Dua Puluh

531 59 1
                                    

_______________________________
Celisa,

Kotak musik ini sangat berharga bagiku karna disaat sedih, kotak ini selalu bisa menghibur dan membuatku tersenyum.

Aku tau sekarang kamu udah ada Geo dan pasti waktumu juga akan lebih sering di habiskan dengannya. Aku sebagai sahabat ikut senang melihatmu bahagia.

Ku harap, jika nanti kita jarang bertemu, kotak musik ini bisa menghiburmu.

~Arlena
________________________________

"Bodoh! Siapa juga yang bersama GEO!, ku pikir ini surat cinta!" kesalku yang sudah terlanjur menangis.

"ARLENA ARGH!" teriakku gemas dan bergegas mencarinya.

Aku berjalan memutari halaman sekolah, bahkan ke kelas dan cafe tapi sosok Arlena pun tak kunjung ku temukan. Satu-satunya tempat yang belum ku datangi adalah gedung kosong itu.

"Arlena!" panggilku yang akhirnya menemukanya duduk termenung di atas gedung. Arlena mengusap air matanya dan memandangku tak percaya.

"Arlena, bisa gak kamu tolak Ran?!"

Akupun berjalan mendekatinya dan mengalungkan tanganku di lehernya. Dia melihatku dengan tatapan sedih dan juga terkejut.

"Please, just dont date a man..." lirihku yang langsung bersandar di bahunya.

"Lisa dengerin! Aku yang gak mau kamu dating siapapun, maksudnya, please just date me!" sambungnya dengan nafas yang tidak beraturan. Kata-kata itu membuatku tak percaya karna tingkah laku Arlena yang selama ini sangat susah di tebak.

Dia langsung memelukku erat, dia juga terlihat lega telah mengatakan perasaannya.

"Aku takut kehilangan kamu, aku juga ngerasa nyaman sama kamu..."

"Bahkan gak tau kapan, tapi perasaan itu tiba-tiba muncul, maaf udah ngehancurin persahabatan kita–"

"Gak, aku gak mau maafin kamu!" tegasku yang langsung memalingkan muka dari hadapannya.

Dia terkejut dan raut wajahnya langsung berubah.

"Ku pikir kamu tadi juga–"

"Iya! Aku juga suka, dasar gak peka banget sih jadi cewek!" pukulku pelan.

"Apaan itu malah ngasih surat tentang Geo, aku kan gak suka dia, gimana kalau itu beneran dan kamu cuma lepasin aku gitu aja sama seorang Geo? Seriusan Lena?"

"Aku-aku bingung, kamu itu juga nyebelin banget! Kamu gak kasih aku kode sama sekali kalo kamu suka sama cewek! Aku hampir mati jantungan tau gak sih...!" tambahku lagi.

"Mati jantungan kenapa stroberi lucu?"

"Ya karna kan, kamu kan, kamu..." malu ku karna Arlena mengodaku yang sedang marah, maksudku yang sedang sangat marah.

Arlena tertawa dan dia langsung memelukku lagi.

"Kamu hampir aja jadian sama RAN!" bentakku sembari melepaskan pelukannya.

"Lucu banget sih marahnya, lagian siapa juga yang pura-pura pacaran?"

"Ih tapi kan kamu lebih parah, kamu yang salah pokoknya, humph!"

"Iya baik tuan putri stroberi maaf ya, tapi sayangnya gak semudah itu..." ucapnya yang tiba-tiba langsung mencium pipiku dengan cepat.

Aku terkejut, dia pasti juga melihat wajahku yang berusaha menutupi malu.

"Arlena ihh, aku-aku mau pulang aja!" malu ku dan segera berdiri.

Arlena ikut berdiri lalu membersihkan celananya yang sedikit berdebu. Dia mengengam tanganku lalu kami berjalan keluar dari gedung itu.

"Arlena jelek!" ejekku yang masih merasa kesal.

"Celisa cantik!" tambahnya lalu tersenyum manis.

"Ih udah, di gombalin terus akunya, kan jadi maluu!"

"Hahahaha, dasar stroberi"

"Kamu oreo wlek!"

Dia lalu mengengam tanganku lebih erat dan tertawa senang, baru pertama kalinya aku melihat dia sebahagia ini.

'Dasar manis banget sih Oreo yang satu ini'

----------------------------------------------

"Kamu mau makan apa?" tanya Arlena.

"Hehehe, kamu tau aja sih aku laper"

"Taulah orang kamu marah-marah 24 jam!"

"HIH! Lama-lama kamu ya, yang aku makan!"

"Kabuur monster stroberi mengamuk!" teriak Arlena yang langsung berlari menjauh.

"ARLENA, SINI!"

TBC

Just Don't Date A Man Where stories live. Discover now