PEMBAJAK

443 83 1
                                    

"Hei, hei, Bung! Ayo cepat selamatkan diri! Bantu mereka semua!" Nahkoda mencengkram lengan Rafael. Menyadarkan pria itu yang sedang tercengang menatap kapal bajak laut di belakang.

Tubuh Rafael bergetar dahsyat. Ketidak beresan pelayaran ini ternyata bukan dari kondisi kapal yang sudah tua. Melainkan hal-hal yang ditemui di tengah lautan. Bukan dari dalam kapal, namun dari luar.

Pria itu dengan cepat berdiri. Berjalan mendekati 4 penumpang pria lain yang tengah tertidur.

"Hei Bung, bangunkan gadis-gadismu! Ada kapal bajak laut di seberang sana. Kita akan dibajak sebentar lagi. Bangunkan mereka. Nanti akan ku arahkan harus ke mana." Suara Rafael terdengar bergetar.

4 penumpang pria itu dibangunkan satu-persatu. Dalam kondisi hati dan pikiran yang mencengkam, dengan cepat para pria itu langsung bangkit. Kabar buruk di kala bangun tidur. Sungguh teruk. Rafael berlari menuju nahkoda.

"Apa yang harus aku lakukan? Bagaimana cara kita melindungi perempuan-perempuan di sini?" Wajah Rafael tampak tegang. Kapal bajak laut semakin mendekat.

"Cepat bangunkan mereka. Masukkan ke dalam sana! Biar kita yang atasi para bajak laut itu." Nahkoda menunjuk pada bagian dalam kapal.

Rafael mengangguk. Berlari menuju Alequa. Tak ada kesempatan lagi untuk kabur dari kapal bajak laut. Kini jarak antara kapal mereka dan kapal bajak laut hanya sekitar 100 meter.

"Alequa! Alequa! Bangunlah Alequa!" Rafael mengguncang tubuh sahabat perempuannya.

"Huaaam, kau kenapa Rafael?" Alequa terbangun. Matanya menyipit, masih mengantuk.

"Bangunlah, di belakangmu ada kapal bajak laut. Kita harus segera menyelamatkan diri."

Deng...
Bola mata Alequa membesar. Hilang seluruh rasa kantuknya. Gadis itu menoleh ke belakang. Dan dengan cepat matanya menemukan apa yang Rafael katakan.

"Hah, bagaimana bisa ada kapal bajak laut?" Napas Alequa tersengal.

Rafael menggeleng. Tak memberikan jawaban.

"Hei! Ayo cepat!" Seorang penumpang pria lain menepuk pundak Rafael.

Pria itu dengan lincah mengambil tangan Alequa. Membawa menuju bagian dalam kapal, tempat penyimpanan barang. Seluruh penumpang perempuan telah dimasukkan. Termasuk dengan gadis penjual bir yang kasar itu.

Kini Rafael berdiri bersama 4 penumpang pria lainnya. Menatap tajam ke arah bajak laut yang memandang mereka dengan teropong besar. Nahkoda tua berdiri di belakang mereka.

Rafael pandai dalam perlawanan. Banyak teknik-teknik ilmu pertahanan diri yang ia kuasai dari seorang guru Jepang yang mengajarinya semasa sekolah. Ia tak takut melawan 15 bajak laut itu. Namun hatinya penuh gelisah. Cemas dengan para penumpang perempuan di kapal itu.

Duk!
Kapal bajak laut sudah menempel. Kini tak ada hitungan jarak lagi antara kapal mereka. Satu persatu anggota bajak laut melompat. Berdiri di hadapan Rafael dan 4 penumpang pria lainnya.

Reflek bersamaan, 5 penumpang pria termasuk Rafael berjalan mundur beberapa langkah. Para anggota bajak laut memegang senjata. Pedang-pedang tajam mereka sodorkan kepada 5 penumpang pria itu.

Rafael menelan ludah. Seorang bajak laut membawa kapak, menghentam lantai kapal, hingga membuat pecah. Tak tahu apakah kapal itu bocor. Sudah sedari tadi sedikit menurun ke air. Beban yang diterima kini semakin berat.

Seorang anggota bajak laut dengan pakaian besar berdiri paling depan. Tampaknya ia adalah pemimpin.

Dek...
Nahkoda tua yang berdiri di belakang Rafael tiba-tiba maju. Mendorong tubuh Rafael dan satu penumpang lain ke arah samping.

ALEQUATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang