57. Kenangan Mendebarkan

625 80 14
                                    

Terimakasih untuk yang tetap selalu setia memberikan dukungan tulusnya dari awal cerita ini ada, bahkan dari semua kisah yang telah kuselesaikan sampai akhirnya
😍😍😍😘😘😘❤

Yang hadirnya pasti akan selalu kuingat dan tak akan mudah untuk kulupa 😊❤

Karena setiap kisah memang selalu mempunyai lika-liku dan perjuangannya sendiri sampai bisa menemukan serta bersatu dengan bahagianya ❤

Jadi lagi-lagi, terimakasih yang banyak sekali 💕

Terimakasih karena telah mau menerima, selalu setia, dan mengerti bahwa setiap kisah memang tak pernah bisa sama untuk setiap bagiannya ❤

Salam sayang,

🌸Dinaaa

*****

- Flashback Masa Nadira Bersama Azka -

- Hari Pertama -

Aku lekas mengembangkan senyum bahagiaku. Karena baru masuk ke ruang tamu, kedatanganku sudah langsung disambut dengan bucket bunga mawar merah super besar tepat di hadapan wajahku.

"Kenapa jadi manis sekali?" tanyaku sambil terkekeh dengan sepenuh hati.

"Biasanya juga memang manis."

"Berarti ini lebih?"

"Ya. Tentu saja. Karena untuk perayaan hari pertama."

"Hari pertama?"

"Iya. Hari pertama, Dira sudah jadi punya Azka."

Aku langsung mengeratkan genggaman tanganku pada bucket bunga pemberian Azka yang kini sudah ada di dalam dekapanku.

"Terimakasih untuk bunganya," kataku berusaha keras supaya tak sampai terdengar jadi terbata.

"Terimakasih untuk siapa?"

Aku langsung mengatupkan bilah bibirku.

"Ayo, cepat, coba bilang sekarang."

Senyum bahagiaku makin coba untuk kutahan bagaimana kembangannya. Apalagi saat kini aku sudah melihat Azka sedang menaik -turunkan kedua alisnya.

Astaga.

Memang dasar.

"Dira."

"Dalem, Mas." (Iya, Mas)

Dan setelahnya, aku jadi tak bisa lagi untuk menahan laju senyum bahagia yang sedang kupunya. Ketika kini aku sudah melihat Azka sedang terlonjak dengan begitu senang di tempat berdirinya.

"Mas gemes banget sama Dira!"

Azka telah kembali berdiri tegap tepat di hadapanku, lalu tiba-tiba jadi mengepalkan dan meremat-remat kedua telapak tangannya tepat di hadapan wajahku. Gerakan seakan Azka sedang meremat kedua pipiku.

"Mas gemes banget sama Dira. Tahu nggak?"

"Nggak tahu," jawabku sambil menggelengkan kepalaku.

Dan setelahnya, aku jadi tertawa, lalu lekas menggeleng-gelengkan kepalaku bersama Azka.

"Dira nggak tahu?"

"Nggak tahu."

"Mau Mas kasih tahu?"

"Nggak mau."

"Dasar."

Dan tanpa bisa dicegah lagi, senyum bahagiaku dan Azka semakin terpatri dengan cerah sekali.

Rasa Punya Nadira ✔Où les histoires vivent. Découvrez maintenant