Cinta Subuh Part 29

739 56 0
                                    


Assalamualaikum!!!

Semoga teman-teman berlimpah nikmat sehat, sejahtera, dan bahagia!!! Selamat Membaca Cinta Subuh kembali. 

Sambil menunggu Cinta Subuh Berlanjut, silahkan membaca Taaruf Rasa Pacaran yang sudah mulai saya update juga, yaaa! tentang apa? Tentang perempuan muda bernama Icha yang capek pacaran dan memllih taaruf sebagai jalan menuju pelaminan. Semoga terhibur!!!


RATIH

Tentu saja aku tidak pernah merencanakan untuk berkata "Iya" menjawab pertanyaan yang mengacu pada ajakan menjalani hubungan tidak resmi di mata negara dan Tuhan: Pacaran. Tidak tahu juga apa yang ada di dalam kepalaku waktu itu, rasanya ada euforia dan glorifikasi dalam hati ketika Angga menyatakan perasaan. Ada dorongan kuat untuk membalas perasaannya. Mungkin itu yang banyak anak muda bilang sebagai Cinta.

Jadi, sudah resmi, hari ini, tanggal 30 Agustus 2018, adalah hari jadi kami.

"Ra, kok bengong?" suara lembut Kak Septi membuyarkan lamunanku

"ha?" jawabku

"kesambet nanti kamu, Ra!" Bang Sapta menimpali, "itu udah keburu dingin makanan, kurus baru tau nanti!"

"apaan sih, Bang," jawabku. Di hadapan kemi memang sudah tersaji makan malam hari ini, dan bukannya aku tidak suka Asam Peda buatan Kak Septi, hanya saja, diri dan hati sepertinya masih belum terbiasa. Maksudku belum terbiasa berada dalam hubungan pacaran.

"eh, jadi mau kamu ambil gak itu kerjaan ngajar bimbel?" tanya Bang Sapta

"mau, Bang, minta kontak temen Abangnya, dong" jawabku

"yaudah, nanti kita samper bareng aja, biar kamu tahu tempatnya juga, kan?"

Aku mengangguk, mengiyakan. Para pujangga benar, jatuh cinta membuat wanita terpisah raga dan jiwanya. Saat ini raga berkumpul di meja makan dengan keluarga, sementara jiwa sedang berkelana mengunjungi cinta.

Selesai makan malam, aku berpamitan untuk lebih dulu istirahat ke kamar, padahal mau mengecek telepon pintar yang kemungkinan besar sudah menampung pesan-pesan singkat dari Angga.

Jatuh cinta memang luar biasa, kamar berukuran empat kali tiga setengah meter yang sudah lama kutinggali itu terasa begitu luas, lampu kelap-kelip yang kupasang sebagai penghias di dinding seakan mengeluarkan cahaya lebih indah dari biasanya, lebih menenangkan jiwa. Apa Angga sekarang merasakan yang sama?

Salam, Ratih....

Betul ada pesan dari Angga. Tapi cuma begitu saja, tanpa ada kalimat lanjutan atau pertanyaan, aku bingung mau membalas apa, jadi kukirim :

Salam, Angga, jadi... kita sekarang pacaran?

Aku betul-betul tidak pernah pacaran. Ini betul-betul yang pertama, cukup untuk membuat jantung bergerak cepat tidak biasa.

Kamu mau batalkan?

Aku tidak langsung membalas, seakan kewarasan menang atas cinta, aku memikirkan matang-matang. Bukankah aku punya prinsip untuk tidak terikat hubungan tidak jelas, eh, tapi Angga berkomitmen untuk menikah segera setelah kita lulus, jadi ini bukan hubungan yang tidak jelas, kan?

Pertanyaan, jawaban, pembenaran, semua campur aduk dalam kepala dan hati, membuatku bolak-balik menghapus pesan balasan yang seharusnya sudah diterima Angga lebih dari setengah jam yang lalu. Sepertinya dia tidak sabar, karena handphoneku bergetar lagi, pesan masuk dari Angga.

Cinta SubuhWhere stories live. Discover now