Chapter 28 ♗

699 130 14
                                    

Lagi (1)

⧫︎

"Kakak! Kakak tidak tau apa yang baru saja kami saksikan bersama Valias!"

Wistar meminta Vetra untuk membawa mereka langsung ke ruangan sang kakak dan Wistar langsung berseru.

Frey mengendalikan dirinya sebagai putra mahkota karena Vetra masih ada di sana. Merutuki sikap Wistar di dalam hatinya.

"Iya, adikku." Lantas menoleh pada Vetra. "Nona Vetra. Terimakasih sudah membantu Tuan Muda Valias. Kau bisa kembali." Dia memasang senyum ramah berwibawanya.

"Y- Yang Mulia..."

Vetra teringat pada apa saja yang sudah terjadi tadi. Ada berbagai hal yang ingin dia tanyakan pada Frey sang Putra Mahkota dan calon raja di depannya.

Perang? Apakah Hayden benar-benar akan menemui perang?

Terutama pada tuan muda berambut merah itu. Berdasarkan simakan Vetra, yang dia tangkap adalah kalau tuan muda bernama Valias itulah yang menjadi inti semua info mengejutkan yang dia peroleh.

Pesan Dewa? Apakah itu mungkin?

Sesuatu semacam itu belum pernah terjadi sebelumnya. Hari ini, begitu mengejutkan bagi Vetra.

Vetra berpikir, apakah dia dan teman-temannya harus bersiap untuk perang? Mereka adalah mage Kerajaan Hayden. Mereka hidup di bawah atap mewah istana dan melayani keluarga kerajaan. Apakah itu artinya mereka akan menjadi senjata Hayden dalam perang? Tuan muda Valias bahkan meminta bantuan elf. Makhluk yang Vetra tidak pernah sangka akan keberadaannya secara nyata.

Benak Vetra begitu penuh sampai dia tidak tau dari mana dia harus bertanya. Tapi di satu sisi, dia sadar dengan posisinya. Dia hanyalah imigran kabur dan tinggal di istana atas ijin Raja sebelumnya. Dia tidak punya tempat untuk mendapatkan jawaban.

"Ya, Nona Vetra?"

Vetra membiarkan napasnya tertahan di pangkal tenggorokannya.

" ... Tidak, Yang Mulia. Saya akan kembali. Saya permisi."

Vetra memutuskan untuk mengubur rasa ingin tahunya dan membiarkan otaknya membuat asumsi sendiri. Jika suatu saat dia memutuskan untuk bertanya pada Putra Mahkota Frey maka dia akan melakukannya nanti. Yang terpenting sekarang adalah menyemangati dirinya sendiri dan teman-temannya untuk berlatih lebih banyak hingga mereka bisa menjadi senjata perang.

Keempat orang di dalam ruangan menyaksikan Vetra keluar ruangan dan Frey akhirnya menghela napas lelah. "Jangan katakan apapun dulu. Biarkan aku duduk." Frey membuat tanda agar semua yang ada di ruangan menahan diri dari membuka mulut mereka. "Aku tau semua yang berkaitan dengan Valias akan membuatku merasa seperti aku punya serangan jantung." Dia mengayunkan tangannya ke arah Dylan. "Dylan. Kau juga duduklah. Kau pasti lelah setelah bersama Wistar untuk waktu yang lama."

"Kakak!" Wistar menjerit merasa dikhianati. Dylan hanya mengangguk dan duduk di sebelah Valias. Sedangkan dua kakak beradik yang lain itu duduk di seberang mereka.

"Baiklah. Wistar, tutup mulutmu. Valias, kau juga. Biarkan aku mendengarkan Dylan saja." Frey memicingkan mata pada Valias. "Dylan. Ceritakan padaku apa yang kalian lakukan tadi."

Dylan mengangguk kecil. "Hm. Yang Mulia." Dia bergumam lalu menjelaskan. "Valias membawa kami ke perbatasan tempat Nona Vetra ditemukan."

Frey menaikkan sebelah alisnya. "Kenapa kau bisa tau ada elf di sana? Dan, ha... bagaimana bisa kau begitu yakin kalau mereka ada," Frey mengeluh lelah sembari menutup wajahnya dengan satu tangan.

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now