40

852 126 10
                                    

Dengan tergesa-gesa Ali menuju ruang ICU, raut wajahnya terlihat sangat khawatir dan gelisah dia takut istrinya kenapa-kenapa ternyata firasatnya memang benar akan terjadi sesuatu kepada istrinya.

Bukan hanya takut istrinya kenapa-kenapa tapi dia juga takut janin dalam kandungan Prilly tidak baik-baik saja, meski dia terus berdoa agar keduanya dalam keadaan baik-baik saja nanti.

"Ma, gimana keadaan Prilly dan janinnya?" Ali memanggil Mamanya, disana sudah ada Mama, Papa, Ibu dan Bapak semuanya dihubungi oleh Bi Imah yang waktu itu sangat ketakutan dan khawatir melihat keadaan majikannya.

"Dokter masih di dalam, kita semua belum tahu keadaan keduanya." Jelas Mamanya.

Tak lama pintu ICU terbuka, Ali segera menghampiri dokter yang baru saja keluar.

"Bagaimana keadaan istri saya dok? Saya suaminya" Tanya Ali

"Sebaiknya Bapak ikut saya keruangan"

Ali mengikuti dokter wanita tersebut keruangannya, duduk berhadapan dengan Dokter membuat Ali merasa khawatir ada yang salah dengan Prilly dan kandungannya.

"Begini Pak, sepertinya Ibu Prilly meminum cairan Aborsi dalam dosis yang sangat tinggi menyebabkan janin dalam kandungannya tidak bisa bertahan"

"Maksud Dokter, istri saya keguguran?"

"Iya Pak, bukan hanya itu kandungan istri Bapak mengalami infeksi dan itu menyebabkan kalau Istri Bapak akan sangat sulit hamil kembali, tapi Bapak tidak usah khawatir pengobatan sekarang sudah sangat canggih, kita bisa melakukan program Bayi Tabung jika itu memang di perlukan" Jelas dokter.

Ali mengagguk lesu mendengar pernyataan Dokter, dia sudah berharap banyak dengan kandungan Prilly, dia berjanji akan menjaga Prilly dan kandungannya dulu tapi sekarang dia tidak bisa memenuhi janjinya, bagaimana kalau Prilly bertanya nanti? Ali rasa Prilly tidak akan sanggup mendengar semuanya.

Keluar dari ruangan dokter, Ali disuguhi banyak pertanyaan, Ali hanya menjawab kalau Prilly keguguran saja, dia tidak sanggup melihat kekecewaan Mama dan mertuanya kalau tahu Prilly akan sulit memiliki anak.

"Hmm, mungkin ini memang sudah takdirnya. Tapi Mama heran siapa yang tega meracuni makanan Prilly dengan obat aborsi?"

"Ali juga tidak tahu Ma, di rumah belum di pasang CCTV karena kemarin tukangnya gak bisa datang, Ali nyesel kenapa gak pulang cepat hari ini."

"Sudahlah Nak, mungkin Allah telah menyiapkan sesuatu yang Indah nantinya semoga saja Prilly bisa segera di berikan Amanah lagi."

Ali tersenyum getir dan berbisik "semoga saja".

Arini yang bersembunyi di balik tembok mendengar dan tersenyum puas, ini memang ulahnya tapi bukan dia yang melakukannya, dia tidak mau mengotori tangannya untuk hal sepele seperti ini, Arini sekarang orang kaya dia tinggal menyuruh orang melakukan itu, Asal ada uang maka semuanya akan selesai.

Pura-pura bersedih Arini mendatangi semuanya, sekarang giliran perannya bekerja menarik simpati semua orang dan yang pertama adalah meminta maaf kepada Ibu dan Bapak.

"Maafkan Arini pak, Bu. Arini selama ini di butakan oleh harta, Arini menyesal telah meninggalkan Ibu dan Bapak."

"Tidak apa Nak, Ibu dan Bapak sudah memaafkanmu. Lagi pula memang seharusnya kamu tinggal bersama orang tua kamu."

Arini tersenyum kecil, Ibu nya memang lugu mudah sekali di bohongi padahal dalam hatinya dia sama sekali tidak menyesali apapun.

"Tahu darimana kamu kalau Prilly di rumah sakit?" Tanya Ali

M I N EWhere stories live. Discover now