Cinta Subuh Part 6

6.7K 286 6
                                    


RATIH

Kelas selesai sebelum ashar, memberiku kesempatan untuk pulang lebih awal. kurapihkan buku-buku dan makalah yang baru saja digunakan, memasukkannya ke dalam tas, dan melempar senyum pada teman seperjuangan di dalam kelas yang juga berbahagia atas selesainya hari ini. Kami memang biasa saling melempar senyum, tapi kejadian pagi menjelang siang tadi membuat senyum teman-teman sekelas lebih lebar. Menurutku.

Manusia memang sigap dalam memviralkan hal yang menurut mereka menarik. Kejadian mahasiswi versus dosen muda, jenius, dan tampan contohnya. Memang tidak se-viral Bowo si tik-tokers atau gangnam style tahun 2013-an dulu, tapi di lingkungan kampus J, setidaknya dari yang kualami, aku sama selebnya dengan mereka. Beberapa kali di luar kelas dan sepanjang jalan menuju parkiran, Mahasiswa dan Mahasiswi lain melempar salam seakan sudah mengenalku sejak lama. Jujur ada sedikit rasa bangga hinggap di hatiku.

"RATIIIIHHH!" panggil suara laki-laki yang cukup akrab ditelingaku. Agak keras sampai Aku mendengarnya jelas, tapi tidak cukup keras untuk mengganggu orang disekitar. Aku menoleh, mencari sosoknya di antara kerumunan, dan di sana dia berlari pelan menghindari mahasiwa lain yang sibuk dengan pencarian hikmah masing-masing. Aku kenal jelas sosok itu, Arya Satria Negara, yang baru siang tadi mengisi kuliah tujuh menit di Masjid Jami Baitullah.

"Sorry, e..Assalamualaikum" sapanya ketika jarak antara kami cukup untuk mengobrol dengan suara pelan.

"Waalaikumusalam, Kak Arya," baru setelah kusebutkan namanya, Aku menyadari kami belum pernah berkenalan secara resmi, sehingga dengan wajah wajar dan natural yang hampir berhasil menyembunyikan senyumnya dia bertanya kembali:

"Eh, saya belum sebutkan nama, lho," katanya sambil tersenyum, dan entah hanya perasaanku atau memang dia sengaja dan terbiasa, beberapa kali kutemukan dia mencoba bicara sambil menghindari kontak mata.

"Iya, kebetulan tadi saya dengar kultum Kak Arya di Masjid" jawabku membela diri, padahal hampir seluruh kampus ini mengenal pria dengan wibawa dan kharisma yang sedang berdiri dihadapanku. Tentu termasuk Aku.

"Tapi tetap nggak sopan kalau saya nggak memperkenalkan diri, saya Arya" dia tutup kedua telapak tangannya di depan dada, menghormati jilbab yang kukenakan, atau memang dia terbiasa menjaga sentuhan lawan jenis.

"Ratih, tapi sepertinya Kak Arya sudah tahu" jawabku.

"Ya, sudah tahu"

Aku tersenyum.

"Boleh saya minta kontaknya?" tanya Kak Arya penuh sopan santun, "tentu kalau Ratih nggak keberatan."

Aku kaget, manusia laki-laki satu ini betul-betul luar biasa, dengan segala kelebihannya dia merendah, berlaku sesopan mungkin, sampai caranya berkenalan sama sekali nggak mengintimidasi atau membuat kesal. Benar benar berbeda sama Angga yang~

Eh, Angga? Kenapa kepikiran dia, kenapa juga harus membandingkan Kak Arya yang kukagumi sejak tahun pertama kuliah dengan pria nggak jelas itu. Dan tiba-tiba, bayangan tentang pria tanpa sopan santun yang mengajak berkenalan saat panggilan Tuhan dikumandangkan mengisi otakku, sesaat mengaburkan Arya yang ada di hadapanku.

"Jadi...boleh?" Kak Arya menghapus wujud Angga yang nangkring di kepalaku.

"Eh, boleh" kemudian kulafalkan nomerku, bukan nomer yang kuberikan pada Angga sebelumnya.

"Kalau gitu, saya hubungi nanti misal ada perlu boleh, ya?"

"Boleh"

"Makasih ya, Assalamualaikum"

Cinta SubuhWhere stories live. Discover now