Tidak ada......

"Jangan panik. Ada Lino Hyung, Seungmin sama Jeongin. Semua yang ada di anjungan lagi usaha." ujar Hyunjin pada akhirnya yang memilih menenangkan Jisung.

Ya, Hyunjin dan Jisung tidak naik ke anjungan. Sebab kaki Jisung keburu lemas untuk naiki tangga, jadi Hyunjin lebih memilih opsi kedua, ia menyeret rekannya itu dan masuk ke dalam Mess Room kapal berlindung di sana sebab galadak dasar kini sudah berantakan dengan air laut yang masuk ke dalam.

"Hyun, menurut lo kita akan kembali atau enggak?" Tanya Jisung di tengah sambaran kilat dan petir yang membias di jendela, Hyunjin menoleh pada lawan bicaranya sesaat sebelum kembali putuskan kontak. Tatap barang-barang dalam Mess Room yang saling berbenturan akibat guncangan.

"Selamat atau enggak, gue cuman mau kembali. Sung, lo tau gue punya tanggung jawab di keluarga gue. Setidaknya walaupun nggak, gue cuma berharap ada bukti kalau gue pulang." Jawabnya. Jisung diam tidak menjawab.

Pikiran Jisung kembali ingat pada Hyung nya, sebelum keberangkatan ada pesan penting yang sudah ia sampaikan, entah Hyung nya itu ikuti permintaannya atau tidak. Jisung diam memilih sembunyikan wajah di kedua lututnya. Dapat ia rasakan kapal berjalan tidak tentu arah, entah apa yang terjadi di anjungan.

Bermuda Triangle - StrayKidsМесто, где живут истории. Откройте их для себя