EMPAT

1K 220 131
                                    

"Gue yang traktir malam ini," ucap ketua Alleos kepada anggotanya.

"Serius lo yang traktir El?" tanya Aldo yang masih tak percaya.

"Mantep nihh makan enak," timpal Galang.

"Budget lima ratus ribu cukup ga?" tanya Jake.

"Wuishhh kecukupan malah," jawab Bara.

Mereka mulai berbondong mengambil menu makanan dan mulai memesan.

'King cafe' yang merupakan tempat bersinggahnya Alleos. Tempat kedua mereka setelah basecamp. Di cafe inilah mereka mengisi perutnya.

Pemilik cafe ini adalah saudara Jake Delion, wakil dari Alleos.

"Ga ikut makan El?" tanya Aldo
setelah semua pesanan tiba.

El, sebutan sekaligus nama yang Jake berikan kepada ketua Alleos.

Sejak kecil Jake tidak terbiasa memanggil nama asli sahabatnya itu dengan nama aslinya.

Maka dari itu, anggotanya memanggilnya El. Toh ketuanya tidak keberatan jika di panggil El. Menurut mereka itu adalah nama yang cocok daripada Leo.

"Ntar dulu," ucapnya lalu beranjak dari tempat duduknya.

Pemuda ini keluar menuju bangku taman dekat kolam ikan. Ia menyenderkan tubuhnya di bangku minimalis berwarna coklat itu.

Matanya terpejam, berusaha untuk menetralisir pikirannya yang berkecamuk.

"Nih minum dulu," suruh Jake yang duduk di sebelahnya.

Leo mengambil cola dari tangan Jake lalu meneguknya.

"Dua juta gede banget El," ucap Jake yang masih tidak percaya.

"Sekalian sedekah kali," jawab Leo.

Jake tertawa, "Emang lo tau arti sedekah?" tanyanya.

"Ngasih sesuatu dengan ikhlas," jawab Leo.

"Sebenarnya lo itu pinter," ucap Jake.

"Baru tau lo kalo gue pinter," jawab Leo lalu tertawa keras.

"El," panggil Jake yang di balas deheman oleh Leo.

"Besok lo penerimaan rapor," ucap Jake.

"Tinggal terima aja kan," jawab Leo dengan santai.

"Lo sering bolos, selain itu lo juga punya catatan," ucapan Jake terhenti.

"Gue ga peduli," ucap Leo lalu berjalan masuk ke dalam.

Jake mengusap kepalanya dengan kasar.

"Arrgh sampe kapan sih El," ucap Jake

*****

Halaman basket berukuran sedang menampilkan tiga remaja yang sedang bermain di dalamnya.

Saling berebut bola, saling melempar dan saling memasukkan bola tersebut ke dalam ring.

"Istirahat dulu gue haus," ucap pemuda bertubuh tinggi yang tak lain lagi adalah Veo.

Halaman basket ini terletak di belakang rumah Veo. Papanya sengaja membuatkan lapangan basket agar ia tak perlu repot-repot menyewa ataupun membeli lapangan basket di luar untuk putranya.

Saat ini Veo, Arlan, dan Kevin tengah istirahat. Bayangkan saja mereka berlatih dari jam 9 pagi hingga jam 1 siang. Panas dan leleh melanda mereka.

"Gila, liburan masih aja turnamen," keluh Kevin.

"Namanya juga sekolah lagi cari piala," jawab Arlan setelah meneguk habis air mineralnya.

Secret & Truth [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang