Part 23

2.8K 153 3
                                    

Hai! Assalamualaikum wa rahmah! teman-teman daring yang setia membaca novel Cinta Subuh! Alhamdulillah, Novel Cinta Subuh sudah berhasil terbit cetak. untuk teman-teman yang nggak sabar membaca Cinta Subuh sampai selesai, bisa langsung memesan di toko daring semacam Shopee, Tokped, dan kawan-kawan. atau kalau sedang jalan-jalan, bisa mampir ke toko buku kesayangan teman-teman untuk mendapatkan Novel Cinta Subuh!!

Oh iya, saya sedang menulis judul baru, "Dari Zinah Menuju Jannah" dan "Terlambat" InsyaAllah akan saya tulis di Wattpad juga, mohon dukungannya.

sapa saya di akun instagram : @aliifarighi

Selamat membaca!!!

ANGGA

"belokan ke kiri di depan, rumah pertama yang pagar hitam, nomer 16" Kata Ratih dari balik punggungku.

"Siap, non!"

Aku menghentikan Bedjo tepat di depan pagar hitam yang terlihat sudah agak usang, kalau Ratih belum memberi tahu, pasti rumah itu terlewat. Nomer 16 yang disebutkannya barusan juga terlihat sudah luntur berkat hujan dan panas. Impresi awal tentang rumah Ratih : Cocok untuk shooting film horor.

"sebentar, aku turun" Kata Ratih setelah Bedjo berhenti sempurna. Memang turun dari Bedjo agak perlu usaha, tidak ada benda yang bisa dijadikan pegangan kecuali punggung pengendara. Tapi entah bagaimana, Ratih berhasil turun dengan selamat tanpa menyentuh punggungku sedikitpun.

"makasih, ya," katanya

"sama-sama," jawabku, "jadi, malam ini kalau aku nge-wa bakalan kamu balas?"

"kenapa?"

"kok, kenapa?"

"kenapa harus balas? Memang kamu kira karena sekali mengantar aku pulang terus aku akan mau kamu dekati?" dia menjawab dengan pemilihan kata yang paling baku, dan dengan nada super ketus. Banget. Cukup untuk membuatku hampir gagal menyembunyikan wajah kecewa. Tapi hak dia kalau tidak mau membalas, kan? Bukan cinta kalau harus memaksa.

"nggak gitu, aku Cuma.."

"iya, kalau ada waktu kubalas," kata Ratih memotong, membuatku tersenyum cukup sumringah, gagal bersikap biasa.

"canggih!" jawabku

"yasudah, aku masuk, ya?"

Nggak tau apakah aku ke-geeran, tapi kok kalimatnya seperti Mira kalau izin masuk rumah duluan. Seperti pacar yang meminta izin pacarnya!

"Angga!" panggilnya membuyarkan lamunanku.

"iya, sama-sama!"

"sama-sama ?aku kan gak bilang makasih?"

"tadi bilang, kok," aku merujuk pada ucapan 'terimakasih' ketika Ratih baru turun dari Bedjo.

"iya tapi yang tadi sudah kamu jawab"

"ya jadi kamu hutang makasih lagi!" Ratih tersenyum, seyumnya luar biasa PARAH. Rasanya bisa menguatkan Rupiah yang sedang terpuruk, atau membuat Malaysia mengalah soal siapa negara dengan Rendang terbaik!

"Assalamualaikum,"

"Waalaikumusalam," jawabku, kemudian Ratih membuka gerbang hitam usang rumahnya, menghilang wujudnya dari pandanganku, menyisakan rona merah muda jatuh cinta dalam hati seorang Angga, ciehhhh.

*****

Sampeyan adalah teman paling tidak bertanggung jawab dalam sejarah kehidupan manusia, lebih pengkhianat dari Sengkuni, lebih laknat dari Fir'aun!!!

Pesan singkat dari Ghani yang sedang marah karena kutinggal begitu saja masuk, dan bukan Cuma satu:

Sumpah Angga, gue nggak bawa motor woi!

Cinta SubuhTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang