14. Kembalinya Jaemin & Hina

60 21 74
                                    


PERINGATAN: kasih tau kalau ada typo, salah penulisan, atau ada bagian yang terlihat meniru karya orang lain!

***

Hina sekarang duduk di atas jok motor Renjun. Mereka sekarang menuju rumah Jaemin untuk menjenguk Jaemin yang sedang sakit.

Hina agak kesal, sejujurnya. Jaemin malah tidak menghubungi Hina ketika sedang sakit seperti ini. Rasanya sedikit sedih mendengar kabar bahwa Jaemin sakit.

"Lo tau rumah Jaemin di mana, kan?" Tanya Hina.

"Tau, kok. Gak usah khawatir," jawab Renjun sedikit berteriak.

Hina menarik napasnya, kemudian menghembuskannya pasrah. "Nanti habis pulang dari rumah Jaemin, gue mau curhat."

Renjun mengangguk. "Oke," jawabnya.

***

Renjun mengetuk pintu rumah Jaemin. "Permisi," kata Renjun sambil terus mengetuk pintu rumah. "Ada orang?"

Tak butuh waktu lama, akhirnya ada seseorang yang membukakan pintu. "Ini temen-temennya Jaemin, ya?" Tanya lelaki paruh baya tersebut.

"Iya, kita berdua mau nengok Jaemin," jawab Renjun dengan senyuman yang ramah.

"Oh iya, silahkan." Ayah Jaemin mempersilahkan Hina dan Renjun untuk masuk.

Hina dan Renjun membungkukkan tubuhnya sebelum masuk ke dalam rumah Jaemin.

Ini pertama kalinya Hina datang ke rumah Jaemin. Dia sangat terpana melihat isi rumah Jaemin yang terbilang cukup mewah. Hina tidak pernah mengira bahwa Jaemin orang kaya.

"Rumahnya bagus banget," gumam Hina pelan, namun masih terdengar oleh telinga Renjun.

Renjun tersenyum. "Gue juga waktu pertama kali dateng ke sini kaget banget, Na. Sekarang mah udah biasa."

Hina mengangguk paham.

"Lewat sini." Renjun menarik tangan Hina menuju kamar Jaemin yang ada di lantai atas.

Renjun mengetuk pintu kamar Jaemin. "Permisi, Jaem? Ini gue, Renjun," kata Renjun dari luar kamar Jaemin.

"Masuk," kata Jaemin.

Renjun membuka pintu Jaemin perlahan. Dilihatnya Jaemin sedang duduk sambil memakan bubur yang dimasak oleh Bunda Yoona.

"Hai, Jaemin," kata Hina ragu.

Jaemin mengangkat kepalanya. Dia langsung membelalakkan matanya melihat Hina datang. "Hina?"

Renjun nyengir. "Gue sengaja gak ngasih tau kalau Hina bakalan dateng. Takutnya nanti lo dandan dulu."

Jaemin menutupi wajahnya menggunakan selimutnya. "Anjir, gue lagi jelek gini malah dateng."

Hina tersenyum. Dia mendekat pada Jaemin. "Masih ganteng, kok, Jaem."

Jaemin semakin menutupi wajahnya. "Aku belum mandi dari pagi."

Renjun menghela napas. "Lo gak sadar apa kalau lo itu ganteng? Mandi gak mandi, lo tetep ganteng. Udah, deh." Renjun menarik selimut yang Jaemin gunakan untuk menutup wajahnya.

Jaemin berdecak. "Aku lagi jelek, Na."

"Ganteng, kok." Hina mengambil alih mangkuk yang berisi bubur itu dari tangan Jaemin. "Aku suapin?"

Jaemin menggelengkan kepalanya. "Gak mau makan."

"Makan dulu. Makan gak?" Hina tetap memaksa.

"Si Hina jadi kayak emaknya Jaemin, kalau gini," celetuk Renjun.

4 PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang