32. Putus

47 18 20
                                    

Hina sudah menguap beberapa kali. Selama perjalanan menuju ke rumahnya dia tertidur beberapa kali, kemudian kembali bangun lagi. Tidak baik juga tidur di jalan walau bukan Hina yang mengendarai motor.

Hina mengembalikan helm milik Jaemin yang tadi dia pakai. "Makasih, Jaemin. Aku mau langsung tidur sekarang. Kita ketemu lagi besok." Hina tersenyum, dia melambaikan tangannya sekilas.

"Jangan langsung tidur. Ganti baju dulu," kata Jaemin serius.

"Kamu juga obati kaki kamu yang sakit kalau udah nyampe rumah, ya?" Kata Hina dengan matanya yang terpejam. Jadi terlihat seperti mengigau.

Jaemin terkekeh melihatnya. Pasti Hina sangat mengantuk sampai dia berbicara dalam keadaan mata tertutup seperti itu. "Tidur cepetan. Kayaknya, udah ngantuk berat."

Hina mengangguk lemah. Gadis itu berjalan lunglai menuju ke dalam rumah. Jaemin mengulum bibir bawahnya, dia takut jika tiba-tiba saja Hina terjatuh karena dalam keadaan tertidur saat sedang melangkah menuju kamarnya. Itu akan sangat berbahaya.

"Hina, hati-hati!"

"Aku masih sadar, kok. Gak usah khawatir!" Hina mengangkat jempolnya, kemudian dengan cepat dia masuk ke dalam rumahnya.

***

Hina memunculkan kepalanya, membuat Yuta yang sedang belajar dibuat terperanjat dari tempatnya duduk. "Ngagetin aja," kata Yuta dengan wajah pucatnya.

Hina terkekeh puas melihat raut wajah Yuta. "Lagian, ngapain belajar tengah malem?"

"Lah, kamu ngapain masih bangun jam segini?" Tanya Yuta balik.

Hina menghampiri Yuta, kemudian melirik buku belajar Yuta. "Tadi Hina ngantuk banget pas sore. Jadi Hina tidur. Tadi kebangun. Karena Hina tau Kakak masih melek, jadi Hina ke sini karena takut kalau sendirian di kamar."

Yuta mengangguk paham. Pemuda itu mengambil buku novel yang ada di meja belajarnya. Dia menyodorkan novel tersebut pada Hina. "Baca aja. Kakak gak akan ajak kamu ngobrol soalnya masih ada yang harus dikerjain."

Hina memerhatikan sampul novel tersebut. Hina bergumam pelan. Sepertinya novel koleksi Yuta selalu menarik. "Ini novel tentang apa?"

"Pas sama hubungan kamu sama Haechan sekarang. Pasangan yang lagi LDR," jawab Yuta, kemudian dia tersenyum miring.

Hina mendesah frustasi. "Jangan ini, dong. Nanti Hina galau semaleman sampe pagi," keluh Hina.

Yuta menghela napas. "Tapi ceritanya bagus. Baca dulu aja. Nanti juga lama-lama suka," kata Yuta sebelum kembali fokus pada kegiatannya semula.

Hina menjatuhkan tubuhnya ke lantai. "Ngantuk, ah. Gak jadi baca." Hina meletakkan bukunya di atas lantai.

"Dasar bocah. Nanti kamu nyesel gak baca novelnya," kata Yuta tidak membuat Hina peduli.

Bohong, Hina tidak mengantuk. Dia saja baru bangun tidur. Gadis itu hanya menghindar untuk membaca novel tersebut setelah mengetahui tema dari novel itu. Hina tidak mau dibuat menangis tengah malam hanya karena novel yang seolah-olah menceritakan kisah hidupnya. Hina sudah akan melupakan Haechan, jadi seharusnya Hina menghindari hal-hal yang akan membuat Hina ingat kepada Haechan lagi.

***

"Pagi, calon adik ipar."

Hina memutar bola matanya. "Gak usah sok manis," katanya garang, kemudian naik ke atas motor Mark.

"Gue ada salah apa sama lo? Galak amat. Lagi datang bulan, ya?"

"Baru mau datang bulan," jawab Hina.

Mark mengulum bibirnya. Yang dia sebut calon adik iparnya ini harus senang, tidak akan biarkan Hina terus kesal sepanjang hari.

4 PangeranNơi câu chuyện tồn tại. Hãy khám phá bây giờ