LIMA BELAS

764 157 308
                                    

Pagi ini Leo kembali mengendarai motornya menuju sekolah, SMA Garuda. Seperti biasa ia menggunakan kecepatan di atas rata-rata.

Leo melihat jam tangan di pergelangan tangan kirinya. Waktu menunjukkan pukul 06.45, bukankah upacara di mulai pada pukul 06.30?

'Sial.' umpatnya dalam hati.

Leo sampai di sekolah dengan gerbang yang sudah tertutup. Ia memukul setir motornya dengan kasar.

Ia turun dari motornya dan menggebrak-gebrak gerbang bercat coklat itu. Pak Rehan yang mengetahui itu langsung menghampiri Leo.

"Tolong bukain pak," pinta Leo.

Pak Rehan tersenyum miring dan bersendekap dada. "Buat apa saya bukain gerbang untuk murid yang terlambat," ucapnya.

"Cih. Waktu itu juga ada yang terlambat, tapi bapak biarin masuk gitu aja," protes Leo.

Pak Rehan menghela napas kasar. "Bukan hari Senin dan bukan saatnya upacara hari itu," terangnya.

"Bukain gerbangnya pak!" bentak Leo dengan menatap tajam guru kesiswaannya itu.

Leo berkacak pinggang. "Harusnya bapak kasih ucapan selamat datang karena saya bersekolah kembali." protesnya.

Pak Rehan hanya diam tak menanggapi. Terlihat bu Yasmin menghampiri pak Rehan. Leo hanya memperhatikan wanita paruh baya itu.

"Pak Rehan, biarkan Leo masuk. Bukankah kita harus menyambutnya karena dia sudah bersekolah kembali," jelasnya dengan wajah tersenyum.

Leo menatap pak Rehan dengan senyum meremehkan.

Perlahan pak Rehan mengeluarkan kunci dari sakunya dan membuka gerbang itu.

Leo menatap bu Yasmin. "Makasih bu." ucapnya

Leo menaiki motornya menuju parkiran. Pak Rehan menatap kepergian Leo dengan geram. Begitu juga peserta upacara yang memusatkan perhatiannya pada pemuda troublemaker di sekolah ini

"Terimakasih pak. Tolong beri hukuman yang sesuai istirahat nanti." pinta bu Yasmin lalu berjalan meninggalkan pak Rehan yang masih tersulut emosi.

'Ada hubungan apa Leo dan bu Yasmin?' gumam pak Rehan penasaran.

*****

"Udah dapet info dari Veo?" tanya Jefri.

"Belom," jawab Angga yang di balas anggukan oleh Jefri.

Marvel berjalan menghampiri Jefri yang duduk di pinggiran rooftop.

"Udah gue kasih ke Dira," lapor Marvel.

"Apa respon dia?" tanya Dio.

Jefri dan Angga juga tampak menunggu jawaban Marvel.

"Dia bilang ga punya kakak," jawabnya.

"Ga punya kakak?" heran Dio.

Jefri beranjak dari duduknya. Ia tampak berpikir.

"Lo ngga salah kan?" tanya Angga menghentikan Jefri yang mondar-mandir.

Jefri menggelengkan kepalanya.

"Gue yakin Leo kakaknya Dira," tandas Dio.

Mereka berempat kembali duduk di kursi-kursi yang sudah tidak terpakai.

Jefri kembali membuka buku yang di bacanya. "Menurut kalian, Veo bakal gabung ga ?" tanyanya.

"Gue ngerasa dia ga bakalan gabung," tukas Dio.

"Dia bakal gabung," timpal Angga.

"Kita undang aja ke markas. Siapa tau dia tertarik dan mau gabung sama kita," usul Marvel.

Secret & Truth [END]Where stories live. Discover now