ALAKA

1.3K 154 9
                                    

26 November 1917
05.00

"Equa, Aka, bangun yuk! Temenin Mami sholat."  Mami membangunkan kedua buah hatinya.

Alaka tiba-tiba bangkit dari tidur. Dengan cepat duduk tegap di atas ranjang. "Siap Mami!" Ucap Alaka tegas. Sangat menggemaskan.

"Huaamm—" Alequa menguap.
"Mau ngapain Mi?" Tanya Alequa mengantuk.

"Mami mau sholat, Bang Aka sama Equa temenin Mami ya!" Jelas Mami dengan nada lembut.

"Kenapa harus sholat pagi-pagi Mami? Memangnya tidak bisa nanti siang?" Alequa bertanya kembali. Matanya menyempit merasa ngantuk.

"Equa, sholat itu kan ada 5! Ada yang pagi, siang, sore, sama malam!" Sela Alaka menjelaskan. Pria kecil itu memang seorang anak yang pintar dan cerdas.

"Benar kan Mi?" Alaka memastikan.

Mami tersenyum manis, mengelus pucuk kepala Alaka dengan lembut, "Bener Bang Aka!"

"Memangnya Equa harus sholat juga seperti Mami?" Alequa memotong.

Mami tersenyum, menatap gemas kepada Alequa. "Iya sayang. Equa kan sudah mau besar. Jadi Equa dan Bang Aka sudah harus sholat seperti Mami. Equa sudah mengerti cara sholat kan?"

Alequa mengangguk. "Sudah Mami. Mami kan sudah mengajarkan Equa waktu itu."

Senyum Mami melebar, "Ya sudah, yuk kita sholat!" Ucapnya mengajak.

"Ayuk!" Alaka menyela dengan semangat.

Mami kemudian menarik lengan kedua anaknya itu. Membawa ke sebuah sumur yang tak jauh di depan rumah. Pergi mengambil air wudhu.

Usai wudhu, Mami memakaikan sarung pada putra dan putrinya itu. Mengenakan kerudung panjang pada kepala mungil Alequa, begitu-pun pada dirinya sendiri.

"Mami!" Alequa tiba-tiba memanggil.

"Kenapa nak?" Mami mengerutkan kening, masih sibuk merapikan kerudung di kepala Alequa.

"Memangnya siapa yang menyuruh Mami untuk sholat?" Alequa melontarkan pertanyaan.

Mami terdiam, tersenyum menatap Alequa, "Allah!" Tangannya menunjuk ke arah atas.

"Allah itu siapa Mami?" Tanya Alequa kembali.

"Equa! Bukannya waktu itu sudah Mami beri tahu?" Alaka memotong. Menatap heran saudara perempuannya.

"Hmm..." Alequa menatap ke arah atap. Berusaha mengingat kembali hal-hal yang pernah Mami ajarkan.

Ya, kedua anak kecil itu memang di ajarkan dan di-didik oleh Mami selama ini. Mereka tidak bersekolah. Hanya mendapat pendidikan dari Mami di rumah. Mami mengajarkan kedua anaknya itu tentang agama, cara mengaji, membaca, berperilaku, cara berhitung, dan memahami tentang alam.

Mami memang seorang wanita yang cerdas. Saat masih muda, Mami di-didik oleh orang tuanya dengan sangat baik. Yang akhirnya membuat ia tumbuh dewasa menjadi sosok wanita yang pintar. Di zaman itu, mendapati wanita berwawasan luas dan pandai seperti Mami sangat jarang. Sebab sulitnya pendidikan di zaman penjajahan.

ALEQUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang