• RIYO - 05 •

32.9K 3.4K 118
                                    

”Yo,” panggil Roy pelan

Oops! This image does not follow our content guidelines. To continue publishing, please remove it or upload a different image.


”Yo,” panggil Roy pelan.

Roy sebenarnya tidak tahan mendengar tangisan pilu Riyo, namun apa boleh buat. dia ingin Riyo tenang dengan menangis, sementara tangannya terus mengusap punggung bergetar Riyo dengan gerakan teratur. Riyo tidak kuat, tidak kuat menahan semua perasaan yang dialami sekarang.

Riyo menumpahkan kesedihan yang dia pendam sendiri, dia tidak tahu menahu bahwa sebenarnya ayah dan bundanya tidak mengalami kecelakaan, melainkan dibunuh oleh pengasuhnya sendiri. Anil.

Sedari Roy membawanya keluar pun dia masih menangis dengan memeluk Roy erat, dia tidak tahu harus berkeluh-kesah kepada siapa lagi. dia sebatang kara sekarang, keluarga ayah maupun bundanya tidak ada yang dia kenal. selama ini kedua orangtuanya belum pernah memperkenalkan dia kepada keluarga besar mereka, entah bagaimana nasib hidupnya sekarang.

Tangan kecil Riyo memeluk erat leher jenjang Roy, wajahnya tenggelam dalam lipatan leher Roy. isak tangisnya tumpah ruah membasahi baju yang Roy pakai, lehernya yang dicekik Anil tidak terasa sakit sedikitpun. justru hatinya yang terasa tersayat mengetahui fakta kedua orangtuanya dibunuh, beberapa kali kepalanya menggeleng dalam gendongan Roy. membayangkan keluarganya dibunuh secara tragis semakin membuat hatinya terasa nyeri.

Teriakan-teriakan Anil yang terdengar sampai luar membuatnya semakin menangis histeris, dia benci pada dirinya sendiri yang terlambat mengetahui kedua orangtuanya dibunuh. kepalanya menggeleng, dia tidak bisa mengorbankan nyawa orang lain lagi.

”I-iyo m-mau tu-turun,” ucapnya sesegukan. tangannya yang memeluk leher Roy terlepas, bulir-bulir air matanya dia hapus dengan kasar.

Roy menurunkan Riyo dengan pelan, mendudukkannya pada kap mobil. namun Riyo tiba-tiba melompat turun dari mobil kemudian berlari kedalam rumah, Roy yang tersadar segera mengejar Riyo yang sudah masuk kedalam rumah lebih dulu.

Riyo mematung di ambang pintu, air matanya kian meluruh begitu melihat Anil yang berjalan dengan memegang serpihan kaca mendekat kearah Ray, Reksa, Renal dan juga Reza.

Begitu netranya melihat Anil yang semakin dekat, dia berlari, berlari mencegah Anil yang akan melukai mereka.

Roy yang melihat Riyo mendekat terbelalak kaget, sedangkan keempat sahabatnya belum menyadari kehadiran Riyo di sana.

”MATI!” Retina Anil berkilat tajam melihat mereka yang tidak ada takut-takutnya melihat dia berjalan semakin mendekat, namun dia berteriak 'mati' bukan kepada mereka. melainkan Riyo yang dia lihat berjalan mendekat kearahnya, bibirnya tersenyum miring. dengan gerakan cepat dia mendekat kemudian--

Kreeet!

”Akh sa-sakit ...”

Mereka semua terkejut, terkejut karena bukan Reksa yang terkena serangan kaca dari Anil, melainkan ..., Riyo.

”HAHAHAHAHAHA!!” Tawa Anil menggelegar, serpihan kaca yang terlumuri darah setelah dia menggores leher Riyo dia jilat dengan rakus.

”Manis,” ucapnya dengan menyeringai.

Kelima manusia yang ada di sana seakan tersadar kembali kedunia  nyata, setelah tadi mereka berada di dunia lain. apalagi Reksa yang masih menatap lurus kearah Riyo, dia seperti dejavu. dia seperti pernah berada dalam situasi seperti ini ..., Mimpi. ya! dia pernah bermimpi tentang kejadian yang dia alami sekarang, bedanya di sana dia yang terluka, bukan orang lain.

Riyo masih berdiri lemah dengan memegang lehernya yang terus mengeluarkan darah segar, tatapannya mulai sayu dengan kesadarannya sudah berada di ambang batas.

Reksa yang melihat tubuh kecil Riyo akan tumbang segera menahannya, tubuh kecil Riyo dia dekap dengan erat.

Sedangkan Ray, Renal serta Reza menahan Anil yang akan bergerak mendekat kearah Riyo. ketiganya menyudutkan Anil pada tembok, serpihan kaca yang dipegang Anil diambil alih oleh Reza. kedua tangan Anil dipegang oleh Ray serta Renal dimasing-masing sisi, Anil sudah tidak bisa berteriak karena bibirnya dibekap menggunakan selotip oleh Reza.

”Hmpthh!” Anil bergumam tidak jelas, kakinya menginjak kaki Ray serta Renal dengan brutal. namun keduanya tidak goyah sedikitpun.

”Mmhhhh!!” Racau-an Anil semakin menjadi-jadi setelah Reza menggores lehernya dengan kasar.

”Ck! lama,” Komentar Renal menatap Reza yang semakin bermain-main dengan Anil.

Reza yang mendengarnya mendengus kesal, dengan cepat dia mengeluarkan revolver yang dia selipkan pada pinggangnya. tangannya memutar-mutar revolver tersebut kehadapan Anil, namun Anil masih terlihat biasa saja, tidak gencar sedikitnya.

Dorr ... Dorr

Dua kali tembakan yang Reza lakukan tepat mengenai bagian jantung Anil, tubuh Anil langsung ambruk ke lantai dengan darah yang menguar deras dari bagian yang Reza tembak.

Ketiganya langsung berlari kearah Reksa yang mendekap tubuh kecil Riyo, Ray yang ada di samping Reksa menekan luka pada leher Riyo, mencoba menghentikan darah yang masih terus mengalir.

”Bodoh!” Sentak Reza, bukannya membawa Riyo dengan cepat Reksa malah tetap bergeming dengan mendekap tubuh Riyo.

”Sa, rumah sakit.” Beritahu Renal.

Reksa yang mendengarnya segera bangkit, jantungnya berdegup kencang membayangkan kemungkinan besar Riyo tidak selamat.

Mereka meninggalkan pekarangan rumah berlantai dua itu dengan perasaan kacau, sebelum pergi Reza sudah menghubungi orang kepercayaannya untuk membereskan semua yang terjadi.

”Yo,” Ray menepuk pelan pipi Riyo yang ada dalam pelukan Reksa, setelah mereka membawa Riyo kedalam mobil, Riyo langsung kehilangan kesadaran.

Kedua tangan Reksa mengepal erat, sekuat tenaga dia menahan liquid bening yang sudah menumpuk di pelupuk matanya. degup jantungnya seakan menggila begitu merasakan denyut nadi Riyo yang semakin melemah.

”CEPAT SIALAN!” desis Reksa tajam, Roy yang mengambil alih kemudi hanya mengepalkan tangannya kuat. beberapa kali tangannya memukul stir mobil, kecepatan bahkan sangat tinggi, namun rumah sakit yang mereka tuju benar-benar terasa begitu jauh.

Ray terus menepuk pipi Riyo dengan pelan, melihat bibir mungil Riyo yang semakin pucat membuat Reza maupun Renal berpikir yang tidak-tidak.

”Please be-bertahan ...” Runtuh sudah pertahanan yang Reksa bangun, tetesan air matanya mengenai wajah Riyo yang terlelap. tangan Riyo yang dia genggam seakan melemah hingga terlepas dari genggaman.

”Bertahan ..., Bertahan ..., Bertahan please. ARGHHHHHHHHH!!”

”BERTAHAN SIALAN BERTAHAN!!”

_____

Double up ye😘

Pengen nyiksa Riyo dulu atau udah ga sabar liat Reksa bucinin Riyo?

R I Y O || Selesai ||Where stories live. Discover now