61. Mulai Terjadi

708 91 25
                                    

- Flashback Masa Nadira Bersama Azka -

- Tak Dinyana -

Aku menghela napasku. Dan langsung mengeratkan dekapanku pada Kaka juga Didi yang ada di atas pangkuanku.

"Memang Mas tuh nggak bisa di-iya-in."

Pelaku utama yang hari ini telah sangat berhasil membuat jantungku jadi bekerja di luar batasnya, justru berani sekali mendekatkan tempat duduknya, lalu terkekeh dengan begitu bahagia.

Astaga.

Ingin sekali jadi kesal padanya. Tapi kenapa tawa bahagianya jadi terdengar merdu sekali di telinga?

Oh tidak.

Memang menyebalkan sekali dia.

"Kok gitu?"

Enteng sekali dia memberikan respon seperti itu.

"Ya iya dong. Siapa yang udah berhasil banget buat Dira jadi kelimpungan kaya gini kalau bukan Mas jawabannya?"

Dia kembali tertawa. Bahkan lebih bahagia daripada sebelumnya. Tanpa peduli bahwa di sini kinerja jantungku jadi semakin tak berdaya karenanya.

"Mas jangan ketawa terus dong. Seneng banget si kayaknya."

"Ya seneng dong. Mas memang lagi happy sekarang. Bahagia. Senang sekali rasanya."

Aku kembali mengeluarkan dengusan panjangku. Dan segera memutar tempat dudukku, sampai kini aku jadi bisa bertemu tatap dengan seorang laki-laki yang selalu saja sangat berhasil memberikan kejutan tak terduganya untukku.

"Jadi Mas seneng?"

"Iya," jawabnya bahagia sekali dengan anggukan kepala.

"Happy?"

"Iya dong."

"Bahagia sekali?"

"Banget."

"Suka?"

"Tentu saja."

Dan karena jawaban kelewat bahagia yang selalu saja kuterima, aku benar-benar jadi ingin sekali untuk kesal karenanya.

"Tapi Dira sebel, Mas. Sebel. Kesel banget. Tahu nggak? Hari ini, Mas berhasil banget bikin Dira jadi kaya orang bego yang nggak tahu apa-apa. Dan apa ini? Kenapa cuma Dira aja yang nggak tahu? Padahal segalanya kaya udah disiapin sama semua orang? Kenapa si Mas seneng banget bikin acara nggak tak terduga buat Dira? Dan ini tuh acara penting, Mas. Penting banget malahan. Tapi kenapa Mas nggak bilang apa-apa sama Dira? Kenapa?"

Aku segera memperbaiki jalannya napasku. Saat kini aku sudah berhasil untuk meluapkan semua rasa terkejutku. Tapi ternyata yang kuberi nada protes dengan semua kalimat tanyaku, kini kembali membuat berantakan kinerja jantungku, sebab dia yang sudah berlutut tepat di hadapanku.

Ya. Dia memang selalu bisa untuk membuatku jadi lemah dengan semua sikap manisnya.

"Ini pertama kalinya Dira bisa ngomel-ngomel panjang lebar kaya gini sama Mas."

Rasa Punya Nadira ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang