Part 16

946 89 8
                                    

"Disaat dirimu menyalahkan Tuhan karena tidak adil. Bukankah Tuhan adalah yang Maha adil?"

 Bukankah Tuhan adalah yang Maha adil?"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

~~~

Tok... Tok...

"Zee, lo ada didalam?"

Tapi tak ada sahutan dari sang pemilik kamar, Deo pun langsung masuk ke kamar Zee yang tak terkunci itu. Saat Deo masuk terdengar suara air seperti orang mandi dari kamar mandi yang ada didalam kamar Zee.

Deo pun duduk dikursi belajar Zee sambil membaca-baca sedikit novel yang ada di atas meja Zee sembari menunggu sang pemilik kamar selesai mandi.

Kurang lebih 15 menitan lamanya Deo menunggu akhirnya nya Zee pun keluar dari kamar mandi.

"Lah Deo? Sejak kapan disini?" tanya Zee yang masih menggunakan celana pendek tanpa menggunakan baju.

"Dari lo mandi tadi"

Zee menganggukan kepalanya "Bentar ya gue pakai baju dulu" Zee pun membuka lemari nya mengambil kaos lengan pendek berwarna putih polos untuk ia pakai.

"Zee, lo sudah ke makam?" tanya Deo disela Zee memakai baju nya.

"Udah tadi" jawab Zee lalu menyelesaikan memakai bajunya.

"Sama Fiony?"

Zee menghembuskan nafas panjangnya kemudian berjalan dan duduk di pinggiran kasur miliknya.

"Sendirian" jawab Zee lalu meraih obat yang ada diatas nakas dan mengambil beberapa butir untuk ia minum.

Deo melihat kearah obat yang Zee ambil sepertinya bukan vitamin karena Deo mengenali persis bentuk obat yang selalu Zee minum.

"Lo masih minum obat anti depresan?!"

"Tiap hari masih gue minum" 

Deo terkejut lalu berdiri mendekati Zee untuk menepis obat yang ada di tanganya.

"Mau sampai kapan Zee?! Gila lo, bahkan yang lo minum sekarang itu udah melebihi. Lo bisa overdosis"

"Bisa pelanin dikit gak suara lo, kalo Papah sama Bunda gue tau bisa habis gue"

"Ya lo nya gila, itu bisa ngerusak diri lo sendiri bahkan bisa buat lo sakit atau nyawa lo yang ilang"

Zee mendengar perkataan Deo terdiam sejenak, lalu tertawa hambar "Sakit? Itu kan yang dirasain Fiony? Dan itu juga kan yang dirasain Abang Aran dulu? Mereka sakit dan gue pengen ngerasain yang mereka rasain. Gue sedih, gue kecewa sama diri gue sendiri, Deo lo paham kan?!"

Deo memegang pundak Zee "Gue paham Zee, tapi jangan ngerusak diri lo sendiri. Lo masih ingat kan janji lo sama Bang Aran?"

Zee terdiam membisu, pertanyaan itu seakan mengingat kan dirinya saat 3 tahun yang lalu.

Semesta dan Waktu [END√]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang