9. Hidden Revenge

1.6K 424 230
                                    

"Hitam pekat yang menyelubung di hati, bisa membuat gelap apa yang dilihat. Bahkan jika semesta menolak, akan dibabat habis oleh murka yang membangkang."

.
.
.

Malam pukul sebelas, Jeno memasuki area militer dengan usaha yang tidak bisa dikatakan mujur, sebab keringat dingin mulai ia rasakan saat di introgasi oleh tiga orang yang pangkatnya lebih tinggi. Kebetulan saat itu ketiganya sedang patroli menjaga wilayah militer.

"A-anu Pak, senjata saya tertinggal." Katanya mencari alasan yang sekiranya harus masuk logika. Sayang amat disayang bukan anggukan yang ia dapat atau perintah izin hormat memasuki wilayah, melainkan raut wajah bingung campur curiga membuat kaki Jeno lemas di tempat.

Bisa gawat kalau ada sampai surat peringatan dari petinggi sebab masuk wilayah tanpa izin dari yang berjaga. Jeno pun hanya bawahan yang belum punya pangkat, lebih rentan jika dirinya dikembalikan pada masa pelatihan.

"Hari ini tidak ada latihan angkatan udara, kan? Tadi sore adalah jadwal angkatan darat, besok laut dan lusa baru udara. Itu juga bukan disini, langsung terjun lapangan."

Tubuh Jeno menegang, jutaan serapah ia lontarkan pada letnan nya itu. Salahkan Changbin yang menyuruhnya tengah malam buta untuk menyelinap masuk ruangan Jendral Kim.

"Ma-maksud saya, punya teman saya dari angkatan darat."

"Siapa?"

"Ehmm, Han Jisung." Jawabnya spontan. Karena yang akrab dengannya dari angkatan tersebut hanya Jisung.

"Han Jisung? Angkatan satu bagian darat? Yang saya tahu, dia ditugaskan bersama Letnan Chan dan Hyunjin tugas ekspedisi ke Bermuda. Kamu mau main-main ya? Mau saya buat surat peringatan?"

Gagal sudah tugas dirinya malam itu, sebab tiga orang yang berjaga itu sudah mengusirnya jauh dari pangkalan militer.

"Bisa-bisanya gue sebut nama Han Jisung, emang dasarnya bodoh ya bodoh ajah Jen! Haduhh gimana dong? Mana besok itu arsip mau dimusnahkan." Bingung Jeno sambil mondar mandir gigit jari berusaha memecahkan masalah.

"Ayo mikir mikir, ish! Gara-gara Changbin nih. Kenapa jadi gue yang repot deh? Emang itu arsip ada apaan sih?" Gumam nya.

Asik memikirkan bagaimana mendapat akses masuk, tubuhnya tanpa sengaja di tabrak orang asing. Jeno mendesis ngilu, lantas melirik pada orang yang baru saja menabraknya itu, nampak seperti gusar dan terburu-buru sambil membenarkan topi hitam yang menutupi sebagian wajahnya yang juga memakai masker, juga beberapa lembar kertas di tangan.

Tidak banyak waktu yang terbuang, orang tersebut segera pergi dengan langkah lebar. Jeno tadinya ingin marah, tapi melihat pemuda tersebut sedang buru-buru, alhasil ia undur. Lalu tanpa sengaja matanya melirik sesuatu seperti tebing pembatas yang tinggi dengan paku di sekelilingnya. Itu adalah bagian belakang kawasan militer, yang bisa menjadi akses untuknya masuk.

"Resiko tinggi anjir, kalo nusuk bokong gue gimana dah? Mana tinggi banget lagi."

"Bodo amat, kalo gue kenapa-napa tanggung jawab Changbin." Finalnya tanpa embel-embel Hyung di belakang nama.

.
.

| Bermuda Triangle |

.
.

"Udah makan kok, lo sendiri gimana udah makan?" Chan balik bertanya, sambil sandarkan tubuhnya dan melepas ear zoom miliknya, agar lebih jelas mendengar suara yang disebrang dengan telepon genggamnya.

"Jangan keasikan, awas lost contact dari sinyal." Peringat Lino tiba-tiba tanpa menoleh, Chan melirik sebentar untuk kembali memastikan sinyal terhubung.

Bermuda Triangle - StrayKidsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang