Menggapai Suhaa 23: Susah tidur

57 7 1
                                    

Malam yang hening di sebuah rumah sederhana yang menjadi tempat dimana Amara tengah menyeduh teh hangat sambil menonton televisi di malam minggu.

Keheningan itu seketika sirna saat sang kakak tiba-tiba masuk ke dalam rumah sambil membanting pintu dengan wajah yang ditutupi menggunakan tudung Hoodie nya.

"Eh Jamal, kalau mau masuk salam dulu kek, malah bikin kaget orang.. muka abang kenapa hah?" tanya Amara lalu kembali melanjutkan aktivitas nya.

Bukannya menjawab, Suhaa malah masuk dan segera duduk di sofa panjang tepat di samping adiknya. Kemudian ia menunduk frustasi sambil menghela napas.

Semakin lama tingkah Suhaa benar-benar aneh hingga membuat Amara merasa risih, ia sama sekali tidak konsen saat menonton televisi karena kakaknya.

"Abang kenapa sih, kalau ada apa-apa tuh ngomong!" Amara menatap sang kakak dengan jengkel.

"Nggak, nggak ada..," balasnya singkat tanpa mengubah posisi awalnya.

Entah apa yang terjadi pada kakaknya, Amara hanya bisa menebak jika sang kakak tengah senang bukan kepalang, entah apa alasannya.

Amara mulai berpikir keras, ia harus mencari tahu apa yang membuat sang kakak tiba-tiba bahagia setelah jalan-jalan bersama Leya.

Tunggu, tadi abang jalan-jalan sama kak Leya, kan?

"Abang udah jadian sama kak Leya?" Amara menebak asal-asalan.

Mendengar itu Suhaa tersentak sambil membuka tudung Hoodie nya dengan wajah yang memerah, "K-kok lu tau!!?"

"Hoh~ ternyata beneran udah jadian, nggak kaget sih..," balasnya tenang, kembali Amara beralih menatap televisi untuk melanjutkan acara kesukaannya.

"L-loh, tapi kok bisa.. kok bisa Ara tau!?" Kembali Suhaa bertanya karena merasa sangat terkejut.

"Ya iyalah tau. Jelas-jelas kalau kak Leya itu suka sama abang, abangnya aja yang nggak peka. Padahal Ara baru kenalan sama kak Leya beberapa minggu lalu, dasar nggak peka!" balas Amara dengan nada tinggi.

"Ara juga tau kalau abang sebenarnya suka sama kak Leya, cuman abangnya aja yang nggak sadar," lanjutnya dengan nada kesal.

"Ara kasian sama kak Leya, gimana kedepannya kak Leya ngurus kakak yang super nggak peka." Kembali Amara melanjutkan kalimatnya.

Mendengar hal itu, Suhaa kembali menunduk frustasi. Ia semakin merasa senang bercampur cemas setelah mendengar hal itu dari adiknya.

Entah apa alasannya ia merasa cemas, ia juga tak mengerti ada apa dengannya. Suhaa kemudian mengacak-acak rambutnya dengan kasar sambil menghela napas panjang.

"Abang masuk ke kamar aja deh, Ara jadi malas nonton gara-gara abang. Sana, cepet!" Amara mendorong Suhaa hingga mencapai pintu kamar dan kembali duduk ke sofa.

Satu helaan napas yang panjang kembali keluar dari mulut Suhaa, ia lalu membuka pintu kamar sambil menempelkan dahinya ke pintu.

Malam ini sepertinya ia tak akan bisa tidur, entah apa yang ia lakukan di malam minggu yang sepi ini, entahlah.. ia akan memikirkannya nanti!
***
***
"Leya, duduk di sebelah ayah," perintah Agraham dengan lembut saat melihat sang putri baru saja pulang dari jalan-jalannya.

Agraham sudah menunggu sejak Leya keluar dari rumah, ia memutuskan untuk menunggu anak gadisnya pulang di sofa panjang sambil meminum kopi.

Lagipula Agraham berencana untuk tidak tidur malam ini karena pekerjaan yang mendadak, jadi tidak masalah kalau ia meminum kopi.

Leya hanya menuruti permintaan ayahnya, ia lekas melangkah ke arah sang ayah dan duduk tepat di samping Agraham.

Keheningan membentang saat Leya baru saja mendaratkan bokongnya ke sofa, sang ayah hanya diam tak mengatakan apapun.

Menggapai Suhaa (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang