54

459 47 5
                                    

"Maafkan aku mas, tapi aku gak bisa lihat Ibu sama Bapak menderita" Ali hanya menghela nafasnya, dia tahu ini akan terjadi tapi dia percaya istrinya mempunyai rencana lain

"Kamu dengar sendiri kan? Kalau memang dia cinta dia gak akan menukar cinta nya dengan apapun" Ujar Arini mengejek Ali

"Itu bukan menukar, tapi pengorbanan seorang anak kepada kedua orang tuanya. Dia tahu orang tuanya lebih membutuhkannya dari pada cintanya, lalu apa dengan ini kamu sudah puas?"

"Puas? Tentu saja aku belum puas, kalian belum bercerai dan kamu belum menikahi ku"

"Perjanjian nya adalah Prilly melepaskan saya maka kamu juga akan melepaskan Ibu dan Bapak, soal menikahi kamu itu menjadi keputusan saya"

"Tapi aku berubah pikiran, bagaimana kalau kita menikah sekarang dan aku akan melepaskan orang tua itu"

"Arini, apa dengan menikahi saya kamu akan bahagia bersama saya? Kamu mencintai saya tapi saya mencintai orang lain, apa itu akan membuat suatu keluarga yang bahagia? Saya rasa tidak"

"Kamu tidak perlu mencintai aku mas, cukup kamu menjadi milikku itu saja sudah cukup"

"Cukup? Sekarang saja kamu meminta lebih dan bagaimana mungkin kamu merasa cukup dengan memiliki saya? Kamu pasti akan menuntut cinta dari saya dan saya tidak akan pernah mencintai kamu sampai kapanpun, saya hanya akan jatuh cinta sekali"

"Seiring berjalannya waktu kamu juga akan mencintai aku mas"

Ali tak habis pikir bagaimana bisa perempuan ini begitu enteng nya membicarakan hubungan yang kenyataan nya hubungan itu tidak sehat, lagi pula dengan Prilly mengatakan melepaskan nya bukan berarti dia harus menjadi milik Arini.

"Siapa bilang aku melepaskan mas Ali?" Arini menatap Prilly

"Aku cuman bilang kalau aku tidak bisa melihat Ibu sama Bapak menderita tapi bukan berarti aku melepaskan suamiku untuk bersama wanita seperti kamu"

"Berani nya kamu"

"Kenapa? Kamu marah? Seharusnya aku yang lebih marah karena kamu sudah memperlakukan Bapak dan Ibu seperti ini, seharusnya dari awal kamu memang tidak hadir dalam kehidupan kita"

"Sekarang kamu menyesal?"

"Ya, aku sangat menyesal karena pernah menyayangi kamu sebagai adikku"

"Hah! Aku lebih menyesal karena di rawat oleh keluarga miskin seperti kalian"

"Jaga bicara kamu Arini" bentak Prilly, dia memegang lengan Arini cukup kencang terlihat dari matanya yang memerah kalau Prilly sangat marah kali ini

"Lepaskan! Ini sakit!" Arini berusaha memberontak, tapi cekalan Prilly di lengannya tidak bergeming sedikitpun

"Sakit? Ibu dan Bapak jauh lebih sakit hatinya karena kamu" Prilly melepaskan cekalannya dan sedikit mendorongnya membuat Arini terdorong dan jatuh

"Kenapa kalian diam saja? Cepat pengapian mereka semua" perintah Arini, anak buahnya segera mengarahkan senjata mereka dan menarik pelatuknya perlahan

"Tahan tembakan kalian" sebuah suara membuat gerakan mereka terhenti, semua nya melihat kearah asal suara anak buah Arini membungkukkan badannya melihat siapa yang datang

"Apa-apaan kalian? Cepat lakukan perintah ku" bentak Arini, dia menuju salah satu anak buahnya

"Maaf kan kami, tapi bapak tidak memerintahkan kita untuk menembak"

"Peduli setan, cepat tembak mereka semua dan si tua Bangka ini juga"

"Apa hak kamu memerintah mereka semua?" Tanya Rudy, ya Rudy datang ke sana tepat waktu. Mama Ali meneleponnya dan bergegas datang kemari.

"Mereka harus menuruti perintahku, karena kamu menggaji mereka dengan uangku"

"Uang kamu? Sebaiknya kamu melihat ini" Rudy melemparkan amplop coklat yang berisi hasil tes DNA keduanya yang nyatanya tidak cocok sama sekali.

"Apa maksud semua ini? Jangan bermain-main kamu Rudy"

"Itu adalah kenyataan nya, kamu bukan lah anak saya" ujar Rudy

"Kamu berbohong, kamu sendiri yang bilang kalau saya adalah anak kamu"

"Itu adalah kekeliruan saya, Ibu kamu memang menemukan kamu dengan selimut bernama kan Arini Mustika Rahayu tapi yang sebenarnya adalah selimut itu terjatuh dan mungkin Ibu kandung kamu menggunakan selimut itu untuk membuang kamu"

"Lalu tanda lahir itu?"

"Itu hanyalah sebuah kebetulan, dan saya sudah menemukan putri saya yang sebenarnya"

"Bohong! Kamu berbohong kepada saya, saya itu anak kamu"

"Kalau memang kamu tidak percaya, ayo kita buktikan ke aslian surat ini"

Arini terdiam, kalau Rudy sudah berbicara seperti ini berarti dia memang benar, lalu apa yang harus dia perbuat? Tanpa adanya kekuasaan dan harta dia tidak akan bisa berbuat apa-apa.

"Sekarang lebih baik kamu menyerahkan diri kamu ke polisi dan akhiri semuanya, jangan menambah hukuman kamu nantinya" nasihat Rudy

"Kamu pikir saya akan mendengarkan nasihat murahan seperti itu?" Arini berjalan pelan ke arah anak buah nya dan segera merebut pistol yang di pegang anak buahnya itu

"Lebih baik kita mati bersama, semuanya"

Arini mundur dan langsung mengarahkan pistolnya ke arah Ibu yang masih terikat

"Bagaimana kalau kita mulai dulu dengan Ibu tua ini?" Arini menempelkan pistolnya ke arah kepala Ibu, Ibu memejamkan matanya melihat Arini mulai menarik pelatuknya dan

Dorr...

"Arght"

M I N ETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang