23. Satu Tahun Berlalu

52 21 43
                                    

Sudah hampir satu tahun Hina dan Haechan berpacaran. Jeno dan Karina juga baru saja berpacaran tiga bulan yang lalu. Renjun dan Ningning baru berpacaran satu minggu yang lalu.

Yang paling lama menjalin hubungan adalah Winter dengan Jaemin. Tapi hubungan mereka seperti berada di ujung tanduk. Mereka sering kali putus-nyambung hubungan. Bagaimana tidak? Jaemin masih mencintai Hina. Ah, itu sulit untuk mereka tetap mempertahankan hubungannya. Winter juga sudah pasrah.

Hina sekarang sudah kelas dua belas SMA. Yang artinya, dia akan segera lulus dan melanjutkannya dengan kuliah. Jika yang lainnya ada juga yang kerja, mungkin.

Hubungan Hina dan Haechan masih baik-baik saja. Malah berjalan dengan sangat baik sampai sekarang. Tapi mereka sekarang sedang sibuk-sibuknya belajar untuk mempersiapkan diri. Jadi mereka sangat jarang untuk bertemu. Jika bertemu pun hanya di sekolah saja.

Terkadang Haechan atau pun Hina jika ada waktu untuk menelpon, maka mereka akan menyempatkan waktu untuk mengobrol lewat telpon walau hanya sebentar. Setidaknya dalam sehari mereka harus saling bertelpon.

Seperti sekarang ini, Hina lelah karena dia sudah belajar sejak tadi pagi. Ini hari libur, tapi rasanya seperti bukan hari libur. Hina memutuskan untuk beristirahat sejenak terlebih dulu sampai dia merasa lelahnya sudah pergi.

Hina meraih ponsel yang dia letakkan di atas meja. Dia mencoba untuk menelpon Haechan. Berharap telponnya diangkat. Dia sudah sangat merindukan Haechan.

"Halo, Na?" Jawab Haechan dengan suara beratnya khas baru bangun tidur.

"Oh iya, halo. Eumm...lo baru bangun tidur?"

Terdengar suara Haechan terkekeh di sebrang sana. "Iya. Gue tidur dulu sebelum belajar. Lo lagi ngapain?"

Hina tersenyum. "Gue lagi istirahat. Tadi baru selesai belajar. Sekarang mulai ngantuk juga," jawabnya.

"Ya udah, lo tidur aja dulu. Gue gak mau ganggu."

Hina menggelengkan kepalanya. "Gak ganggu, kok. Kan, gue yang nelpon."

"Oh, iya, ya? Lupa gue."

Hina mengulum bibirnya. "Apa gue yang ganggu?" Tanya Hina ragu.

"Hah? Eh, enggak, kok. Enggak, Na. Lo gak ganggu. Enggak, tenang aja," suara Haechan terdengar panik.

"Gue gak ganggu tidur lo, kan?" Hina khawatir dia mengganggu tidurnya Haechan.

"Enggak, kok, Sayang. Udah, ya? Jangan merasa bersalah, gitu. Gue gapapa, kok. Gue malah seneng lo bangunin. Jadi lo ngasih peringatan buat gue belajar. Makasih udah bangunin gue."

Hina mengangguk paham. "Ya udah, sama-sama." Hina terkekeh canggung.

Hina menatap jam yang ada di kamarnya. Dia membulatkan matanya karena ternyata dia sudah beristirahat lebih dari setengah jam. "Chan, udah dulu, ya? Gue mau lanjut belajar lagi, nih."

"Iya. Nanti sore gue ke rumah lo, ya. Kita jalan."

"Oke," kata Hina sebelum dia mematikan sambungan telponnya.

***

"Na, itu pacar kamu udah nunggu di ruang tengah," teriak Yuta dari luar kamar Hina.

"Iya, sebentar." Hina mengoleskan lip tint terlebih dulu sebelum keluar dari kamarnya.

Yuta menggeleng-gelengkan kepalanya melihat Hina yang baru saja keluar dari kamar. Hina berdandan cukup lama. Padahal jika dilihat-lihat ternyata dia hanya memakai lip tint dan bedak saja.

4 PangeranTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang