✍ LIMABELAS ✍

4.1K 230 9
                                    

Happy Reading!!!

Rumah kediaman Abhivandya itu kini tampak ramai dengan orang-orang yang menggunakan pakaian hitam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Rumah kediaman Abhivandya itu kini tampak ramai dengan orang-orang yang menggunakan pakaian hitam.

Di depan rumah terdapat bendera kuning dan banyak sekali karangan bunga yang saling berjejer.

Rano menatap kosong ke depan. Wajahnya terlihat sendu. Bahkan bekas air mata masih membasahi pipinya.

"Hikss.... Kenapa lo pergi secepet ini dek. Gue belum siap kehilangan lo, Dek."

Lagi, air mata itu tak bisa lagi Rano cegah.

Rano benar-benar belum mengikhlaskan kepergian Aksa yang tidak terduga ini. Rano masih berharap jika ini hanya mimpi buruknya saja. Jika memang ini mimpi buruk, Rano ingin segera bangun dari mimpi buruknya ini. Rano tak ingin bermimpi buruk seperti ini.

"Papa sama Mama jahat! Kenapa kalian bawa adek pergi!? Rano nggak bisa hidup kalau nggak ada Aksa. Balikin Aksa hiksss...." Raungnya yang membuat Reno buru-buru mendekati kembarannya.

Dengan penampilan yang tak jauh beda dari Rano, Reno membawa tubuh bergetar kembarannya ke dalam dekapannya. Mengusap usap pelan punggung kembarannya.

"Ikhlasin adek ya, Ran. Gue tau itu hal yang paling sulit, tapi lo harus ikhlasin adek, Ran. Adek udah nggak sakit lagi, Ran. Adek pasti udah bahagia bisa ketemu Papa sama Mama."

Pecah sudah tangis Rano mendengar Reno yang menyuruhnya mengikhlaskan kepergian Aksa.

"Gue nggak bisa, Ren. Gue nggak mau kehilangan Aksa." Rano semakin erat mencengkram pakain yang Reno gunakan. Membuat pakaian Rano semakin terlihat kusut.

Di sudut ruangan, Aiden melihatnya. Ia juga sama sedihnya. Kehilangan Aksa sama sekali tak pernah terpikirkan olehnya. Aksa pergi terlalu cepat.

Kini maniknya bergulir menatap tubuh yang sudah tak bernyawa itu. Ia tatap wajah pucat Aksa dari kejauhan.

Perlahan, cairan bening itu kembali keluar dari pelupuk mata Aiden.

"Kenapa kehilangan seseorang yang paling kita sayang sangat se-menyakitkan ini, Tuhan!?"

»»»○○○○○♤♤♤○○○○○«««

Rano hampir saja limbung jika Reno tak segera menahan bobot tubuh kembarannya.

Tangis Rano kembali pecah saat tubuh tak bernyawa Aksa dimasukkan ke liang lahat.

"Jangan hiksss... Jangan masukin Aksa kesitu hiksss... Adek gue belum mati hiksss bawa Aksa naik lagi hiksss..." Jeritnya tak rela.

"Ren bawa Aksa naik lagi hikss... Gue nggak mau kehilangan Aksa hiks..."

Rano Mengoyangnkan bahu Reno pelan karena kini tenaganya sudah terkuras habis karena terlalu banyak menangis.

Reno tak mengatakan apapun. Yang ia lakukan hanya mendekap erat tubuh Rano yang bergetar hebat. Ia juga sedih melihat tubuh Aksa yang sudah di masukkan ke liang lahat. Tapi Reno bisa apa? Mengubah takdir pun ia tak bisa.

Aiden pun juga sama. Kini ia tatap dengan lama wajah Aksa yang sudah menghadap tanah. Ia tatap wajah itu selama ia bisa karena setelah ini, ia tak lagi bisa menatap wajah Aksa lagi.

Proses pemakaman sudah berakhir sekitar 10 menit yang lalu. Orang sudah berlalu pegi dan kini hanya menyisakan tiga saudara Abhivandya.

Di makam yang mulai sepi ini, hanya ada suara isakan dari ketiganya. Mereka sama sama terlarut dalam kesedihan.

Mengikhlaskan kepergian seseorang yang kita sayang memang tidak mudah. Apalagi kejadian ini terjadi tiba-tiba dan tanpa bisa mereka duga.

[19

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

[19.09.2021 »« 28.09.2021]

Aksa ✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang