#17 [Keberangkatan]

409 56 2
                                    

"Barangsiapa yang meringankan (menghilangkan) kesulitan seorang muslim kesulitan-kesulitan duniawi, maka Allah akan meringankan (menghilangkan) baginya kesulitan di akhirat kelak. Barangsiapa yang memberikan kemudahan bagi orang yang mengalami kesulitan di dunia, maka Allah akan memudahkan baginya kemudahan (urusan) di dunia dan akhirat."

(HR: Tirmidzi : 1853)

Boleh yuk, pencet Vote bintangnya sebelum memulai. Lalu, Comment cerita saat membaca. Bismillah...

.

.

.

Ada yang berbeda dengan pagi ini, sepasang insan manusia itu tidak bangun di atas kasur RUMDIS melainkan di atas kasur sang pemilik kamar, yang tak lain adalah Ustadz Hasan. Sejak 2 hari yang lalu, Zafa dan Ustadz Hasan sudah tidak lagi berada di pesantren, Zafa mengajukan izin kepada Ustadz Zubair untuk tidak mengajar selama 4 hari karena mengantar suaminya yang akan pergi ke Kairo, Mesir.

Usai sholat subuh tadi, Orang-orang di rumah ini sudah sibuk merapikan koper-koper dan keperluan lainnya yang akan di bawa oleh Ustadz Hasan. Sedangkan si tokoh utama, sedang membersihkan diri di dalam kamar mandi dan Zafa yang sudah rapih sedang menyiapkan pakaian untuknya.

Cklek!

Pintu kamar mandi di ujung kamar itu terbuka menampakkan sosok lelaki bersama kaos putih polos yang menutupi tubuhnya. Ia berjalan ke arah kasur mengahmpiri istrinya yang sedang menaruh pakaian yang akan dirinya pakai ke atas kasur.

Ustadz Hasan mengulur tangannya, lalu memeluk tubuh perempuan itu dari belakang. Zafa sedikit tersentak karena pelukan mendadak dari suaminya, ia menengok sedikit ke samping, kemudian tersenyum simpul sambil mengelus lengan suaminya.

"Di pakai dulu bajunya, mas, nanti kita telat ke bandaranya" ucap Zafa.

Lelaki itu belum juga melepaskan pelukannya, malah ia menenggelamkan kepalanya pada ceruk leher Zafa, lalu menggeleng di sana.

"Saya masih ingin seperti ini" balasnya.

"Mas..."

"Hmmm..." lelaki itu bergumam dengan nada manjanya bersama gelengan di ceruk leher Zafa.

"Kalau Mas San gak mau pakai bajunya, Zafa ngambek nih" ujar Zafa mengancam.

Ustadz Hasan buru-buru melepas pelukannya, kemudian langsung mengambil baju di atas kasur dan memakainya secepat kilat, lalu kembali memeluk Zafa. Akan tetapi, kini ia memeluk Zafa dari arah depan dan dengan erat, seakan ia tidak ingin kehilangannya.

"Mas, Zafa sesek, kasian ini anak kamu kegencet" sahut Zafa sambil memberikan beberapa tepukan kecil di lengan Ustdaz Hasan.

Ustadz Hasan pun sedikit melonggarkan pelukannya. Tangan lelaki itu bergerak dan jatuh di atas perut Zafa, lalu mengelusnya.

"Sesek, ya, nak, maafin abi, ya" tutur Ustadz Hasan lembut.

"Abi, sih, peluknya kekencengan, jadi aku sesek" balas Zafa dengan suara anak kecil.

Ustadz Hasan terkekeh geli, kemudian mengacak pucuk kepala istrinya gemas.

"Ih, Mas San, Zafa udah rapih, jadi berantakan lagi, kan"

"Bagaimanapun kamu, akan selalu cantik, tapi, cantiknya hanya untuk saya" ucap lelaki itu.

Zafa tersenyum malu dalam pelukannya, kepalanya ia tenggelamkan pada dada bidang Ustadz Hasan.

Di Luar Rencana Sang Murobbi [Hiatus]Место, где живут истории. Откройте их для себя