Prolog!

504 36 23
                                    

Jika Leya tau kalau hubungan mereka akan cepat berakhir, seharusnya ia tak memulainya sama sekali.
~
Dinding penghalang antara dirinya dan lelaki pujaannya begitu tinggi dan kokoh, mustahil untuknya memanjat atau meruntuhkannya.
~
Ujung dari rumput di bumi tidak akan pernah bisa menyentuh ujung dari bintang yang terang di atas langit, tidak akan pernah..
~
Ah~ Leya benar-benar lelah..
~
"Nadi itu mirip benang, bisa putus hanya dengan satu goresan."
~
Benarkah? Apa Leya perlu membuktikan jika perkataan lelaki itu benar?
-----

***
***
Semua makan malam yang telah masuk ke dalam perut Leya kembali dimuntahkan. Entah mengapa perut Leya tak mau menerima makanan apapun yang ia telan.

Cairan kekuning-kuningan dengan bau yang aneh terus keluar dari mulut Leya. Tenggorokan Leya terasa perih, hidungnya merah dan matanya hampir mengeluarkan air mata.

Leya masih terpaku di depan wastafel berdiri di dalam kamar mandinya sambil menunggu cairan itu keluar lagi. Sementara keluarganya menunggu Leya dengan panik di luar kamar mandi.

Setelah merasa semua isi perutnya keluar, Leya beralih membasuh mulutnya dan beralih menggosok giginya dengan buru-buru agar anggota keluarganya tidak khawatir lagi.

Seperti biasa, kepala Leya kembali sakit setelah muntah, entah apa yang terjadi pada dirinya. Mungkin efek dari penyiksaan itu kembali terlihat.

Setelah Leya membersihkan mulut dan mencuci wajahnya, Leya segera keluar dari kamar mandi dan menemui keluarganya yang sedari tadi menunggu dengan perasaan cemas.

Begitu pintu terbuka, Darna yang tadinya duduk di ranjang langsung melangkah ke arah Leya dengan cepat.

"Kamu nggak apa-apa 'kan, sayang? Ada yang sakit?" Darna bertanya dengan cemas sambil menyentuh kedua pipi Leya.

Leya hanya menggeleng singkat. Kondisinya memang agak buruk, tetapi Leya bisa menahannya, lagipula sebentar lagi Leya akan tidur.

Leya beralih menatap ayahnya yang juga terlihat khawatir sama seperti ibunya, adiknya juga terlihat seperti itu.

"Leya udah nggak apa-apa kok. Mama sama ayah istirahat aja gih, Satria juga istirahat aja. Leya juga udah ngantuk.." ucap Leya sambil tersenyum manis.

Bibir dan mata Leya masih membentuk bulan sabit sambil melihat ayah, ibu dan adiknya mulai keluar dari kamar satu persatu hingga ia memudarkan senyumannya saat keluarganya telah pergi.

Leya beralih ke atas ranjang dan duduk sambil memeluk lutut, ia lalu menatap ke arah jendela yang masih terbuka dan memperlihatkan langit malam yang berawan tanpa memperlihatkan satupun bintang.

Dada Leya terasa sesak saat bernafas, seolah-olah ada sesuatu yang menahan Leya untuk bernafas. Sakit di kepalanya juga kembali terasa.

Dengan nafas terengah-engah, Leya memukul-mukul dadanya beberapa kali dan beralih memukul-mukul kepalanya dengan kedua tangan dan kembali memeluk lututnya.

"Eh.. kok ada tali?" Leya bergumam sambil terus melihat ke arah jendela. Sepertinya ia menemukan sesuatu di sana.

Halusinasi? Sepertinya iya.

Dalam halusinasi Leya, ia melihat sebuah tali menggantung tepat di depan jendela kamarnya. Anehnya bentuk dari tali itu membentuk simpul gantung yang biasa di pakai untuk menghukum gantung seorang tahanan.

Mata yang berlinang air mata itu terus menatap simpul gantung itu dengan bingung. Perlahan kepala Leya miring karena merasa penasaran.

Karena merasa aneh, Leya mengedipkan mata beberapa kali dan mengalihkan pandangan ke arah nakas. Di nakas samping kanannya ia kembali menemukan benda aneh.

Di atas nakas terdapat sebuah botol obat dengan pisau kecil serta jarum suntik di samping botol obat itu. Leya merasa tidak pernah mengonsumsi obat-obatan seperti itu.

Yang terlihat oleh mata Leya, hanyalah halusinasi.

Leya kembali mengedipkan mata dan beralih menatap jendela lagi. Kembali Leya menemukan sebuah simpul gantung, kali ini simpul gantung itu memperlihatkan 'diri Aleya' yang sedang gantung diri.

Bukannya takut, Leya tersenyum senang. Ia melihat raut wajah dari 'Aleya' terlihat sangat segar dan berseri-seri, seolah-olah 'Aleya' melakukan hal itu untuk mengurangi bebannya.

Saking segarnya wajah 'Aleya', ia terlihat seperti sedang tertidur, bukannya mati karena bunuh diri.

".. kalau Leya gantung diri, beban di punggung Leya bakal ilang, kan?.."

***
***
Prolog nya selesai, jika ada kesalahan dalam kepenulisan mohon berikan kritik dan saran. Agar aku bisa memperbaikinya, sehingga kalian lebih nyaman saat membaca cerita ini!

Terima kasih, jangan lupa meninggalkan jejak^^

•••~•••~•••~•••~•••~•••~
Jangan herman kalau chapternya banyak terus orang yang vote dikit ya gess, soalnya aku tamatin ceritanya dulu baru promosi!
Nghogeyy~

Menggapai Suhaa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang