Menggapai Suhaa 35: Pecah

91 7 3
                                    

Hari demi hari, tak terasa enam hari berlalu sejak Leya hilang kontak dan tak tahu kabar dari kekasihnya.

Sampai saat ini, Leya tak tahu kabar dari Suhaa. Selalu saja dengan alasan yang sama ia tak bisa menemui Suhaa. Seolah-olah Leya mengulang Dejavu setiap harinya.

Leya bahkan pernah datang jam lima pagi hanya untuk menunggu Suhaa datang ke sekolah sebelum lelaki itu datang.

Alih-alih melihat Suhaa, lelaki itu malah tak datang tiga hari berturut-turut. Dan saat lelaki itu kembali ke sekolah, giliran Leya yang sakit karena terus begadang.

Sakit Leya tak kunjung membaik, ia demam sepanjang waktu. Badan dan kepalanya benar-benar sakit, tubuhnya tak mampu turun dari ranjang.

Ia bahkan menjadikan ayahnya sebagai pembantu, ayahnya terus merawatnya namun Leya tak kunjung membaik.

Bahkan ayahnya sampai rela bekerja di kamarnya untuk menjaga dirinya. Siang malam saat ayahnya tak pergi bekerja, ayahnya selalu menghabiskan waktunya di kamar Leya.

Saat ini pun sang ayah masih sibuk di depan laptopnya tepat disamping Leya yang tengah berbaring. Sementara ayahnya duduk di kursi belajar Leya.

"Ayah, ayah kerjanya di kamar aja, Leya udah nggak apa-apa kok," ujar Leya tiba-tiba kepada sang ayah.

"Tidur aja Ley, ayah nggak apa-apa di sini," balas Agraham tanpa menatap lawan bicaranya.

Agraham malah menyentuh kepala putrinya sambil terus mengetik laptopnya dengan satu tangan yang lain.

Saat hendak menolak lagi, Leya terhenti saat mendengar ponsel milik ayahnya tiba-tiba berbunyi tepat disamping laptop sang ayah.

Agraham dengan cepat mengambil ponselnya dan mengangkat panggilan tersebut saat tahu panggilan itu dari kantornya.

Leya hanya memperhatikan ayahnya yang sedang berbicara dengan lawan bicaranya di telepon, sementara satu tangan ayahnya beralih menggenggam tangan putrinya yang masih terasa hangat.

Setelah panggilan itu selesai, Agraham menghela napas panjang sambil melihat putrinya yang tengah menatap Agraham dengan bingung.

"Ayah harus ke kantor sekarang, kamu nggak apa-apa ayah tinggal sendiri?" Agraham masih menggenggam tangan kecil putrinya.

"Iya yah, nggak apa-apa kok. Ayah pergi aja, Leya baik-baik aja sekarang." Leya tersenyum menanggapinya.

Kembali Agraham menghela napas, "Ayah bakal pesan makan malam buat kamu, kalau makanannya lambat datang, kamu bisa nggak ke bawah ambil makanannya?"

"Kalau nggak bisa, biar ayah tunggu sampai makanannya datang baru ayah ke kantor," lanjut Agraham tanpa memalingkan wajahnya.

Leya menggeleng pelan, ia pasti sudah bisa berjalan lagi, lagipula tubuhnya tak terlalu lemah seperti kemarin.

"Ayah berangkat aja. Leya bisa kok," balas Leya kembali tersenyum.

"Ya udah, telpon ayah kalau ada apa-apa, ngerti?" ujar Agraham dan dibalas anggukan singkat oleh Leya.

Sebelum pergi dari sana, Agraham mengecup kening putrinya lalu meraih laptopnya kemudian pergi meninggalkan Leya sendiri.
***
***
Setelah selesai memakan makan malamnya, Leya hanya duduk bersandar di kepala ranjang sambil menatap layar ponselnya.

Jam di ponsel Leya telah menunjukkan angka 18.20 ketika Leya telah selesai makan makanan yang di pesan oleh ayahnya.

Lima belas menit yang lalu, dengan susah payah Leya turun dari kamarnya untuk mengambil makanan yang di pesan oleh ayahnya.

Menggapai Suhaa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang