Chapter 29 ♗

650 133 18
                                    

"Tunggu di sini. Aku akan segera kembali."

Valias berdiri dengan Wistar di pintu gerbang mansion. Sedangkan Dylan pergi entah kemana.

"Valias. Kau bersama kakakku waktu itu. Kakak tiriku seperti apa?" Wistar membuka percakapan.

"...Hm... kakakmu tidak jauh beda dengan Yang Mulia Frey." Valias kesulitan menjawab.

"Apa warna rambutnya?"

"Hitam."

"Hm....."

Wistar bertanya-tanya siapa ibu dari kakak tirinya. "Apakah dia anak tunggal?"

"Dia punya adik. Lebih tua darimu. Tapi dia sudah meninggal."

Wistar terkejut. "Kenapa?"

Valias terdiam. Menimbang-nimbang apakah dia harus memberitahu Wistar atau tidak.

"Entah."

"Dewa tidak memberitahumu?"

"...Dewa tidak memberitahuku segalanya."

"Hm.. begitukah?"

Valias tidak menanggapi.

"Valias. Kenapa kakak tiriku, ingin menyakiti ayah dan kakak?" Wistar bertanya lagi.

"...Ada masa lalu yang membuat pikirannya kacau."

"Apakah karena ayahku? Kakak juga?"

Valias menggeleng. "Kau dan kakakmu tidak ada sangkut pautnya."

"Oh." Wistar sibuk dengan pikirannya sendiri. Tidak mengoceh seperti biasa. Info itu membuatnya cukup terkejut. Mendengar dia memiliki kakak yang dia tidak kenal, tapi kakak itu justru ingin membunuh kakaknya, dan sudah berhasil membunuh ayahnya. Apakah kakaknya yang lain itu tidak menyukainya juga?

Tidak lama sebuah suara tapak kaki yang cukup familiar terdengar. Dylan datang dengan kuda yang digiringnya.

"Kita bisa pergi," ucapnya datar.

"Wissy. Bagaimana kau akan kembali?"

Valias penasaran. Anak ini. Dia bersikeras ikut dengannya. Lalu bagaimana dia pulang?

Wistar menyeringai. "Aku? Aku akan menginap di kamar Dylan."

Dylan mendengkus. "Jangan sentuh barang-barangku."

"Aku tidak janji." Wistar tertawa lebar.

Dylan menginjak pedal dan naik ke kuda hitamnya. "Ayo."

Valias diam di tempatnya. Memandangi kuda di depannya.

...Bagaimana aku naik?

"Kenapa, Valias? Kau tidak tahu cara naik?" Wistar menaikkan alis.

"...Sama sekali tidak."

Dia terdiam dengan mata bulat sebelum tertawa lebar lagi. "Hahahah. Baik, baik. Injak ini. Dylan, bantu dia."

Dylan tidak mengatakan apa-apa dan mengulurkan tangannya.

Dengan sedikit ragu-ragu Valias meraih tangan Dylan, menaruh kaki kirinya di pedal yang menggantung, dan merasakan dirinya ditarik naik oleh tangan yang memegangnya.

Hap.

Valias duduk di atas pelana bersama Dylan.

"Kami pergi," ucap Dylan.

"Ya! Hati-hati kalian berdua!" Wistar berseru semangat sembari melambaikan tangannya.

"Pegangan."

Pegangan? Kemana-!!!!

[HIATUS] Count Family's Young Master 백작가의 젊은 주인Where stories live. Discover now