11. Adik

1.8K 202 26
                                    

Halooo sayang-sayangku semuanya 😘😘😘❤

Semoga chapter ini baik seperti biasanya yaaa 😍😍😍

Kalau ada masalah dengan halaman atau kejadian paragraf tiba-tiba jadi terpotong lagi seperti kemarin, langsung coment dan kasih tahu aku yaaa 😍😍😍

Supaya aku bisa cepet tahu apa permasalahannya, dan kita jadi bisa segera menemukan cara terbaik untuk menyelesaikannya

Cieee

Jadi selamat membaca, semoga kalian semua bisa semakin jatuh hati dengan "Rasa Punya Nadira" 💙

*****

"Nama dokter, siapa?"

Aku langsung tersenyum, dan tetap terampil mencatat hal-hal yang perlu kusimpan dari pasien dewasa yang saat ini sedang ditugaskan oleh dokter Alan untuk diobservasi.

"Nadira," jawabku atas pertanyaan yang telah ditanyakan sebelumnya.

"Namanya bagus."

"Terimakasih."

"Dokter Nadira, dokter di sini juga?"

"Masih koas."

"Oh begitu. Pantes yang nemenin dokter ganteng ganti-ganti terus."

Aku langsung terkekeh.

"Dokter ganteng, siapa?"

"Ya dokter ganteng, dok. Dokter yang ada di sini. Soalnya aku belum sempat kenalan langsung, jadi aku belum tahu siapa namanya."

"Dokter Alan," sambung nenek yang sejak tadi masih setia duduk tenang di hadapanku.

Aku terkekeh lagi di dalam hati.

Astaga.

Ternyata, panggilan 'dokter ganteng' untuk dokter Alan, tak hanya populer di antara para tenaga kesehatan yang ada di rumah sakit ini. Tapi juga sering digunakan oleh para pasien dan keluarganya yang memeriksakan diri mereka di sini.

Entah ingin tetap merasa terkejut, atau melanjutkan rasa kagumku. Tapi panggilan seperti itu memang selalu berhasil untuk menimbulkan debaran menyenangkan di dalam jantungku.

Dan kali ini, aku semakin sadar diri, bahwa dokter Alan dan semua pesonanya memang tak akan baik untuk kondisi hatiku saat ini.

"Ah iya, dokter Alan."

Aku langsung tertawa pelan. Karena laki-laki muda yang sejak tadi selalu mengajakku berbicara ternyata memang cukup menyenangkan.

"Kalau kamu? Namanya siapa?" tanyaku sambil menatap tepat pada laki-laki muda yang saat ini sedang menoleh ke arahku dengan kedua matanya yang berbinar sangat bahagia.

"Akhirnya, dokter Nadira nanyain namaku juga."

Dan ya, semua celotehan dari pria muda ini memang akan langsung membuatku ingin sekali untuk tertawa.

Rasa Punya Nadira ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang